Menantuku Puteri Yang Ku Buang

Menantuku Puteri Yang Ku Buang

Lala_Jingga

0

Malam yang begitu mencekam, di mana hujan badai bahkan kilat dan petir bersahutan, membuat langit dan bumi seolah ikut bersedih menyaksikan seorang bayi mungil yang baru terlahir beberapa puluh menit yang lalu disebuah Rumah Sakit terbesar di kota J. Bayi kecil yang sejak tadi menangis begitu kencang seolah tahu bahwa ia harus terpisah dari sang ibunya.

"Suster, apa jenis kelamin anakku?" Tanya ibu yang baru melahirkan itu. Wanita itu memang sengaja tidak ingin tahu apa jenis kelamin anaknya sejak kejadian pahit menimpanya diawal kehamilannya. 

"Perempuan nyonya." ucap suster sambil tersenyum.

Deggg

Jantung wanita itu seolah berhenti saat mendengar ucapan suster barusan.

"Bolehkah aku melihat bayiku suster?" Ucap wanita itu.

"Boleh nyonya, tapi bayinya masih dibersihkan" ucap suster menimpali wanita itu.

Beberapa saat kemudian datanglah suster kembali menjemput wanita itu dengan kursi roda dan membawanya ke ruangan bayi diikuti oleh seorang pembantu yang sudah dianggap seperti saudaranya sendiri. 

Di sana wanita itu dapat melihat puterinya secara langsung. Bayi yang sangat imut, cantik, matanya bulat dan sangat mirip dengan suaminya. Ia akhirnya meratap dengan suara tertahan agar tidak kedengaran orang di sekitarnya, namun tangisnya itu sangat pilu dan menyayat hati. Ia kembali mengingat setiap ucapan kedua mertuanya yang sangat menyakiti hatinya.

Jika waktu bisa diputar kembali, ia ingin pergi saja dari rumah yang seperti istana itu, dari pada harus mengorbankan puterinya.

Dalam keadaan seperti ini, suaminya bahkan tidak ada disampingnya karena perjalanan bisnis keluar negeri. Untunglah dia ditemani oleh salah seorang Asisten Rumah Tangga yang sangat dekat dengannya dan keduanya bukan lagi sebagai pembantu dan nyonya rumah tapi wanita ini sudah menganggapnya seperti saudaranya sendiri.

Flash Back

"Damar, mami tidak mau kamu menikahi gadis kampung ini, lebih baik kamu melepaskan dia dan menikahlah dengan Sovia, dia lebih pantas mendampingimu dari pada gadis ini yang tidak jelas bibit, bebet dan bobotnya" ucap Lita maminya Damar

"Tidak bisa mami, Damar sangat mencintai Hesty dan dia adalah hidup dan mati Damar" ucap puteranya tetap pada pendiriannya, sementara gadis yang saat ini berdiri di samping Damar sudah bergetar ketakutan.

"Tapi mami tidak setuju jika kamu menikahinya damar!" Ucap mami Lita dengan suara yang mulai meninggi.

"Berapa uang yang kamu butuh dari puteraku? Aku akan memberikan jika kamu bersedia pergi dari hidupnya, karena aku tahu wanita miskin seperti kamu pasti membutuhkan uang kan?" Ucap John papinya Damar yang sejak tadi hanya diam menyimak pembicaraan mereka.

Hesty mulai meneteskan air mata karena harga dirinya diinjak-injak oleh kedua orang tua kekasihnya.

"Dia bukan wanita yang sama dengan wanita pilihan papi dan mami yang hanya menginginkan uang saja. Dan Hesty tidak akan pernah pergi karena aku tidak akan membiarkan anakku dan isteriku terlantar di luar sana" ucap Damar tegas sambil menggenggam telapak tangan wanitanya yang ketakutan itu untuk memberi ketenangan.

"Jadi wanita ini sudah kau hamili Damar?" Ucap mami Lita semakin naik darah. 

"Iya, Hesty sedang mengandung anakku, darah dagingku" tegas Damar. 

“Pi, kamu dengarkan? Damar bahkan sudah menghamili gadis kampung ini“ rengek Lita kepada suaminya.

“Ya mau tidak mau kita harus menikahkan mereka secepatnya” ucap papi John tegas membuat Damar tersenyum senang.

"Tapi kamu jangan senang dulu gadis kampung, karena aku hanya menampungmu di rumah ini sampai bayimu lahir dan setelah itu kau boleh pergi sejauhnya" ucap mami Lita membuat Hesty yang sempat lega kembali down.

"Aku akan menerimamu sebagai menantuku sepenuhnya tapi dengan syarat kamu harus melahirkan cucu laki-laki bagiku" ucap papi John

"Jika anakku perempuan pi?" Tanya Damar mewakili Hesty

"Maka kamu akan kehilangan nyawanya agar kalian berdua merasakan bagaimana anak yang kita cintai lebih memilih keinginannya dari pada orang tuanya. Karena kedua itu sama rasanya" ucap papi John tidak main-main. 

Deggg

Jantung Damar dan Hesty berhenti serentak.

"Biarkan aku yang pergi saja mas, aku tidak mau mengorbankannya demi mempertahankan hubungan kita" ucap Hesty yang sangat sakit dengan kesepakatan itu.

"Jangan sayang, kita perlu membuktikan kepada papi dan mami akan hal ini. Aku yakin anak kita seorang boy" ucap Damar pada kekasihnya untuk jangan buru-buru mengambil keputusan.

"Tapi aku tidak mau bayiku diapa-apakan jika dia terlahir perempuan mas" ucap Hesty yang sudah menangis tersedu-sedu.

"Kitakan belum tahu dia laki-laki atau perempuan sayang jadi bersabarlah, oke?" Ucap Damar menenangkan ibu dari calon anaknya.

Off


Bersambung