Baekhyun sedang sibuk dengan berkas kerjanya. Meskipun di rumah saja, bekerja adalah prioritasnya. Apalagi bisnisnya sedang maju – majunya. Banyak bisnis yang ia geluti sekarang, setelah pensiun dari pekerjaannya terdahulu. Sekarang ia fokus dengan binis yang ia geluti sekarang.
Hari masih pagi sekali, jam masih menunjukkan pukul tujuh pagi. Tapi Baekhyun sudah di depan meja kerjanya ditemani secangkir kopi dan singkong rebus buatan istri tercinta. Fokus dan tenang adalah prinsip utama Baekhyun dalam bekerja, tapi ada satu yang tak bisa ditolaknya yaitu suara alam yang merdu kala Baekhyun mendengarnya.
“Bee, anaknya nangis. Tolong ya! Aku lagi masak soalnya” begitu nyaring terdengar oleh rungu. Tapi bagi Baekhyun suara istrinya adalah suara paling merdu yang pernah ada di dunia.
Tanpa menjawab, Baekhyun langsung tancap, laksanakan tugas dari istri kesayangan untuk mengahampiri buah hati tercinta mereka.
“Bee kamu dengarkan? Kok nggak dijawab” seruan Devy terdengar lagi, begitu lantang dan sempurna nyaringnya.
“Iya sayangku, lagi jalan. Sabar” jawab Baekhyun tak kalah kerasnya dengan suara sang istri.
“Cepetan, udah nangis itu loh anaknya”
Baekhyun acuh saja, toh setiap harinya juga seperti itu. Devy memang cerewet sekali, suka mengomel, tapi Baekhyun biasa saja. Kan memang tabiat istrinya seperti itu, meskipun menyebalkan sih. Kadang. Tapi gimana? Baekhyun cinta dan itu pesona dari istri tercintanya. Dan Baekhyun suka itu, jadi no problem.
Baekhyun membawa serta putri kecilnya dalam gendongannya, menghampiri sang ibu yang sedang asik bergelut dengan dunia dapurnya. Gadis kecil itu masih dengan isakan kecilnya, merangkul leher sang Ayah dan menenggelamkan wajah mungilnya disana. Baekhyun berusaha menenangkan putrinya dengan menepuk – nepuk punggung, Bina. Binara Byun nama lengkapnya, gadis kecil itu ialah putri tercinta dari pasangan Baekhyun dan Devy.
“Kenapa anak ibu nangis ?” tanya Devy pada Bina, putrinya.
“Nenen bu” cicit Bina yang minta nyusu pada ibunya.
“Bentar ya, sama Ayah dulu”
“Ndak mau, maunya sekalang” ucap Bina yang masih kental dengan aksen cadelnya. Bina putri Baekhyun dan Devy memanglah masih di usia batita, tepatnya Bina baru berusia delapan belas bulan. Gadis kecil ini memiliki perawakan cantik nan manis dengan bentuk wajah yang mungil, khas asia barat sana, oriental look.
Sekian detik berlalu, Devy mematikan kompor yang digunakannya untuk memasak tadi. Ia berjalan menghampiri putrinya yang masih setia dalam gendongan Ayahnya. Devy mengambil alih Bina dari sana, dan membawa Bina dalam dekapannya.
“Abang sarapan dulu sana, udah aku rapihin di meja. Ambil sendiri nggak papa kan?” Devy bersuara setelah mengambil alih Bina, sekarang ia yang duduk dikursi tempat Baekhyun duduk bersama Bina tadi.
Baekhyun mengangguk, dan berjalan menuju rak untuk mengambil peralatan makan bekal untuk sarapannya. “Iya sayangku, biasanya juga gitu kan?”
“Dih Abang ngledek ya?”
Baekhyun berdecak, istrinya itu memang sensi maksimal “Nggak sayang, aku kan memang suami yang pengertian”.
Devy hanya nyengir saja. Ia diam ditempat dengan memangku Bina, ia membuka kancing atas piyamanya untuk menyalurkan asi untuk putri semata wayangnya. Baekhyun tertegun kala melihatnya, istrinya itu memang seenaknya kalau sedang dikediaman pribadi mereka. Meski sudah melihatnya berkali – kali tapi tetap saja Baekhyun berdegup maksimal jantungnya.
“Dev?”
“Iya Bang”
“Bisa nggak nyusuinnya di kamar aja?” tanya Baekhyun di sela – sela kegiatan mengunyah makanan paginya.
“Kenapa?”
“Ya nggak enak aja dilihatnya”.
“Nggak enak dilihat? Apa abang nggak tahan lihatnya”.
Memang dasar istri akhlakless, suka sekali menggoda suami sendiri. Baekhyun sudah hapal betul dengan tabiat sang istri yang suka sekali menggodanya kala menyusui sang putri. Meski tahu demikian tapi tetap saja Baekhyun enggan beralih tempat, lebih memilih diam ditempat demi menyaksikan indahnya ciptaan Tuhan yang ada didepannya, meskipun adem panas rasa ditubuhnya.
Padahal ini hal sederhana, hanya sekadar melihat sang istri menyusui Bina. Tapi tetap saja itu bahaya, ingin rasanya Baekhyun menyergap dan ikut gabung bersama Bina. Baekhyun menggelengkan kepalanya seketika, demi menghilangkan niat jahil bin jahatnya. Ingat, sadar, tidak boleh mesum Baek! Begitu batin sucinya mengudara.
“Abang nanti siang di suruh Bapak sowan (main ) ke rumah”
Baekhyun tersadar dari lamunan ketika mendengar ucapan menggema istrinya yang begitu tiba – tiba. “Siangan ya tapi, nggak papa kan? Ada rapat bentar soalnya”.
“Di kantor?”
“Ndak sayang, virtual saja”
“Dih gegayaan banget”
“Kalau ada yang simpel ngapain ribet, sayang” sesantai itu jawaban Baekhyun.
“Iya deh percaya”
***
Eluh peluh menetes begitu riuh di pelipis Baekhyun, ia sedang asik memainkan cangkul di kebun singkong milik mertuanya. Baekhyun sedang memanen singkong sekarang, ternyata sang mertua menyuruhnya datang untuk membantu cangkul – mencangkul singkong. Kata bapak mertua, “sekali – kali biar kena sinar matahari dan gerak juga Bi”. Bapak mertua saja tidak tahu, kalau masa muda Baekhyun tidak jauh – jauh dari namanya bergerak setiap saat, gerak kanan – gerak kiri, istilahnya sih joget tapi diimbuhi dengan menyanyi.
Melihat anak mantunya semangat empat lima, Bapak mertua senang sekali. Ia bawakan secangkir kopi panas dan getuk goreng, pasangan yang begitu sempurna untuk disandingkan. Ahh mantap sekali rasanya, seperti itulah ungkapan yang tepat untuk diutarakan.
“Leren sik Bi, madang telo karo ngombe kopi ben seger (istirahat dulu, makan singkong sama minum kopi dulu biar mantap)”.
Baekhyun berbinar mendengar seruan bapak mertuanya, dengan segera ia menanggalkan cangkul beserta kawannya di tempat. Ia berjalan dengan riangnya ke arah teras rumah dimana disana Bapak mertua sudah menunggu dengan hidangan yang menggugah selera.
“Lancar Bi bisnis e? (bisnisnya)”.
“Lancar Pak, Alhamdulillah. Mau nambah cabang lagi sih niatnya”.
“Alhamdulillah nek ngono, aku iku gumun karo sampean, kerja mung ngadep komputer nanging iso ngasilke kaya akeh ( alhamdulillah kalau gitu, aku heran loh sama kamu kerjanya Cuma didepan komputer tapi bisa menghasilkan banyak uang)”.
“Namanya juga kerja pintar Pak”.
“Abi”seru sang ibu mertua memanggil namanya.
”Lapo to Bune?, gembar – gembor. Bapak Kaget ( ngapain bune? Teriak – teriak. Bapak kaget)”. Omel Bapak pada isrtrinya. Tapi Ibu cuek saja karena tidak ada urusan dengan bapak, sekarang urusan Ibu sama menantu kesayangan satu – satunya.
“Nggih bu, pripun? (iya bu, gimana?)”
“Kowe kekancan karo janyol kan? (Kamu temenan sama janyol kan??” tanya Ibu mertua Baekhyun antusias.
“Janyol? Siapa bu itu?” Baekhyun balik bertanya karena bingung.
“Sing jaremu kancamu joget biyen loh Bi, bocah lanang putih duwur, irung e dangir, pokoke sing ganteng banget iku loh (kamu pernah bilang dia temanmu menari Bi, pria yang putih dan tinggi, hidungnya mancung, pokonya yang maksimal itu loh)”. Ibu mertua heboh menjelaskan.
Baekhyun masih mencoba mencerna ucapan ibu mertuanya, siapa gerangan yang beliau maksud. Seperkian menit berlalu, akhirnya Baekhyun menangkap sinyal paham apa yang dimaksud oleh ibu mertuanya. “Maksud Ibu, Chanyeol?” tanya Baekhyun memastikan.
“Iya, ngono wae suwi Bi nyantole (gitu aja lama bi)”.
“Janyol sama Chanyeol itu beda bu, makanya aku bingung”.
“Podo wae (sama aja)”.
“Kenapa emang Bu?”.
“Jare ndeke ameh nang Indonesia (katanya dia mau ke indo) , aku pingin ketemu Bi. Mengko omongke ya (Nanti bilangin ke dia ).
“Kok ibu tahu?”
“Mbokmu kuwi pecinta Oppa, Bi (ibumu itu pecinta Oppa)” sahut bapak menjelaskan pada Baekhyun. Bi panggilan akrab dari mertuanya, lengkapnya Abi untuk jelasnya. Nama itu tersemat karena lidah sang mertua selalu tergelincir kala memanggil nama asli Baekhyun, maklum orang jawa. Suka membuat julukan sendiri, yang terpenting tidak melenceng terlalu jauh, jadi tidak dipermasalahkan. Makanya Abi adalah alternatif utamanya.
“Nanti aku bilangin ke Chanyeol ya Bu”
“Yoksi, Abi memang menantu kesayangan terbaik Bune” Ibu mertua bersorak bahagia mendengar pernyataan anak menantu kesayangannya.
“Eling umur Bune (ingat umur)?” Bapak mertua mencibir.
“Geno to Pakne, sirik wae (kenapa sih pak, sirik aja)”.
Ngomong – ngomong Baekhyun itu mantan idol dulu, artis top hallyu yang digandrungi para gadis remaja pada masanya. Tapi lima tahun lalu ia memutuskan untuk pensiun saja dari hingar – bingar dunianya, ia memilih istirahat sejenak pada awalnya. Dengan mencari suasana baru dan menenangkan, dan diputuskanlah ia ke Yogyakarta, daerah istimewa yang dieluhkan banyak orang di Indonesia bahkan manca negara. Karena daerah ini sangat di rekomendasikan untuk mendapatkan ketenangan dan kenyamanan. Dan dari sanalah awal pertemuannya dengan istri tercinta, Devy Cantika Arum. Wanita yang mampu mencuri perhatiannya diawal berjumpa dulu, kala itu Devy menjadi tour gatenya selama jalan – jalan di daerah istimewa. Setiap tutur dan gestur tubuh Devy mampu membawa Baekhyun jatuh dalam pesona Devy dan enggan untuk beralih.
Singkat cerita, mereka menjalin hubungan. Awalnya Devy tidak menyangka seorang Baekhyun idol kenamaan bisa jatuh pada dirinya yang begitu sederhana. Apalagi Baekhyun bilang, ia jatuh hati pada pandangan pertama. Drama sekali bukan? Tapi begitulah kenyataanya. Ternyata kisah di drama korea itu nyata, jatuh cinta dipandangan pertama itu ada. Itu buktinya seorang Byun Baekhyun jatuh cinta dengan Devy hanya dalam hitungan ketiga kala pertama kali jumpa.
Akhirnya mereka memutuskan untuk menikah dan hidup bahagia bersama, mereka memilih hidup di kota kelahiran Devy. Baekhyun pensiun dari pekerjaan yang begitu di sukainya itu untuk pindah domisili bersama sang istri. Dari sanalah permulaan Baekhyun membuka berbagai jenis bisnis, mula dari cafe, museum yang berisi kisahnya kala menjadi idol dulu, hingga perusahaan cetak buku cerita, rekomendasi dari sang istri. Karena kata istri, banyak fansnya yang suka membuat cerita bertokoh utama sang suami, jadi Baekhyun menurut saja. Devy bilang berbagi rezeki sama fansnya sekalian bersilaturahmi lewat berkarya bersama. Karena tidak mungkin lagi Baekhyun kembali ke layar kaca, dia sudah nyaman dengan hidupnya sekarang. Dan semua bisnis yang dirintisnya lancar tanpa hambatan.
Baekhyun hidup dengan bahagia dan nyaman sekarang, tiga tahun setengah sudah ia tinggal disini, di kota kelahiran sang istri. Dimana ia merasakan kenyamanan yang tidak ia dapatkan sebelumnya. Baekhyun sudah mahir berbahasa tidak hanya itu, bahasa jawanya juga sudah lancar maksimal karena setiap hari bicara jawa dengan mertuanya. Bahkan Baekhyun sedikit mahir dalam dunia permisuhan, kata andalan Baekhyun yaitu Jancuk. Tapi jikalau dia tersadar kalau kata itu sangat kasar, ia pun akan beristighfar dan memperhalus ucapannya menjadi “Jancuk ipun”.