My Girlfriend is a Firtly

My Girlfriend is a Firtly

Aruna Askara

0

Derap sepatu pantofel terdengar ketika bertemu dengan ubin keramik di sepanjang lorong sekolah. Langkahnya yang begitu pelan dan pasti membuat semua orang menatap malas akan tindakan gadis itu. 

Gadis dengan tubuh tinggi dan kulit putih bersih bersenandung kecil saat melewati lorong demi lorong sekolahnya. Earphone yang tersumpal di kedua telinganya membuat dia tidak bisa mendengar bisikan-bisikan sinis dari siswi di sana.

Kedua matanya sibuk bergerak ke sana kemari mencari objek yang sedang menjadi targetnya. Gadis itu datang lebih pagi untuk bisa bertemu dengan laki-laki idamannya. Begitu cintanya gadis itu hingga rela bangun pagi dan menyiapkan segalanya untuk bisa datang lagi. 

"Dia di mana, sih? Tumben belum datang ke kelas. Biasanya sudah tidur di pojokan. Tapi, kelasnya masih sepi." Gadis itu tampak menggerundel sebal karena tidak menemukan laki-laki yang dia sukai di dalam kelas. 

"Pasti dia sedang bersembunyi dari gue. Dia udah datang, tapi enggak ke kelas," sambung gadis itu sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. 

Gadis itu sangat yakin jika laki-laki yang dia cari itu datang lebih cepat hanya untuk menghindarinya saja. 

"Gue cari ke rooftop aja kali, ya? Mungkin dia ada si sana," putus gadis itu menuju ke atap sekolahan yang diduga menjadi salah satu tempat persembunyian laki-laki idamannya. 

Gadis itu mendesah berat saat tidak menemukan tanda-tanda orang yang dicarinya ada di sana. Gadis itu berjalan masuk ke dalam rooftop dan menelisik sekeliling sudut ruang terbuka itu. 

"Ihhh ..., dia di mana sih?!" kesal gadis itu saat tak menemukan batang hidung orang yang sedang dia cari. 

Lelah karena tidak menemukannya, gadis itu kembali keluar dari rooftop dengan segala gerundel dalam hatinya. Dia bahkan sampai merubah ekspresinya menjadi sebal dan mengerucutkan bibirnya. 

Di saat ingin berbelok untuk naik ke tangga menuju kelas. Kedua mata gadis itu berbinar senang melihat laki-laki yang dicarinya berjalan membelakanginya. Spontan saja gadis itu berteriak kencang memanggil namanya. 

"NANDO SAYANG!!!" teriak gadis itu dengan kencang hingga menggema di seluruh lorong sekolahan. 

"Aish, ternyata Nando baru datang. Pantas saja aku cari dia tidak ada," gumam gadis itu melihat Nando yang menoleh ke belakang. 

Senyum manis tidak lupa terbit di kedua sudut bibirnya. Gadis itu juga dengan tidak tahu malunya melambaikan kedua tangannya ke arah Nando yang terlihat kaget melihat gadis itu. 

"Eh, dia mau pergi. Gue harus ke sana," ucap gadis itu kelabakan saat Nando berjalan mengabaikannya. 

Gadis itu secepat kilat berlari menghampiri Nando. Dia tidak peduli dengan tungkai kakinya yang akan memerah karena dirinya yang berlari kencang dengan menggunakan sepatu pantofel. 

"Eh ... Eh ... Eh ..., tungguin aku dong, sayang!" pekik gadis itu sambil menarik lengan kekar milik Nando. 

Terlihat Nando yang terkejut dan menatap dengan menyesal. Dia menyesal karena datang di saat tidak tepat. Sia-sia dia bersembunyi selama 15 menit untuk tidak bertemu dengan cewek itu. Namun, pada akhirnya ketahuan juga sama cewek centil ini. 

Nando memutar kedua bola matanya dengan malas. Dia menatap datar ke arah gadis yang berdiri di depannya dengan wajah sangat antusias.

"Berisik banget sih, lo!" hardik Nando menatap sebal ke arah gadis pengganggu itu. 

Gadis itu mengubah ekspresinya menjadi terkejut karena bentakan dari Nando.

"Aku enggak berisik sayang. Aku cuma panggil kamu aja kok, enggak sampai heboh." Nando berdecih keras melihat gaya bicara wanita itu. 

Menurut Nando, gadis di depannya ini sungguh menyusahkan hidupnya selama sekolah di sini. Aktifitasnya selalu terhimpit dan berkurang karena rusuhnya dia saat bertemu. Bahkan semuanya sudah tahu bahwa dirinya adalah orang yang disukai oleh Viona. 

"Nggak usah pakai aku-kamu! Gue jijik dengan panggilan itu," ketus Nando memperingatkan Viona untuk tidak memanggil dengan sebutan aku-kamu yang membuat Nando merasa jijik. 

"Tapi kan, itu aku lakukan biar kita tambah dekat. Aku mau kamu juga panggil dengan 'aku' jangan pakai 'gue'. Aku enggak suka," protes Viona dengan tidak tahu dirinya. 

Viola masih mempertahankan senyum manisnya. Dia begitu memuja ketampanan laki-laki di depannya ini. Sangat tampan. Bahkan ketampanan melebihi batas normal dari laki-laki lain. 

"Lo siapa gue pakai nyuruh segala. Terserah gue mau manggil lo apa. Jangan protes lo cuma benalu di hidup gue," hardik Nando dengan tatapan tajamnya. 

"Kalau aku benalu di hidup kamu. Jadi, aku bisa dong lebih dekat sama kamu. Kan benalu hidupnya menempel pada pohon." Sangat bodoh mendengar balasan yang dilontarkan oleh Viona. 

Bisa-bisa Viona mengatakan dengan girangnya karena dianggap benalu oleh Nando. 

"Lo itu benalu yang hidupnya cuma menumpang. Lo merugikan gue," ketus Nando membalas. 

Nando menatap dengan rasa jijiknya. Dia mendadak mual mendengar ucapan gadis itu. Dia pikir setelah membentaknya, gadis ini akan menyerah dan meninggalkan dia tanpa menganggu lagi. Tetapi, itu salah. Viona malah terus saja menganggu dan merecoki dirinya tanpa ingin berhenti. 

"Masa, sih? Bukannya kamu juga senang di dekati denganku?" tanya Viona dengan percaya dirinya. Dia sungguh senang menjahili laki-laki di depannya ini. 

Mendengar itu, Nando lantas melongo. Dia sangat heran dengan kepribadian baja dan tidak tahu yang dimiliki Viona. 

Nando membalas, "Siapa juga yang pengen dekat sama cewek centil macam lo? Nggak ada! Gue ogah juga dekat-dekat sama cewek kurang belain kayak lo," balas Nando dengan sarkastik. Nando mengatakan tanpa ada rasa sedikit lembut kepada seorang wanita. Nada bicaranya terdengar begitu tinggi hingga mengenai mental gadis tersebut. 

Seperti tidak kenal menyerah. Gadis itu malah menarik lengan Nando dan memegangnya dengan erat. "Jangan gitu dong, Nando. Kata-kata kamu itu menyakiti hati aku. Kamu kan tahu kalau aku cinta banget sama kamu," kata Viona mengerucutkan bibirnya seperti sedang merajuk pada kekasihnya. 

"Dengarkan gue, Viona gadis centil! Berapa kali lo nyatakan perasaan ke gue. Gue nggak akan terima cinta lo. Lo itu jelek, kurus, nggak punya standar kecantikan seperti Shesa. NGERTI?!" 

Nando berteriak keras di depan wajah Viona yang tampak terdiam mendengar kata-kata pedas dari laki-laki idamannya. 

Nando menatap tajam ke arah gadis yang diketahui bernama Viona. Kedua mata Nando tampak membola lebar dengan urat-urat leher yang terlihat menahan amarah. Nando sangat tidak menyukai gadis di depannya ini. menurut Nando, gadis ini sangat menganggu dia untuk melakukan apa pun di sekolah. 

Roseanne Vionarika Zelqi adalah nama gadis itu. Gadis yang banyak tingkah, banyak omong, dan banyak cara untuk mendapatkan hati sang pujaan hatinya.

Viona adalah nama yang sering disebut oleh teman-teman. Viona adalah gadis yang mempunyai selera humor rendah. Dia selalu tertawa entah itu lucu atau tidak. Selain itu, memiliki paras cantik seperti blasteran bule dan mulut yang terus mengoceh seperti burung beo. 

Viona menyukai Nando sejak masuk kelas X. Viona mulai tertarik kepada Nando saat berada satu kelompok kelas sementara. Viona melihat jika Nando itu adalah cowok yang menarik, sifatnya yang dingin, wajahnya yang datar, dan perilakunya yang sedikit nakal membuat Viona semakin tertarik dengan Nando. 

"Jelek bagaimana, sih? Aku dengan Shesa, jelas cantikan aku dong." Tidak terima, Viona pun memprotes. 

"Menurut gue lo jelek," kata Nando. 

"Aku bisa kok perawatan pakai skincare yang bagus biar aku tambah cantik seperti yang kamu mau," kata Viona sambil mengedipkan sebelah matanya.

Nando menatap geli ke arah Viona. "Lepasin gue," sentak Nando mendorong Viona saat disentuh lengannya. 

"Nando kamu kenapa, sih? Aku itu beneran sayang sama kamu. Selama satu tahun aku nunggu kamu putus sama kak Jena. Masa kamu enggak mau menghargai perasaan aku?" ungkap Viona tentang perasaan yang selama ini dia pendam untuk Nando. 

"Nggak akan gue menghargai lo!" balas Nando ketus.

"Kenapa? Ada yang salah sama aku?" tanya Viona lagi. 

Dia tidak akan menyerah begitu saja, dia harus memperjuangkan cintanya kepada Nando. Karena cinta memang harus diperjuangkan, sebelum kata cinta diucapkan ke cewek lain.

"Karena lo ganggu gue! Gue nggak level sama lo! Lo itu centil, cerewet, dan gue nggak suka! Intinya gue nggak suka lo," bentak Nando tepat di depan muka Viona hingga membuat wajah Viona terdorong ke belakang karena sangking dekatnya. 

Nando berharap apa yang dikatakan akan masuk kedalam akal Viona. Dengan begitu, hidupnya akan kembali damai seperti dulu. 

"Terserah kalau kamu nggak suka, aku tetap akan menyukai kamu sampai kapan pun. Aku berharap kamu akan menyukaiku juga!" ucap Viona dengan nada tingginya.

Viona tetap akan mencintai cowok di depannya itu meski selalu mendapat bentakan, ejekan dan kata sarkastik. Viona tidak peduli. Dia hanya tetap akan mencintai Nando. Hanya Nando. 

"Terserah lo," kata Nando yang meninggalkan Viona sendirian dengan perasaan sakit yang mendalam.  

Rosie menatap punggung gagah milik Nando. Senyum penuh yakin terpancar dari raut wajahnya. 

"Dasar gadis bodoh! Sudah tahu dia tidak suka, tapi tetap saja mengejar." Seseorang tersenyum sinis di balik tembok.