Mengapa harus Mila

Mengapa harus Mila

Amelia Nasapuluh

0

"Pak, sudah siap belum? Keburu hujan pak."

Mila yang sedari tadi sudah selesai memakai sepatu tak sabaran ingin langsung bergegas ke sekolah, karena hari ini dia dan beberapa orang temannya akan mengikuti olimpiade yang diadakan di sekolahnya yang diikuti oleh seluruh siswa dan siswi SMA yang ada dikotanya.

"Iya, iya..bentar ya nak."

Sambil berusaha mengambil helm di samping  sepeda motor.

" Bapak semalam pulang malam lagi ya?"

"Hmmm, i,,,i,,,iya nak."

Bapak terlihat sedikit takut dan ragu menjawab pertanyaanku.

" Ibu sudah ingatkan supaya bapak tak perlu mengambil kerja sampingan itu nak, tapi bapak tetap aja gak dengar. "

Ibu yang berada didalam rumah tiba-tiba menjumpai kami yang ada diteras.

Terlihat mata ibu sedikit tajam kearah bapak dan dahinya mengernyit.

" Sudahlah buk, jangan dibahas dulu. Ntar aja ibu bahas karena sekarang Mila mau ikut Olimpiade, kami harus buru - guru takutnya telat.

Bapak berusaha menimpali ucapan ibu dan bapak memakaikan helm diatas kepalaku lalu tersenyum padaku.

" Maaf ya nak, bapak janji kita gak akan terlambat, tapi kamu juga harus berjanji untuk memberikan yang terbaik diujian nanti ya."

Senyum bapak ku balas dengan senyuman indah dari mulutku.

" Tuh kan! Setiap ibu mau ngomong tentang kelakuan bapak pasti bapak langsung begitu! Padahal ini demi kebaikan bapak kok. Ibu tau kalau..."

" Tinnnnnnnn..."

Klakson sepeda motor sengaja dihidupkan bapak untuk menghentikan ucapan ibu

Belum lagi kami berangkat, ibu sudah masuk kedalam rumah dengan wajah yang cemberut.

" Syukurlah aku belum terlambat pak."

Aku pun turun dari sepeda motor yang sudah diparkirkan bapak dekat dengan gerbang sekolahs ambil melihat jam tangan yang menunjukan pukul 07:10 Wib menit.

Karena Olimpiade baru akan dimulai jam 07:30 Wib. 

" Pak, doakan ya."

Aku pun mencium tangan bapak.

Bapak melepas helm dari kepalaku dan bapak mengelus kepalaku dengan lembut.

" Pasti bapak doakan, masalah rumah jangan kamu pikirkan ya, yang pasti ibu dan bapak pasi ingin yang terbaik buat kamu. Udah, masuk sana."

Aku pun memasuki gerbang sekolah dan terdengar suara sepeda motor bapak meninggalkan area sekolah. 

Walaupun aku sudah terbiasa mengikuti perlombaan olimpiade seperti ini, sudah setahun terakhir tepatnya sejak duduk di kelas 1 SMA , tapi tetap aja aku masih degdegan. Apalagi pagi ini begitu banyak siswa dan siswi yang diterlihatku memegang buku yang begitu besar dan menenteng tas yang terlihat berat sekali disertai dengan kacamata yang tebal.

' Ah, aku gak boleh memikirkan orang lain, seperti yang bapak bilang aku harus memberikan yang terbaik hari ini.'

"Srekkkk! Brakkkk!"

Tiba - tiba isi dari tas ku keluar semua dan tepat disampingku terlihat Clara berdiri sambil memasukkan sesuatu kedalam tasnya.

" Ya ampunnnn! makanya tas sudah sobek jangan dipakai dong kesekolah. Gini aja deh, kalau kamu gak punya uang buat beli tas baru, aku mau deh kasih tas bekas aku ke kamu, gimana? Mau gak?"

Aku pun berusaha tetap tenang sambil mengutip isi tas ku yang sudah berceceran.

Tas ini msih tergolong baru, karena ibu baru membeliknnya pas ulang tahunku 7 bulan yang lalu.

" Cuihhhh,,, masih aja dikutipin. Udah lah, buang aja tas mu beserta isi didalamnya."

Aku berusaha tetap tenang dan tak mau menatap wajah Clara.

" Hahaha, ya udah deh terusin aja. da...ku duluan ya."

Clara meninggalkanku dengan tawanya yang begitu keras.

Telihat tasku sobek tepat dibagian bawah, dan seperti sengaja disobek dengan menggunakan pisau.

'Apakah pelakunya Clara?'

Tak bisa ku biarkan.