My Story. Kumpulan cerita pendek

My Story. Kumpulan cerita pendek

weedee68

0

Seperti Kisah Kita

“Langitnya bagus banget malam ini, ya, Fei?”

Feiza tersenyum dan mengangguk. Terdengar embusan napas berat seperti sebuah penyesalan dari pemuda yang duduk di sebelah Feiza.

“Kenapa?” Fei menatap sambil mengerutkan dahi.

“Fei, Papaku pindah tugas lagi. Kali ini dia mau kami sekeluarga ikut,” kata Kenzo lirih.

Dia melihat tepat ke arah mata Kenzo, “Kamu enggak lagi bercanda, kan?”

Gelengan kepala Kenzo memupus harapan Feiza. Tiba-tiba, dia merasa ada yang tercabut dari dirinya.

“Kamu bisa nge-kos, kan? Atau tinggal di rumahku, mama pasti ngizinin.”

Fei berusaha memberi alternatif lain agar Kenzo tetap tinggal di kota ini. Kenzo menggeleng lemah.

“Papa mau kami ikut semua karena ini adalah penugasan terakhirnya sebelum pensiun. Papa memutuskan kembali ke kota kelahirannya setelah tidak berdinas lagi.”

Tubuh Fei kini benar-benar lunglai.

“Kapan kamu pindah?”

“Tiga hari lagi.”

Feiza menutup matanya rapat-rapat. Dia tidak mau menangis di depan Kenzo. Dua tahun Feiza menutupi perasaannya di balik kata persahabatan, kini dia harus benar-benar menghapus rasa itu sebelum dia tambah terluka.

“Kalau lulus SMA, kita kuliah di tempat yang sama, ya, Fei.”

Feiza diam tidak menanggapi.

“Supaya kita enggak pisah lagi nanti.”

Mata Feiza membulat sempurna sambil memandang Kenzo yang tersenyum lebar.

“I love you, Fei.”

***

#ChallengeIWZ

#belajarbarengIWZ

Weedee_Taipei_27072022


Ikhlas Melepaskan

Naira tergugu di sebelah Adrian. Tangan Adrian mengusap pipi Naira yang basah.

“Maafkan aku. Ini demi kebaikan kita semua.” Adrian mengecup jemari Naira.

“Kenapa setelah empat tahun kita berjuang kau memilih menyerah?” tanya Naira sambil berurai air mata.

Adrian pun tak kuasa lagi menahan air matanya. Sedari tadi dia berusaha agar bendungan di matanya tidak jebol, tetapi usahanya sia-sia.

“Kita tak akan bisa bersatu dengan perbedaan yang ada selama ini. Hanya dengan ikhlas melepaskan semua kita bisa bahagia.”

Air mata Naira semakin deras, begitu juga Adrian.

“Kenapa Tuhan pertemukan kita kalau akhirnya hanya untuk dipisahkan?” tanya Naira pilu.

***

#BelajarBarengIWZ

#GamesIWZ

Weedee_Taipei_26072022


Pelabuhan Terakhir

Kupandangi sosok yang masih berdiri diam sambil memandang jauh ke depan. Tatapannya kosong seperti tak berjiwa. Aku sendiri tak pernah bisa menerka apa yang sedang dipikirkannya.

“Apa dia ada di sana?” tanyamu tanpa mengalihkan pandangan.

“Mungkin.” Aku sengaja tidak menjawab panjang karena pasti akan ada pertanyaan lainnya.

“Apa mungkin dia bertemu Putri Duyung yang cantik dan menetap di goa tersembunyi di palung yang paling dalam?”

Kali ini aku sengaja tak menjawab. Siapa yang bisa menerka apa yang ada di bawah hamparan air tanpa batas itu? Meski terlihat tenang dengan riak dan gelombang yang bersahabat, tetap saja misteri itu tersimpan abadi di kedalamannya.

Siapa menyangka ketenangannya bisa menelan ratusan nyawa dan menghilangkan semua yang tersisa hanya dalam sekejap? Tak heran Tuhan tempatkan makhluk terbesar di dunia saat ini di sana. Ikan-ikan paus berbagai spesies bebas bercengkerama dan berpindah ke berbagai zona tanpa merasa kesulitan. Jutaan plankton berbagai jenis pun menetap di sana tanpa pernah kekurangan oksigen dan berebut tempat.

Luas yang tak terbatas dan kedalamannya yang tak terkira memaksamu menerima keputusan, jika kekasihmu hilang ditelan badai saat kapalnya berlayar menuju pelabuhan terakhir.


Weedee_Taipei_20072022


Lepas


“Sabar, Jo. Memang belum rezekimu.”

Karjo tahu kalau Hari Cuma mau menghiburnya, tetapi rasanya sakit sekali mendengar ucapan itu. Apa selama ini Karjo kurang sabar, hingga harus diuji dengan hal menyakitkan seperti ini?

Karjo terduduk lemah di pinggir lapangan. Tubuhnya seperti kehilangan tulang sampai dia tidak sanggup berdiri. Matanya berkaca-kaca sejak tadi. Berkali-kali dia mengembuskan napas seperti orang putus asa.

“Maaf, ya, Pak. Tadi anak saya enggak sengaja,” ucap seorang ibu dnegan wajah yang menunjukkan keprihatinan.

Karjo hanya terdiam memandang ibu dan seorang bocah lelaki yang ketakutan di sampingnya. Tanpa mampu berkata apa-apa, Karjo hanya mengangguk.

Dipandanginya langit di atas tempat wisata Yogyabay. Di atas sana tampak warna-warni seikat balon terbang dengan bebas. Seakan gembira karena kini bisa mencapai langit dan terbang bersama awan dan burung. Sementara itu, di bawahnya Karjo menatap dengan putus asa.

“Bagaimana aku mengganti modal balon kepada juragan Joni?”

Di tangan Karjo hanya ada satu lembar uang sepuluh ribuan. Harga satu balon yang tadi dibeli seorang gadis kecil. Balonnya baru terjual satu buah, sedangkan yang terlepas dari tangannya ada lebih tiga puluh buah.


Weedee_Taipei_19072022