Teeeeettt...teeeeet...teeeet
Bunyi bel istirahat melengking tajam, pagi itu tak seperti biasanya. Cahaya mentari tertutup gumpalan awan-awan hitam. Rintik hujan mulai saling beradu dan berjatuhan tak begitu deras memang tapi cukup untuk melunturkan niat para siswa untuk keluar kelas atau hanya sekadar nongkrong di kantin sembari mencecap teh hangat dan gurihnya gorengan Bu Bon.
Ara hanya terdiam di sudut kelas sambil memandangi air hujan dari jendela dekat tempat duduknya. Matanya fokus menatap daun pisang yang bergerak terkena tiupan angin dan tetesan air hujan. Tampaknya memang hujan telah membuatnya begitu terhipnotis.
"Oi, Ra... Araa... Ooooiii." (sambil menepuk. pundak)
"Haaaaah paaaan" (ekspresi kaget).
"Kampret lu diem diem bae dari tadi, dipanggil bolak balik juga."
"Sorry aku gak kedengeran, ujanya mulai deress."
"Yeeee elu cuy, wong hujan biasa aja kok. Gak ada yang sitimewa. Ah elu mah gitu."
"Aku serius, Lang. Hemmm asyik tau liat hujan, dengerin suaranya."
"Hissssshh bawel deh lu, Ra. Eh btw gak ngantin nih? Sekuy lah."
"Males aku bro, lu aja deh ya. Hehehe"
"Ah kmpret lu. Ntar siang latihan loh. Kalu lu gak makan lemes ntar, gak bisa maen diomel Pak Supri nyahok lu."
"Udah... Lama lama lu yang bawel. Sana ndang keburu kelar noh istirahatnya."
"Wokeehh byee kampret."
Ara masih terdiam tak bergerak sambil memamdang keluar. Biasanya jam segini dia sudah duduk di kantin bareng Elang dan yang lainya. Ara memang cowok yang agak pendiam beda dengan Elang yang slengekan dan ceplas-ceplos. Tetapi ketika di lapangan Ara adalah kapten tim volly yang mampu membimbing rekan-rekanya, ditambah setter sekelas Elang tim volly SMADA Karta menjadi tim yang disegani dan telah banyak memperoleh kemengan dalam berbagai turnamen lokal dan nasional. Mereka berdua tulang punggung tim.
Di sisi lain ada juga ketua OSIS yang tak kalah terkenal, teman Ara dan Elang juga. Namanya Rasya, dia cukup populer di sekolah. Meskipun bukan anggota tim volly Rasya berteman dengan Ara dan Elang.
Tok..tok..tok.
Seisi kelas menoleh ke pintu, mata mereka memandang sosok cowok berpenampilan rapi, elegan dan tampan tentunya.
"Permisi, ehmm Ara ada?"
"Eh mas ketos... Hehe Ara kan kelas sebelah mas."
"Astaga maaf-maaf udah ganggu kalian."
"gak apa-apa mas ,Rasya. gak nyari yang ada aja ta?" (celetuk cewek-cewek di kelas itu).
"Nah ketemu juga nih."
"Ada apa, Mastos?" tanya Elang.
"Mastos Mastos mesti ini. Ara di mana? Tumben kalian gak barengan?"
"Ada tuh lagi di kelas. Lagi nglamun"
"Tuh temen lo kenalin sama cewek lah biar gk nglmunan gitu"
"Haduh Mas susah. Mas aja deh sana yang kasih saran. Jangan aku, ntar pas maen aku oper bola dismashnya ke aku bukan ke lawan."
"hahaha. Saa aeeh tusuk sate. Oh ya sampe lupa, ntar kasih nih surat ke Ara ya. Terus sebelum latihan bilang ntar temuin aku di ruang OSIS. Penting."
"Ashiaaap mastos."
Elang menuju kelas bukan hanya menemui Ara namun memang jam istirahat sebentar lagi usai. Seperti biasa, jika ada surat dan panggilan untuk Ara pasti akan ada hal penting.
"Nih ada surat but lu cuy, dari Mas Rasya."
"Haaaa.. Surat paan?"
"Kayaknya lu dipanggil gegara ndak mau jadi anggota OSIS. Mas Rasya minta penjelasanmu."
"Ah yang bener lu, Lang. Jangan nakut-nakutin. Sini suratnya."
"Noh baca sendiri..."
"Lahhhh.. Kampret lu berekai arab. Ini mah surat edaran turnamen bola volly antar SMA se Kota Paitan."
"Waduh even besar dong. Hehee maaf ane gak tahu. Hehe"
"Gue gibeng juga lu. Tahun kemarin kita kalah di final cuy. Kali ini kita harus balas."
"Siaapp kaptenn."
"Btw lu udah ngibulin gua. Sebagai hukumanya lu lari keliling lapangan 10x."
"Ampunn capt... Jor..ajorr."
***
Hujan sudah mulai reda, namun dinginya masih tersisa. Bel pulang sudah lewat 15 menit yang lalu. Tetapi Ara, Elang dan tim volly masih berada di loker room ekskul bola volly. Setelah itu mereka berhamburan ke lapangan untuk melakukan sesi latihan hari ini. Ara begitu tampak semangat memberi komando kepada rekan setimnya.
"Ghaes.. Break sebentar. Aku ke ruang OSIS dulu ya."
"Shiap capt."
Meskipun tanpa komando Ara, anak-anak volly sudah paham dan tahu apa yang harus dilakukan. Mereka selalu disiplin dalam berlatih. Eksul volly menjadi penyumbang medali terbanyak untuk sekolah.
Tok..tok.tok
"Permisi."
Ara menjadi gugup karena di ruangan tersebut sedang berkumpul banyak anggota OSIS termasuk Rasya. Tampaknya mereka sedang rapat.
"Hei hallo, Ra. Silakan masuk."
"Baa..baaaik, Mas."
Ara tampak gugup. Memang dia tidak seberapa kenal dengan anggota OSIS. Berkali kali Rasya membujuknya untuk bergabung tetapi selalu ditolaknya. Akhirnya dia lebih memilih menjauh dari OSIS dan lebih fokus di ekskul bola volly.
"Oh iya, Ra. Ini adalah ruang OSIS dan mereka adalah anggotaku. Hai ghaes say hello untuk kapten tim volly sekolah kita."
"Halllo Kapten"
Mereka serentak menyapa Ara. Ara tampak gugup dan cangung. Rasya membubarkan pertemuan OSIS dan mempersilkan para anggotanya untuk berkemas pulang. Di ruangan itu hanya tersisa Rasya dan beberapa petinggi OSIS.
"Gimana, Ra. Udah baca surat yang aku titipkan Elang tadi?"
"S..S..Sudah, Mas. Tentang turnmanen..eh turnamen ya."
"Eh kok gugup. Woles ajalah. Minta tolong disiapkan ya. Tadi aku dipanggil waka kesiswaan untuk menyampaikan ini ke Ekskul Volly. Ya masih sekitar dua setengah bulan lagilah."
"Iiya, Mas. Anak-anak selalu total kalau itu."
"Nah sippp itu. Pantes juara teruss timmu. Hehe. Oh iya sampai lupa. Nih kenalkan sekretaris OSIS namanya Tania dari kelas XI IPA 5. Pasti sudah kenal kan?"
"Oi hei Mbak. Eh.."
"Hei kapten, kita sepantaran loh. Kok mbak sih. Kan masih sama-sama kelas XI"
"Waduh maaf."
"Masa seangkatan ndak kenal.sih Ra. Ah kebacut kamu itu, padahal famous di sekolah."
"Hehehe. Gimana sih kapten nih. Hayook masa ndak kenal sama cewek secantik aku. Hehehe"
Muka Ara memerah, bibirnya pucat pasi. Jantungnya berdetak kencang dia tak berani manatap.
"Ra akomodasi dan sebagainya untuk turnamen nanti yang urus Tania, termasuk nanti tiap kali latihan dia akan datang dan melihat perkembngan timmu."
"Eh si siiap Mas."
"Jadi nanti yang datang TM dan seputar perkembangan apapun Tania yang urus. Kalau butuh apa-apa jangan sungkan bilang ke Tania ya."
"Ok mas sip."
"Mohon bantuanya ya Kapten Ara. Biar sekolah kita juara."
Araa masih tertunduk belum mampu menjawab apalagi memandang ke arah Tania.
"Ra nanti sore setelah latihan ajak anak-anak ke tempatku ya. Kita ngopi-ngopilah di caffenya mamaku. Sekalian sambil mantai. Oke ya."
"Wah pasti seru, sekuylah capt. Ya." Celetuk Tania.
"Ta.tapi anak-anak latihan sampek sore mas."
"Udah gapapa sekalian refreshing."
"Baik mas kalau gitu. Sa saya balik ke lapangan dulu terima kasih atas pengarahnya."
Ara buru-buru pergi dari ruangan OSIS tiba-tiba.
Bruaaaaakk.
"addddooooow"
Ternyata tali sepatu Ara sebelah kiri belum sempat diikat dan terselip di sela-sela meja. Akhirnya dia terjatuh. Entah gugup atau memang salah tingkah. Dia buru-buru ke lapangan tanpa menghiraukan benjol di jidatnya.