My Universe A

My Universe A

Anslvdrdali

0

 

Graduation Day

Untuk pertama kalinya setelah dua tahun pandemi, gedung Neo Law University kembali dipenuhi oleh keluarga para wisudawan NLU. Momen bahagia ini menandai digelarnya wisuda doktoral, magister, profesi, spesialis dan sarjana NLU. Acara di mulai sekitar pikul 10.00 ini, di hadiri oleh 1000 lulusan, yang terdiri dari 200 doktoral, 200 magister, 300 profesi dan 300 sarjana. 

Tak hanya dalam gedung, para orang tua mahasiswa juga turut memenuhi pelataran gedung menyaksikan proses acara lewat layar besar yang tersedia di sana. 

“Selamat ya,  Aisel.” kata seorang Dosen, yang mengenal baik Aisel.

“Terimakasih, Pak.” Balas Aisel dengan bahagia, dan senyuman manis.

Gadis itu bernama Aisel Blossom, Hari ini dia resmi menyandang gelar Sarjana Hukum, dengan nilai akhir yang sangat memuaskan dan membuat kedua orang tuanya begitu bangga padanya, Wajahnya cantik, pesonanya anggun, pribadinya ramah, kulitnya putih bersih mulus tanpa luka gores sedikit pun. Dan juga rambutnya yang panjang terurai berwarna coklat membuat laki-laki mana pun akan jatuh hati kepadanya.  

Dia melangkah begitu anggun dengan heels nya menghampiri kedua orang tuanya yang sudah siap untuk memeluk bangga anak semata wayangnya itu. 

“Aisel anak ku....” ucap seorang lelaki paruh baya, namun masih terlihat sangat gagah walaupun rambutnya sudah di penuhi uban dan kacamata minus yang setia bertengger di hidungnya. Dia bukan orang sembarangan, dia seorang pengacara kondang yang namanya sudah terkenal dimana-mana bahkan sampai keluar negeri. 

Dia merentangkan tangannya kemudian memeluk dengan sayang, Aisel. “Kita bangga sama kamu nak, ingat pesan Papah. Gelar mu ini enggak main-main, pergunakanlah dengan bijak dan jangan jadikan Papah mu ini sebagai panggung untuk kamu mencari perhatian orang. Papah sebentar lagi akan pensiun dan kamu yang akan meneruskan karir sebagai pengacara.”  

Aisel mengangguk paham, matanya menoleh ke arah sang ibu yang sedang mengusap-ngusap lembut punggungnya, “Aku juga mau peluk Mamah, sini Mah.” Aisel menarik ibunya. Mereka bertiga pun berpelukan dalam suasana haru acara wisuda.  

Tidak sampai disitu, mereka harus mengabadikan momen ini dengan foto keluarga sebagai kenang-kenangan nantinya. Sampailah mereka di sebuah studio foto yang akan mengabadikan momen mereka. Tawa, gembira dan senyuman bahagia menghiasi setiap gambar yang di ambil oleh fotografer.  

Mereka lelah dengan rangkaian acara hari ini, Ayahnya memutuskan untuk mengisi perut dulu sebelum pulang ke rumah. 

                             -My Universe A- 

Di belahan dunia lain. Suasana sunyi dan mencekam menyelimuti ruangan yang di penuhi oleh beberapa orang lelaki dengan perawakan tinggi, dan wajah mereka begitu serius. Entah apa yang sedang mereka bahas namun sepertinya sangat penting. 

“Tindakan kita sudah terlalu jauh dan melanggar peraturan yang sudah turun temurun di jalankan. Dengan tegas saya tidak setuju! Saya menjalankan tugas dari Anda dengan tetap mengikuti peraturan yang sudah ada sejak dulu.”  

“Jeffrey! Saya membayar Anda dengan jumlah yang sangat menggiurkan. Kau hanya perlu menjalankan tugas ini seperti biasanya!” tangan lelaki itu menunjuk-nunjuk Jeffrey dengan kesal dan marah.

“Tidak! Saya sudah muak dengan kalian, saya masih punya hati nurani selama saya bergabung disini saya sudah berjanji pada diri sendiri untuk tidak membunuh satu orang pun!”  

“Jeffrey!”  

BRAKK!!!!  

Gebrakan meja itu mengagetkan semua orang yang berada di sana.  

Jeffrey terlihat paling berani di antara sembilan orang yang berada di sana, dia menggebrak meja di hadapan sang ketua yang sangat di takuti. Tetapi Jeffrey tidak ada takut-takutnya, rahangnya mengeras dan matanya menatap tajam menusuk ke arah sang Ketua yang bernama Bonaventura. 

Siapa mereka ini sebenarnya? Mereka menyebut diri mereka dengan sebutan Bonaventura Brotherhood. Sekumpulan Gangster yang di ketuai oleh Bonaventura sendiri dan sudah berjalan sekitar 60 tahun lamanya. 

Ini merupakan generasi kedua, yang terdahulu sudah lama turun dari jabatannya karena faktor usia yang sudah tidak muda lagi, Bonaventura di tunjuk langsung oleh Ayahnya untuk mengisi jabatan sebagai ketua. 

Pekerjaan haram yang amat berisiko ini, mengharuskan mereka untuk tetap waspada dari ancaman-ancaman bahaya di luar sana. Sama seperti malam ini,  Seorang laki-laki muncul dari balik pintu dengan raut wajah yang sangat amat panik, napasnya tersengal-sengal bak di kejar binatang buas. 

“G...gawat!” Pria yang sering di sapa Ian itu berbicara terbata-bata, tangannya menunjuk-nunjuk ke arah luar namun mulutnya masih tak mampu untuk mengucapkan kata-kata lagi. 

‘’Ian ada apa?!”  

“Anak buah Napoleon ... Mereka akan mengepung mobil yang sedang membawa barang kita. Dan Kapal yang mengangkut uang kita di pelabuhan sudah mereka kuasai!”  

Mereka yang berada disini bukanlah orang-orang yang suka menunggu perintah dulu lalu langsung bergerak. Satu detik setelah Ian memberi tahu kekacauan yang terjadi di luar sana, mereka segera mempersiapkan senjata untuk melindungi diri dari serangan musuh. 

“Sial! Kenapa bisa terjadi! Gangster kecil itu benar-benar meresahkan. Saya tidak mau tau! Barang dan uang kita harus aman dari tangan mereka. Dan kamu Jeffrey, urusan kita belum selesai. Kau pergilah dan susul mobil yang sedang membawa barang kita.” Perintah Bonaventura yang Jeffrey acuhkan. Dia sudah muak tapi dia juga harus menuruti perintah pria tua itu.  

Mereka sudah tau tugasnya masing-masing, Jeffrey akan menyelesaikan tugasnya sendiri tanpa bantuan teman-temannya. Biarlah delapan yang tersisa itu melancarkan misi nya di pelabuhan dan menyelamatkan uang mereka yang nominalnya tidak main-main. 

Jeffrey sedikit berlari menghampiri mobil miliknya, sambil mengecek ketersediaan peluru di pistol yang ia bawa, pistol itu ia selipkan di belakang celananya, lelaki jangkung dan berambut hitam itu langsung menancap gas ke tempat tujuannya. 

Jeffrey pandai dan cerdik, dia sudah sering mengerjakan tugasnya sendirian, makannya Bonaventura sangat tidak setuju dengan Jeffrey yang akan keluar dari organisasi mereka, Jeffrey memiliki julukan wind breeze atau hembusan angin. Karena dia benar-benar rapi saat menjalankan misi tanpa adanya jejak sedikit pun. Benar-benar seperti hembusan angin yang menyapu. 

“Setelah gue mampu ambil alih mobil itu, dan membawanya ke Bonaventura gue beneran mau keluar dari organisasi ini. Fuck! Kenapa sekarang jadi banyak pertikaian, Dario keliatannya gak suka sama gue, gue bisa tau itu dari tatapan matanya yang seolah lagi rendahin gue.” 

Dario atau Dario Bonaventura adalah Anak pertama dari Bonaventura, sejak dirinya pulang dari luar negeri dan bergabung dengan organisasi terlarang milik ayahnya, lelaki itu sudah menaruh rasa tidak suka kepada Jeffrey yang selalu di anak emaskan oleh ayahnya. Dia sirik dan merasa kalau dirinya juga mampu. 

Bonaventura memiliki dua putra, yang satunya lagi tidak ada yang tau siapa dan berada di mana, menurut rumor yang beredar, Dario adalah anak hasil hubungan terlarang Bonaventura dengan selingkuhannya dan sekarang sudah menjadi istri keduanya. Istri pertamanya telah menggugat cerai Bonaventura saat ia tau kalau suaminya itu telah memiliki anak dari wanita lain. 

Singkatnya, Bonaventura lebih dahulu memiliki anak dari selingkuhannya di bandingkan istri pertamanya, dan mungkin karena itu lah sampai sekarang tidak ada yang tau siapa anak kedua Bonaventura dari istri pertamanya. 

Kembali pada Aisel dan kedua orang tuanya yang sedang berada di jalan tol arah rumah mereka, Aisel kelelahan di kursi belakang mobil yang sedang di tumpanginya dan kedua orang tuanya. Sang ibu setia menemani ayahnya mengobrol agar lelaki yang sedang mengemudikan mobilnya itu tidak merasakan kantuk. 

Aisel yang benar-benar lelah itu merubah posisinya menjadi setengah rebahan, dengan bantal kecil yang menopang kepalanya, Aisel sangat ngantuk. Dia memejamkan matanya dan pasti jika sudah sampai di rumah ibunya akan membangunkannya. 

Ibunya sekilas menengok anaknya yang sedang tertidur di belakang, ia tersenyum. Perasaan bangga masih belum hilang dari hatinya, Aisel telah berhasil membuat hidupnya sangat sempurna. Wanita tua itu kembali memfokuskan pandangannya ke depan.  

“Aisel tidur Mah?” tanya lelaki di sampingnya. 

“Iya, dia cape banget tuh sampai langsung nyenyak gitu tidurnya.”  

“Usaha dia gak sia-sia ya belajar siang dan malam buat orang tuanya bangga, sudah terbayarkan.”  

“Aisel anak kita sangat pandai, walaupun dia tidak cukup mandiri. Aisel pasti bisa menjalani hidupnya tanpa kita nanti.” 

Suaminya mengangguk setuju, dia melirik spion samping dan melihat segerombolan motor yang di tumpangi anak-anak muda itu ugal-ugalan tidak mementingkan keselamatan sendiri apalagi keselamatan orang lain. 

“Anak-anak jaman sekarang hobinya kayak gitu. Gak ada manfaatnya, cuma bikin rugi banyak orang.” 

Lelaki itu mengendarai mobilnya dengan hati-hati agar dapat menghindari motor-motor yang melanggar aturan lalu lintas tersebut, kenapa bisa sebuah motor masuk ke dalam jalan tol dengan keadaan jalanan begitu sepi. 

Dia sempat curiga kalau mereka ini sekumpulan begal yang hendak merampas harta benda miliknya, tetapi motor-motor itu melintas begitu saja mendahului mereka, dan ternyata mobil yang di tumpangi Aisel dan orang tuanya bukanlah incarannya. 

Melainkan satu mobil kontainer besar yang berada di paling depan lah yang menjadi incarannya, sudah dapat di tebak, mungkin yang berada di dalam mobil kontainer itu lebih menggiurkan isinya. 

“Hati-hati Pah, jaga jarak. Takutnya mobil di depan kita hilang kendali” Ibu Aisel sudah berfirasat buruk, jemarinya mencengkeram lengan pria di sampingnya takut. 

“Iya Mah tenang aja.” ucapnya, lalu memperlambat laju kendaraan agar dapat menjauh dari aksi ugal-ugalan remaja-remaja nakal di depan mobilnya.

Keadaan di luar pun semakin chaos, Kontainer itu enggan mengalah dan malah membelokkan mobil nya ke sisi kiri dan kanan, si supir melakukan itu agar motor-motor yang mengepung kendaraannya dapat tumbang dan berhenti mengejar dia.

"Mana bantuan untuk ku! mereka sebanyak 20 orang, sebentar lagi mobil akan menuju jalan raya. kalau bantuan tidak segera datang itu artinya kita dalam bahaya. Saya akan mati! dan barang ini tidak akan sampai pada Tuan Bonaventura!" kata sopir Kontainer panik, matanya tak henti melirik kanan kiri kaca jendela mobilnya, dengan sebuah ponsel yang masih setia menempel di telinga mendengarkan jawaban dari seseorang yang sedang memberi tahu sesuatu padanya.

"Kalau begitu cepatlah! jalanan ramai ada banyak kendaraan lain! bahaya!"

PRANG!!!!

Seseorang dari luar yang sedang berdiri di motornya berhasil memecahkan satu kaca mobil Kontainer sebelah kanan, serpihan kaca pun tak luput melukai sopir kontainer yang berada di dalamnya. dengan refleks dia membanting stir mobil ke arah kanan, dan tindakannya itu berhasil menumbangkan satu motor yang diisi dua orang gangster. 

Motor itu terpental ke arah berlawanan, dan tanpa diduga sebuah truk yang tak kalah besar sedang melaju dengan kecepatan tinggi dari arah berlawanan juga. sopir truk itu terperanjat kaget berusaha menghindari sebuah motor yang akan menghantam body depan kendaraannya.

Kedua kendaraan itu sama-sama menghindar, terdengar bunyi klakson yang menggelegar, dari beberapa kendaraan yang berada di sekitar sana. Namun tanpa sopir truk sadari usahanya untuk menghindari sebuah motor ternyata sia-sia. karena sekarang tepat di hadapannya sudah ada sebuah mobil sedan yang sedang mengklaksoni mobil truk nya. 

Pada akhirnya kecelakaan fatal pun tak dapat dihindari. Mobil truk berwarna merah yang awalnya akan menghindari sebuah motor, yang entah bagaimana bisa berada di jalan tol seperti ini, malah menabrak sebuah mobil sedan berwarna hitam. dan sukses membuat mobil sedan itu terpental ke bahu jalan. sang sopir dapat melihat ada satu tubuh yang terpental dari dalam sana.

                           -My Universe A-

Waktu berhenti sesaat, saat sebuah truk berwarna merah menabrak mobil sedan ayahnya, dan membanting jauh mobil yang mereka kendarai.

Semua jadi gelap gulita di mata Aisel. dia terpental jauh dari mobil yang ditumpangi nya. suara dentuman memecah hingga terdengar beberapa kilometer dari tempat kejadian. 

Mobil sedan berwarna hitam itu rusak parah di bagian depan, bisa di pastikan kedua orang tuanya tidak selamat, di tambah bocornya tangki bensin dan kemunculan percikan api yang tak lama langsung membakar mobil sedan tersebut.

Aisel terpental sejauh lima meter, benturan keras yang ia dapat saat tubuhnya menghantam jalanan membuatnya lemah tak berdaya, apalagi dia masih dapat menyaksikan mobil orang tuanya sekarang sedang terbakar. Aisel tidak bisa berbuat banyak, air matanya keluar bercampur dengan darah yang sudah keluar deras dari sekujur tubuhnya.

Bibirnya merapal hendak mengatakan sesuatu namun tak mampu, dan akhirnya dia sepenuhnya tidak sadarkan diri, semoga ini hanya mimpi buruk baginya. doanya sebelum matanya benar-benar tertutup.

Tidak ingin menjadi tersangka, sopir mobil truk berwarna merah itu memilih untuk pergi meninggalkan tempat kejadian sebelum semakin banyak orang yang mencurigai nya.

lalu bagaimana dengan segerombolan motor dan kontainer yang menyebabkan awal mula kekacauan ini?

Mereka sudah berlalu, tanpa mengetahui kalau di belakang mereka terjadi sebuah kecelakaan yang sangat mengerikan akibat ulah mereka yang merugikan.

Beberapa mobil meminggirkan kendaraannya, mereka hendak membantu memadamkan api yang sedang berkobar hebat, suara teriakan panik terdengar saat seorang laki-laki meminta pada pengendara lain untuk segera memanggil bantuan.

Kejadian itu tak luput dari perhatian Jeffrey yang melintas di sana untuk menyusul Kontainer yang membawa barang milik bos nya. dia sadar kejadian ini pasti di sebabkan oleh anak-anak Napoleon. Jeffrey meminggirkan kendaraannya. lalu keluar dari sana menghampiri orang-orang yang sedang berkerumun kebingungan tidak tau harus berbuat apa, peralatan yang minim membuat mereka hanya berharap agar bantuan segera datang lalu memadamkan si jago merah yang terus melahap mobil sedan yang sudah tidak berbentuk tersebut.

"Permisi, permisi" Jeffrey berjalan menembus kerumunan orang, untuk dapat lebih dekat melihat mobil yang terbakar dan mencari di mana korban berada.

"Di mana korban nya?" tanya Jeffrey pada lelaki di sampingnya.

Lelaki itu menoleh lalu menjawab, " Mereka sepertinya tidak sempat menyelamatkan diri, dan naas mereka harus terbakar di dalam sana."

"Anda yakin kalau korban hanya mereka?" 

"Iya, saat saya berhenti memang sudah seperti ini. tidak ada tanda-tanda dari korban, sudah di pastikan mereka terbakar di dalam" jawab lelaki itu.

Tapi batin Jeffrey berkata lain, tidak. pasti ada yang selamat, ada yang masih bisa di selamatkan. 

Dia kembali menembus kerumunan orang dan mulai mencari kebenaran atas perasaannya itu, hati nya bertolak belakang dengan pernyataan orang-orang di sana. matanya mulai menatap dengan awas sekeliling tempat kejadian.

Entah apa yang membuat Jeffrey menjadi seperti ini, seharusnya ia tidak usah peduli dan terus melanjutkan perjalanannya. tetapi insting nya terus menyuruhnya untuk tetap di sini dan mencari sesuatu yang dia sendiri tidak tau.

Jeffrey tak sadar dia sudah menyusuri jalanan sejauh lima meter, sampai akhirnya dengan kedua matanya Jeffrey menagkap sesuatu yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. dan instingnya itu terbukti.

Alis matanya terangkat, matanya terbuka lebar, sampai rahangnya ikut menganga. dia tidak salah lihat, itu benar-benar tubuh manusia yang sudah terkulai lemas. Jeffrey buru-buru menghampiri tubuh itu. merangkulnya dan berusaha menyadarkannya.

"Ya tuhan! apa orang-orang tadi buta, sudah jelas disini ada korban!" ucap Jeffrey panik.

Di lihat dari jarak pandang dan posisi korban, wajar jika orang-orang itu tidak dapat menemukan wanita yang sudah tidak sadarkan entah dari kapan ini. dia terpental jauh badannya terhalan oleh semak-semak dan jika tidak sengaja mencari seperti Jeffrey sudah pasti tidak akan di temukan dengan sekali melihat. 

"Tubuhnya masih hangat, dia masih bisa di selamatkan. bertahanlah nona, saya akan membawa anda ke rumah sakit sekarang" gumamnya.

Jeffrey mengangkat tubuh wanita itu yang tak lain adalah AIsel, dia berjalan menuju mobilnya mengabaikan pandangan orang-orang yang melihatnya kebingungan. Jeffrey kesal untuk apa mereka hanya berkerumun dan tidak melakukan pencarian. hanya membuat macet saja.

Jeffrey meletakan AIsel di kursi depan, memasangkan seatbelt terlebih dahulu. dia tidak bisa melihat wajah Aisel dengan jelas, selain karena rambut wanita itu acak-acakan dan kusut, darah yang bercucuran dan hampir mengering pun membuatnya tidak bisa di kenali.

Dia kemudian membawa Aisel pergi ke rumah sakit terdekat agar wanita itu dapat segera mendapatkan penanganan dari Dokter, Jeffrey melupakan tugas utamanya dan malah membantu seorang wanita yang ia sendiri bahkan tidak tahu siapa. Jeffrey nampaknya belum sadar dengan tindakan nya tersebut.

Saat perjalanannya menuju rumah sakit, Jeffrey melihat beberapa ambulance dan mobil polisi sudah menuju lokasi kejadian. Jeffrey dapat bernapas lega. 

"Bertahan lah nona, sebentar lagi kita akan sampai." 

Jeffrey sekali lagi memperhatikan tubuh wanita itu, dia memakai stelan kebaya. Jeffrey menebak-nebak mungkin wanita tersebut baru pulang dari acara wisuda nya. Jeffrey tau karena rumah nya tak jauh dari lokasi Universitas dan kebetulan hari ini sedang di selenggarakan acara wisuda.

Jeffrey lalu memikirkan sesuatu, Jika mobil yang terbakar tadi merupakan mobil orang tua dari wanita yang berada di sebelahnya, itu artinya dia sekarang sudah menjadi seorang yatim piatu.

Jeffrey tidak ingin menebak-nebak lagi, setelah ia sadar ini bukanlah urusan nya. dan setelah mengantarkan wanita tersebut ke rumah sakit. Jeffrey akan pergi untuk menuntaskan tugasnya.

Malam kelam berjalan begitu lambat, mengantarkan AIsel pada mimpi buruknya. dan mulai hari ini, perjalanan Aisel sebagai seorang yatim piatu akan di mulai. 

Tolong bertahanlah sampai akhir Aisel Blossom…..