Mimpi di tengah malam

Mimpi di tengah malam

ariniwidayati

0


Bab 1

Di malam itu, angin bertiup sepoi-sepoi di antara pepohonan yang bergoyang-goyang. Bulan terlihat penuh dan cahayanya menerangi jalanan yang hampir lengang. Tidak banyak orang yang berada di luar di malam itu. Namun, di sebuah kafe kecil yang terletak di pinggir jalan, ada seorang wanita yang duduk sendiri di meja yang terletak di pojok ruangan.

Wanita itu duduk dengan diam, memandangi segelas kopi di depannya. Wajahnya yang cantik terlihat murung, dan matanya terus memandangi jalan yang sepi di luar kafe. Dia tampaknya dalam pikiran yang dalam, terpaku pada sesuatu yang tak terlihat oleh mata orang lain.

Wanita itu bernama Maya, usianya sekitar 30 tahunan. Dia seorang penulis yang sudah terkenal dengan beberapa novelnya. Namun, di malam itu dia tidak sedang mencari inspirasi atau menulis sesuatu. Dia hanya ingin menenangkan dirinya sendiri setelah mengalami hari yang melelahkan.

Tiba-tiba, seseorang masuk ke dalam kafe itu. Lelaki itu berusia sekitar 35 tahunan, dengan wajah yang tampan dan berpakaian rapi. Dia langsung menarik perhatian Maya karena kehadirannya yang tiba-tiba.

Lelaki itu berjalan ke arah meja Maya dan tersenyum. "Bolehkah aku duduk di sini?" katanya sambil menunjuk kursi di depan Maya.

Maya mengangguk, tetapi masih terlihat cemas. Dia tidak suka dengan orang asing yang mendekatinya, terlebih lagi pada malam yang sunyi seperti ini. Namun, lelaki itu tampaknya cukup tenang dan sopan, sehingga Maya merasa tidak perlu khawatir.

"Lama sekali kau duduk di sini," kata lelaki itu sambil tersenyum. "Apakah kau menunggu seseorang?"

Maya menggeleng. "Tidak, aku hanya ingin menikmati secangkir kopi dan merenung sejenak."

Lelaki itu mengangguk mengerti. "Sama seperti aku. Aku juga butuh waktu sendiri untuk merenung."

Maya terdiam sejenak, tetapi kemudian dia memutuskan untuk mengajak bicara lelaki itu. Dia merasa kesepian dan ingin berbicara dengan seseorang. Mungkin, lelaki itu bisa menjadi teman sejenak baginya.

"Apa pekerjaanmu?" tanya Maya.

Lelaki itu mengangkat alisnya. "Aku seorang penulis juga. Namun, aku belum terkenal seperti kau."

Maya tersenyum. "Aku juga bukan terkenal. Hanya beberapa orang saja yang membaca novelku."

Lelaki itu tertawa. "Setidaknya kau sudah mendapat penghargaan. Aku masih belum pernah meraih penghargaan apa pun."

Maya merasa sedikit terharu. "Aku yakin suatu saat kau akan meraih penghargaan juga. Kau pasti memiliki bakat yang luar biasa."

Lelaki itu tersenyum. "Terima kasih atas kata-katamu yang baik itu. Namaku Brian, Brian Johnson," katanya sambil merenggangkan tangan untuk bersalaman dengan Maya.

Maya tersenyum dan merenggangkan tangannya untuk bersalaman dengan Brian. "Aku Maya," kata Maya singkat.

Keduanya terdiam sejenak, tetapi kemudian mereka terus berbicara dan bercerita tentang kehidupan masing-masing. Mereka menemukan banyak kesamaan dalam hobinya, seperti menulis dan membaca buku. Akhirnya, mereka pun menjadi semakin akrab.

Waktu berlalu dengan cepat dan tiba-tiba Maya merasakan tubuhnya semakin lelah. Dia merasa terkejut karena telah begitu lama berbicara dengan Brian. "Maaf, Brian. Aku harus pulang sekarang. Aku merasa sangat lelah," ujar Maya sambil melirik jam tangannya.

Brian mengangguk. "Tentu saja, aku mengerti. Aku juga harus pulang. Kita bisa bertemu lagi di sini suatu saat nanti."

Maya mengangguk dan kemudian mereka berpisah dengan ramah. Maya melangkah keluar dari kafe, merasa lebih segar setelah menghabiskan waktu yang menyenangkan dengan Brian. Namun, ketika Maya melangkah keluar dari kafe, tiba-tiba dia merasa seolah-olah sedang terbang di udara.

Semua sekitarnya berubah menjadi kabur dan Maya tidak dapat melihat dengan jelas apa yang ada di sekitarnya. Dia merasa panik dan mencoba untuk memfokuskan pandangannya. Namun, semuanya masih terlihat kabur.

Setelah beberapa saat, segalanya menjadi normal kembali. Maya merasa sedikit lelah dan kebingungan. Dia tidak tahu apa yang baru saja terjadi pada dirinya.

Maya memutuskan untuk pulang ke rumah dengan taksi. Dia masih merasa bingung dengan apa yang baru saja terjadi. Namun, ketika dia memasuki rumahnya, dia merasa semakin terkejut.

Semua perabotan dan benda-benda di rumahnya berada di tempat yang sama seperti biasa. Namun, ketika Maya mencoba untuk menyalakan lampu, dia menyadari bahwa listrik rumahnya mati total.

Maya mencoba menyalakan saklar lampu beberapa kali, tetapi tidak ada yang terjadi. Dia merasa bingung dan ketakutan. "Apa yang terjadi pada diriku?" gumamnya.

Maya mencoba untuk memanggil teman-temannya, tetapi tidak ada yang mengangkat teleponnya. Dia merasa semakin kesepian dan takut. Semuanya menjadi semakin buruk ketika dia melihat bayangan yang bergerak di sudut ruangan.

Maya merasa terkejut dan berusaha untuk mencari tahu apa yang terjadi. Namun, dia merasa kepalanya semakin berat dan tubuhnya semakin lelah. Akhirnya, dia pun terjatuh pingsan di lantai rumahnya.

Maya terbangun di tengah malam dengan nafas yang terengah-engah. Dia merasa ketakutan dan bingung. Dia tidak tahu apa yang terjadi padanya. Dia merasa lemas dan sakit di seluruh tubuhnya. Maya mencoba untuk bangkit, tetapi kakinya terasa lemah dan dia jatuh kembali ke tempat tidur.

Seketika, Maya menyadari bahwa ada seseorang yang berada di samping tempat tidurnya. Dia melihat ke arah itu dan terkejut melihat seorang wanita tua dengan pakaian yang kusam dan rambut yang berantakan sedang duduk di samping tempat tidurnya.

"Wahai anakku, jangan takut," kata wanita tua itu dengan suara lembut. "Aku adalah nenek moyangmu. Aku datang untuk memberikanmu pesan penting."

Maya merasa terkejut dan tidak tahu apa yang harus dia katakan. Dia tidak percaya bahwa dia sedang berbicara dengan nenek moyangnya. Namun, ketika dia melihat ke wajah wanita tua itu, dia merasa ada kebenaran dalam kata-katanya.

"Apa pesan pentingmu?" tanya Maya dengan suara gemetar.

"Nenekmu memiliki pesan untukmu," kata wanita tua itu. "Kamu harus segera meninggalkan tempat ini. Ada bahaya yang mengancammu di tempat ini. Kamu harus bergerak cepat dan pergi ke tempat yang aman."

Maya lmerasa terkejut dan tidak tahu harus bagaimana. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan atau ke mana harus pergi. Namun, ketika dia melihat ke wajah wanita tua itu lagi, dia melihat kepastian dalam matanya.

Maya memutuskan untuk mengikuti pesan nenek moyangnya. Dia berusaha untuk bangkit dari tempat tidurnya dan bergerak keluar dari rumahnya dengan cepat. Dia tidak tahu ke mana harus pergi, tetapi dia tahu bahwa dia harus bergerak cepat.

Maya keluar dari rumahnya dan berlari ke jalan raya. Dia melihat beberapa mobil melintas, tetapi tidak ada yang berhenti untuk menolongnya. Dia merasa semakin takut dan putus asa.

Namun, ketika dia melihat ke atas, dia melihat cahaya yang menyala di kejauhan. Dia merasa sedikit lega dan mulai berlari ke arah cahaya itu. Dia tidak tahu apa yang ada di sana, tetapi dia merasa bahwa itu adalah tempat yang aman.

Setelah berlari sejauh beberapa kilometer, Maya akhirnya sampai di depan sebuah rumah kecil dengan cahaya yang menyala di dalamnya. Dia merasa lega dan berusaha untuk menenangkan dirinya.

Maya memutuskan untuk mengetuk pintu rumah itu. Setelah beberapa saat, pintu dibuka oleh seorang wanita muda dengan senyum yang ramah.

"Halo, aku Maya," kata Maya dengan suara yang sedikit gemetar.

"Halo, Maya. Aku Lily," kata wanita muda itu dengan senyum yang lebar. "Masuklah, kami akan menjelaskan semuanya kepadamu."

Maya masuk ke dalam rumah dan duduk di sofa. Dia merasa lelah dan kebingungan, tetapi dia merasa senang bahwa dia telah menemukan tempat yang aman.

Lily dan suaminya menjelaskan kepada Maya bahwa mereka adalah bagian dari kelompok yang dikenal sebagai "Pengawal". Kelompok ini bertanggung jawab untuk melindungi orang-orang yang terancam bahaya di masyarakat.

Maya merasa heran dan bertanya-tanya mengapa dia dipilih untuk dilindungi oleh Pengawal. Namun, Lily dan suaminya hanya memberi tahu Maya bahwa mereka tidak dapat memberitahunya semuanya saat itu.

Maya merasa sedikit tidak nyaman dengan situasi itu, tetapi dia merasa aman di tempat itu. Dia bertanya-tanya berapa lama dia harus tinggal di sana, tetapi Lily dan suaminya memberitahunya bahwa dia harus tinggal selama yang diperlukan.

Beberapa hari berlalu dan Maya mulai merasa nyaman tinggal di rumah Lily dan suaminya. Dia belajar lebih banyak tentang Pengawal dan cara kerja mereka. Dia juga mulai memahami mengapa dia terancam bahaya dan perlu dilindungi.

Namun, suatu malam, ketika Maya sedang tidur, dia merasa ada yang aneh. Dia merasa ada seseorang yang mencoba untuk masuk ke dalam rumah itu. Maya terbangun dengan cepat dan berlari ke kamar Lily dan suaminya untuk memberitahu mereka.

Lily dan suaminya segera mempersiapkan diri untuk menghadapi orang yang mencoba masuk ke dalam rumah. Maya merasa takut dan khawatir, tetapi dia merasa aman di samping Lily dan suaminya.

Setelah beberapa saat, suara-suara ribut dari luar rumah itu semakin dekat. Lily dan suaminya meminta Maya untuk tetap berada di kamar dan menjaga pintu terkunci, sementara mereka berusaha untuk menghadapi orang itu.

Maya merasa takut dan tidak tahu apa yang sedang terjadi di luar sana. Dia duduk di kamar dan menunggu dengan ketakutan yang mendalam.

Setelah beberapa waktu, Lily dan suaminya kembali ke dalam rumah dengan wajah yang lelah. Mereka memberitahu Maya bahwa mereka berhasil mengusir orang itu dan bahwa dia aman.

Maya merasa lega dan berterima kasih kepada Lily dan suaminya. Dia tahu bahwa tanpa mereka, dia tidak akan selamat dari serangan orang itu.

Beberapa minggu kemudian, Maya mendapat kabar dari Pengawal bahwa dia sudah aman dan bahwa dia bisa kembali ke rumahnya. Maya merasa sedih untuk meninggalkan Lily dan suaminya, tetapi dia tahu bahwa dia harus kembali ke kehidupannya yang normal.

Maya berterima kasih kepada Lily dan suaminya dan berjanji untuk tidak melupakan pengalaman yang dia alami bersama mereka. Dia berjanji untuk selalu menghargai dan mengingat mereka sebagai pahlawan yang menyelamatkan hidupnya.