Menjemput Bidadari

Menjemput Bidadari

Icas_Sia

0

"Lihat betapa cantiknya gadis berdress biru itu!"

Alden mengikuti arah jari telunjuk sahabatnya yang tengah menunjuk ke arah seorang wanita berambut pirang dengan baju biru terang. Tampaknya wanita itu sangat memperhatikan penampilan dirinya. Warna biru sangat serasi sekali dengan warna kulit wanita itu yang putih susu.

"Bagaimana tertarik?" 

Alden melirik kedua sahabatnya yang nampak kompak terkekeh. Sementara alunan musik DJ semakin terdengar kencang. Menggugah jiwa-jiwa manusia untuk segera melupakan sejenak kepenatan dunia dan menikmati gemerlapnya club malam.

"Cantik, tapi tidak secantik Verlin."

"Pffft!"

Garvin menahan tawa disela kepalanya yang terasa berputar namun masih dapat ia tahan. Ia masih saja meneguk minuman yang ada dihadapannya. 

"Apa aku sedang berhalusinasi?" tanya Garvin dengan wajah meledek.

"Nampaknya Alden sudah menjelma menjadi anjing penurut." Jonathan ikut nimbrung. Pasalnya jawaban Alden terlalu konyol.

Prang!!

Suara pecahan gelas kaca dari tangan Alden membuat Jonathan dan Garvin saling terperanjat. Dengan tatapan dinginnya Alden memusatkan mata pada wanita berdress biru. Ia merasa citranya sebagai Casanova terenggut mendengar ledekan sahabatnya. Ia memang sudah memiliki kekasih bernama Verlin. Tapi apa katanya tadi, anjing penurut? Bah.

Dengan gagah Alden berjalan menghampiri wanita yang tengah duduk menyilangkan kaki dengan tangan kiri memegang gelas. 

"Apa menurutmu gadis itu akan luluh?" tanya Garvin kembali menuang minuman.

Jonathan tersenyum kecut. Untuk apa pula Garvin bertanya hal yang jawabannya sudah pasti. Tentu kupu-kupu mana yang dapat menolak kharisma Alden. Badboy kelas kakap itu sudah terkenal sejak masih sekolah. Selain badboy Alden juga seorang Casanova sejati. Memenangkan hati wanita? Semudah menjentikkan jari kelingking.

"Kalian pulang saja. Aku ada urusan!" ucap Alden setelah berhasil merayu dan membujuk wanita berambut pirang yang kini sudah bergelayut manja padanya. Tak lupa Alden mengedipkan sebelah mata dan tersenyum puas berhasil membawa gadis itu kepada dua sahabatnya.

"Brengsek!" maki Jonathan tertawa sendu. Selalu saja sahabatnya itu berhasil melunakkan wanita. Entah sudah berapa puluh wanita yang bergelayut manja pada Alden.

"Jadi malam ini kamu yang traktir kan?" 

Jonathan sontak menoleh kearah Garvin yang tersenyum licik.

"Maksudmu?" 

"Alden berhasil mengencani wanita random lagi."

Jonathan menghela napas, lalu mengangguk pasrah. Nampaknya keputusannya untuk taruhan dengan Garvin adalah kesalahan paling besar. 

Malam semakin larut, namun dentuman musik belum juga menyurut. Seolah tak ingin gemerlap fana itu berakhir begitu saja. Melenakan manusia tentang kehidupan yang sebenarnya menanti mereka di akhirat.

Drrrtt! Drrttt!

"Ck! Siapa yang telfon?" tanya Garvin dengan mata hampir menutup namun masih sadar. Nampaknya ia terlalu banyak minum.

Dengan malas Jonathan meraih ponsel yang tergeletak bebas diatas sofa. Ia pun sama peningnya dengan Garvin. 

"Mampus!" ucap Jonathan seketika membulatkan mata. 

Garvin pun ikut membuka mata lebar. Membaca nama yang muncul di ponsel Alden. Namun mata mereka semakin terbelalak mendapati gadis berbaju ketat sedang berjalan angkuh ke arah mereka dengan membawa ponsel.

"Verlin!?" seru Garvin terkejut. 

"Dimana Alden?" tanyanya dingin nan ketus. 

"Di-dia ..."

"Dia bersama wanita lain!?" pangkas Verlin dengan nada tinggi. Bahkan suaranya dapat terdengar melengking diantara dentuman musik.

Terpaksa dua laki-laki itu mengangguk. Celakalah Alden berani bermain api dengan Verlin. Garvin dan Jonathan tahu bagaimana tabiat Verlin ketika marah. Wanita itu sangat berbahaya dan kejam.