“Mengenai hubungan romansa antara pria dan wanita, aku tidak bisa. Kalau kamu ingin membuat kesepakatan hubungan kontrak, aku pertimbangkan deh.”
***
“Dia itu gadis yang unik. Pertama terlibat dalam hubungan kontrak dengannya malah membuatku semakin bersemangat menyemikan hatinya.”
***
“Saya tau ini tidak benar, tapi saya menginginkan lebih dari menjadi seorang atasan bagimu. Perlukah saya mencoba caramu menjalin hubungan dengan dia?”
***
“Ini bukan materialistis, cuma realistis. Give and take aja, kamu butuh status denganku sedang aku butuh uangmu.”
***
“Aku menyadari kalau kedatangan dia akan mengancam posisiku dari kehidupanmu.”
***
“Maafkan saya, perasaan ini sulit saya kendalikan.”
***
“Sial! Perasaan mengelitik apa ini?!”
***
“Kupikir mundur adalah cara terbaik. Sekarang aku sudah rela melepasmu, asal dengan dia.”
***
“Terima kasih sudah mendukung saya, jujurnya, kamu adalah rival yang tangguh.”
***
“Kalau aku tidak berlari sekarang, akan ada 2 orang pemuda yang tewas karena aku.”
***
“Kamu berkorban begitu banyak, padahal kamu bukan seseorang yang akan melakukan hal besar tanpa uang.”
***
“Mestinya saya yang berbaring, bahkan koma di brankar itu. Bukan kamu.”
***
“Mendadak aku ingin martabak keju, tolong pizza sama cola ya!”
***
“Dia sakit atau kesurupan? Ini masih di rumah sakit, loh!”
***
“Saya pasti sudah gila, membiarkan orang yang nyaris mati malah makan enak.”
***
“Si*l*n! Mulut-mulut itu merusak mood makanku!”
***
“Oh, tentu saja. Umpatan tidak akan pernah absen darinya.”
***
“Omong-omong, kamu kenapa tau saya akan menaiki lift itu bersama orang lain? Bukannya saya bilang 'tak apa biar saya? '. Kamu tau sesuatu?”
***
'Mana mungkin aku memberitahu kalian, yang ada kalian akan memenjarakan dia—'
***
“Mungkin aku tau siapa dalangnya.”
***
“Kamu tau siapa orangnya? Tolong beritahu, saya mohon.”
***
“Jangan beritahu dia, kau mau lihat rekan kerja kita dipenjarakan karena hal sepele?”
***
“Menurutmu nyawamu sepele?! Oke, aku laporin ke dia, ya! Biar mampus!”
***
“Asik bener, ngomongin apa kalian?”
***
“Pengen nonton film hantu.”
***
“Malam-malam gini, di rumah sakit, film hantu? Fix, sih, lift jatoh dengan benturan maha dasyat bikin otakmu kurang bekerja. Kalo gitu aku, bye!”
***
“Nanti saya kirim gosend buat antar laptop milik saya. Banyak film horor terbaru yang saya download kemarin. Kami pulang dulu. Titip kakakmu ini ya, Ditra, Gramantha.”
***
“Entahlah, aku rasa hubungan kontrak ini... Aku yang lebih dulu melanggar aturannya. Bagaimana ini, Ditra? Dan tolong, Gramantha, nggak usah natap segitunya!”
***
“Kalau kamu jatuh cinta, ya, bilang. Kasih tau perasaanmu padanya. Jangan sampai tanggal kontrak berakhir, dan kamu menyesal nantinya.”
***
“Kenapa kamu bilang gitu? Tanpa harus memedulikan sanksi, saya tetap akan memberikan mobil itu untuk kamu. Hadiah sebagai ganti karena saya tidak bisa menemani sisa hidupmu, kelak.”
***
“Agaknya aku mulai gila! Apa? Aduh kamu nggak bohong, 'kan, Refan?! Masa dia....”
***
“Andai dia seorang gadis, aku akan melamarnya. Sayang sekali dia cowok, rival cintaku juga malah.”
***
“Untuk gadis yang sangat saya sukai, ketahuilah, jika menikah dengan saya nanti, hidupmu akan jauh dari kata cukup. Maukan menikah dengan saya?”
*****
Cerita ini dibuat berdasarkan kisah yang pernah dialami. Mengenai waktu dan tempat, bila ada kesamaan artinya kamu adalah salah seorang yang ikut ambil peran secara tidak langsung dalam kisah ini.
Sudut pandang yang dipakai akan berbeda. Menyesuaikan dengan judul per chapter. Perasaan, kesan dan pengalaman di antara pemeran akan dituang secara rinci mengenai "kamu"-nya mereka.
#happyreading:)