My Younger Sister

My Younger Sister

RismaAyuNovianti

0

Ketika cinta terhalang oleh status, akankah cinta itu masih bisa diperjuangkan? Atau hanya akan ada luka yang tersisa disana? Itulah pemikiran dari Keenan Bimantara saat ini yang memutuskan untuk melanjutkan study di Australia untuk menghapus rasa cinta kepada adiknya sendiri.


" Kakak yakin mau berangkat kesana? " Ujar seorang gadis manis yang masih berusia 13 tahun. Namanya Aleta. Ya. Dia yang membuat Keenan memutuskan untuk pergi sejauh mungkin agar rasa cinta kepada adiknya itu berkurang bahkan bisa hilang.


" Kamu jaga diri baik - baik ya Ta. Jangan nakal, makan yang banyak supaya cepet gede nggak pendek mulu " Ucap Keenan dengan mengacak rambut Aleta gemas. Cuma itu yang bisa Keenan lakukan untuk menutupi kesedihan karena harus berpisah keluarga dan adik tercintanya ini.


Hening. Itulah situasi saat ini. Semua orang sedang berkutat dengan pikirannya masing - masing sambil menunggu pesawat yang akan dinaiki Keenan siap untuk terbang.


30 menit berlalu dan tiba saatnya untuk seorang Keenan pergi menggapai cita - citanya. Terlihat Aleta sedang menahan butiran bening di pelupuk matanya.


" Kakak berangkat dulu ya Ta. Salam sama mama papa. Sampai ketemu lagi beberapa tahun kedepan " Ucap Keenan sambil memeluk Aleta. Air mata yang dari tadi tertahan disana akhirnya luruh semuanya hingga membasahi kemeja yang dipakai oleh kakaknya.


Aleta terus diam tidak bergeming sampai pesawat yang dihuni oleh kakaknya lepas landas.


"Yuk non kita pulang. Atau non Aleta mau ada tempat yang dituju lagi? " Tanya mang Asep selaku supir keluarga Bimantara.


" Enggak mang. Kita pulang aja. Aleta mau istirahat." Jawab Aleta dengan nada lemahnya


"Baik non"


Akhirnya mereka pulang kerumah Bimantara. Tidak henti - hentinya Aleta menyeka butiran bening yang jatuh ke pipi mulusnya selama berulang - ulang.


" Kenapa sesakit ini jauh dari seorang yang aku cintai dari dulu? Kak Keenan. Orang yang selalu ada untukku kapanpun dan dimanapun. Apakah perasaan ini hanya rasa kagum kepada seseorang yang begitu baik padaku? Tapi kenapa dada ini begitu sesak. Ah Aleta. Ini cuma butuh waktu untuk membiasakan diri tanpa Kak Keenan. Aku yakin seiring berjalannya waktu, rasa sedih dan cinta monyet dihati ini akan hilang dengan sendirinya " Pikir dalam hati Aleta dengan menguatkan dirinya sendiri.


Ya, Keenan dan Aleta adalah saudara tetapi bukan saudara kandung. Keenan adalah anak Bimantara yang menikahi Arumi ibu dari Aleta. Mereka menikah ketika Keenan dan Aleta masih sama - sama kecil. Mereka bukan saudara kandung tetapi selama ini Keenan sangat menyayangi dan menjaga Aleta lebih dari siapapun.


Akankah rasa yang dimiliki Keenan dan Aleta akan menghilang begitu saja?


******************


5 tahun berlalu. Saat ini Aleta tengah menduduki kelas 3 Sekolah Menengah Atas dan akan menghadapi ujian akhir sekolahnya.


"Selamat pagi ma, pa." Ucap Aleta di meja makan keluarganya dan tidak lupa memberikan morning kiss untuk papa mamanya. Dari kecil Aleta memiliki kebiasaan memberi morning kiss kepada anggota keluarganya saat pagi setelah turun dari tangga dan menuju ke meja makan.


"Sarapan dulu Ta, supaya bisa ngerjain ujiannya dan mendapat hasil yang bagus." Ucap Arumi sambil memberi 2 potong roti dengan selai blueberry kesukaan Aleta.


Tanpa menjawab Aleta langsung memasukkan roti tersebut ke bibir mungil miliknya.


"Aleta, setelah tamat SMA mau kuliah ngambil jurusan apa?" Tanya Bimantara.


"Belum tau pa. Tapi aku ingin menjadi guru. Aku suka sekali anak - anak. Pasti menyenangkan bisa setiap hari mengajar dan berkumpul dengan anak - anak." Jawab Aleta dengan tetap memakan rotinya.


" Apapun yang kamu inginkan pasti papa akan dukung nak. Kamu mau kuliah dimana? Apa kamu mau kuliah nyusul kakakmu kesana" tanya Bimantara yang sukses bikin Aleta tersedak. Mendengar nama kakaknya saja bisa bikin jantung Aleta berdebar.


"Minum dulu Ta" Arumi memberikan segelas susu kepada Aleta sembari mengusap pelan punggung Aleta.


" Aleta mau kuliah deket sini aja boleh pa? Aleta nggak mau jauh dari mama dan papa. " Jawab Aleta dengan mata berkaca - kaca.


"Boleh sayang. Nggak apa - apa kalau Aleta nggak mau nyusul kakakmu. Toh kakakmu juga sebentar lagi pulang. Papa juga sebenarnya nggak tega kalau kamu tinggal jauh disana sendiri " jawaban Bimantara sukses membuat jantung Aleta semakin berdebar.


" Gimana kabar kak Keenan ya? Sudah 5 tahun nggak pernah tau kabarnya dan apa benar kak Keenan akan secepatnya pulang?" Banyak pertanyaan yang berkecamuk dalam pikiran Aleta. Suara motor Ninja telah memenuhi halaman rumah keluarga Bimantara.


"Aleta udah selesai? Tuh pacar kamu udah datang" goda Arumi sambil memincingkan matanya menggoda anak gadisnya tersebut.


"Ih mama apaan sih. Aku sama Arsen kan udah sahabatan dari lama." Cemberut Aleta sambil mencium tangan papa mamanya berpamitan akan berangkat sekolah.


"Jangan kebut - kebut ya Sen. Nanti pulang biar dijemput mang Asep ya Ta sekalian jemput kakakmu di bandara. Papa mama nanti akan ada meeting diluar kota. Paling besok pulangnya" ucap Bimantara. Pikiran Aleta semakin berkecamuk.


"Siap om" Jawab arsen dengan tangan memperagakan posisi hormat.


Jam ujian pun telah selesai. Mang Asep sudah menunggu Aleta keluar dari sekolahnya.


"Non, kita pulang dulu non ganti baju atau langsung ke bandara?" Tanya mang Asep setelah mengetahui Aleta masuk ke kursi belakang mobilnya.


"Langsung ke bandara aja ya mang biar kak Keenan tidak menunggu kelamaan."


Jarak dari sekolah Aleta ke bandara memang cukup jauh dan bisa memakan 1 jam perjalanan.


"Non, tadi bi Lastri ngasih bekal buat non di tas sebelah non. Silahkan dimakan non pasti non Aleta capek dan lapar setelah ujian." Ucap mang Asep. Bi Lastri adalah pembantu rumah tangga yang dari kecil sudah mengabdikan diri di keluarga Bimantara dan menyayangi Aleta seperti anaknya sendiri.


"Nanti aja pak, dimakan sama kak Keenan. Aleta mau tidur aja dulu sambil nunggu nyampe di bandara" jawab Aleta sambil menutup matanya.


Tanpa menjawab mang Asep langsung melajukan mobilnya menuju ke bandara.


Setelah menunggu lama di depan bandara, terlihat seorang pria yang menjadi pusat perhatian para wanita yang lewat disana sedang memainkan ponsel miliknya dengan walpaper dia dan adiknya.


"Gimana kabar kamu Ta? Apa kamu masih pendek juga?" Tanyanya dalam hati sambil memandang ke arah walpaper ponselnya. Seketika hatinya bergetar melihat gadis kecil cantik yang selama ini tetap memenuhi pikirannya di negeri orang.


" Apakah aku siap bertemu dengannya? Aku harap setelah bertemu dengannya, perasaanku tetap seperti sekarang yang bisa aku kendalikan." Pintanya dalam hati.


Ya dia adalah Keenan Bimantara. Seorang pria yang berhasil meraih gelar dokternya diusia muda.


Mobil Rubicon hitam berhenti pas di depannya. Terlihat mang Asep keluar dan membuka bagasi belakang mobil untuk memasukkan barang - barang Keenan.


"Biar mang Asep yang memasukkan ke bagasi den. Den Keenan masuk aja didalam ada mbak Aleta yang lagi tidur." Pinta mang Asep.


"Emang mang Asep masih kuat ngangkat koper?" Goda Keenan menjaili supirnya. Ya, keluarga Bimantara memang memperlakukan pekerja di rumahnya dengan sangat baik dan sudah menganggapnya keluarga sendiri.


" Wah, mamang ngangkat mobilpun juga masih kuat den" sombong mang Asep dengan memperlihatkan otot bisep ditangannya dan disambut tawa keduanya. Keenan membuka pintu mobil bagian belakang. Dan seketika badannya mematung. Hatinya merasakan sengatan listrik yang begitu kuat, jantungnya berdebar secepat setelah lari maraton. Tembok yang dibangunnya selama ini luruh begitu saja hanya dengan melihat gadis kecil yang tumbuh dewasa dan sangat cantik didepannya yang lagi tidur dengan lelapnya.


"Aleta" Ucap lirih Keenan dengan memegang dadanya yang seakan mau copot.