Mak, Kata Orang Aku Anak Haram

Mak, Kata Orang Aku Anak Haram

Ikafaiza

5

Assalamualaikum. 

Part 1

"Mak, kata orang aku anak haram," ucap Denada kepada wanita tua yang berusia sekitar 55 tahun. Rambutnya mulai memutih, Khadijah namanya. Orang-orang desa memanggil, Bu Dijah. Dia bangun dari duduk dan memeluk putrinya, lalu mencium gadis cantik yang mengadukan hinaan salah satu tetangga.

"Kamu bukan anak haram, Nak. Sudah sering Emak katakan. Kamu bukan anak haram," ucap Bu Dijah sambil memeluk putri tercinta.

Bu Dijah seringkali mengatakan hal itu ketika Denada mulai mengadukan sikap para tetangga yang menghinanya. Kata-kata 'Anak Haram' sering terdengar dari mulut beberapa tetangga yang suka nyinyir. Bahkan sejak Denada masih kecil sampai sekarang yang usianya sudah menginjak 25 tahun. 

Denada sangat kesal dengan sikap Rozi, anak Bu Siti, yang letak rumahnya sekitar 150 meter dari rumah Denada.

"Kamu akan menjadi perawan tua. Siapa yang akan menikahi anak haram sepertimu? Tidak punya wali nikah kamu, Dena."

Denada mengulang kata-kata yang di ucapkan Rozi. Hinaan demi hinaan yang terlontar dari mulut tetangga membuat dada pendengarnya seperti di hantam benda keras. Sungguh terasa sangat sakit.

Tentu saja Bu Dijah murka. Dia menarik tangan Denada menuju rumah Bu Siti. Ibu dari Rozi yang sering menghina. Sebenarnya bukan hanya Rozi, ibunya pun adalah salah satu tetangga yang suka bergosip tentang Denada.

Tak lama mereka sudah ada di depan pagar rumah Bu Siti. Bu Dijah mulai berteriak memanggil nama Rozi. Amarahnya bangkit, wajah ibu itu pun memerah.

"Keluar kamu Rozi! Anak kurang ajar! Apa salah putriku sehingga kamu suka sekali menghina dan mengatakan Denada adalah anak haram?!"

Bu Siti keluar dari dalam rumahnya, diikuti Rozi yang berusia 28 tahun. Dia bersembunyi di balik punggung emaknya karena ketakutan. 

"Sudah tua masih sembunyi di belakang ibumu! Apa kamu masih meny*su padanya?!"

Kerasnya suara Bu Dijah memancing sikap kepo para tetangga. Beberapa tetangga mulai keluar dari rumahnya. Penasaran entah apa yang terjadi. 

"Apa salah putraku, Dijah?! Kenapa kamu berteriak-teriak di rumahku?!" tanya Bu Siti yang meletakkan kedua tangan di pinggang. Matanya pun mulai melotot.

Tak terima dengan ucapan Bu Dijah. Wanita tukang gosip itu berusaha melawan. Mereka berdiri di teras rumahnya. Sedangkan Bu Dijah dan Denada berada di pintu pagar rumah Bu Siti.

"Heiii Siti! Beri tau anakmu. Anakku bukan anak haram. Beri tau putramu itu agar tak selalu menghina Denada. Dia laki-laki tapi mulutnya seperti perempuan!" Sambil menunjukkan jari telunjuk ke arah Rozi yang masih bersembunyi di belakang punggung emaknya.

"Buktikan kalau dia bukan anak haram! Bukannya setelah kamu dan orang tuamu dulu pulang dari merantau, perutmu itu bunting tanpa membawa suami!"

Wanita penggosip itu mengingat masa lalu. Di mana ketika Khadijah pulang dari perantauan, dia hamil tanpa membawa suami.

"Suatu saat aku akan membuktikan padamu bahwa Denada bukan anak haram. Kamu akan merasa menyesal dan malu karena suka sekali bergosip tentang putriku, Siti," ucap Bu Dijah.

"Saya akan menunggu hari itu, Dijah. Tapi saya yakin hari itu tidak akan terjadi karena Denada memang anak haram." Bu Siti dengan percaya diri mengatakan hal itu.

Rasa geram Bu Dijah kali ini bertambah-tambah, mengingat aduan Denada tentang wali nikah yang di lontarkan Rozi.

"Rozi! Asal kamu tau, ya. Denada akan menikah dengan pria yang tepat. Kamu tidak usah sibuk memikirkan masalah wali nikah putriku," ucap Bu Dijah.

Akhirnya, Bu Dijah melangkahkan kakinya lebih jauh lagi masuk ke wilayah rumah Bu Siti. Wanita tua itu berusaha menjambak rambut Rozi yang bersembunyi di belakang emaknya.

Dengan sigap, Bu Siti mencegah agar putranya tak di jambak, tapi Bu Siti kalah telak. Bu Dijah dapat meraih rambut Rozi dan mulai menarik rambutnya yang keriting.

"Sakit maakkkkkkkk!" Rozi berteriak dan menangis. Para tetangga yang awalnya hanya menyaksikan pertengkaran adu mulut antara Bu Dijah dan Bu Siti, kini menyaksikan pertengkaran yang lebih sengit lagi. 

Bu Dijah yang menjambak rambut Rozi. Bu Siti yang juga menarik jilbab abu-abu yang di kenakan Bu Dijah. Tak ketinggalan Denada menghalangi Bu Siti yang menarik kerudung emaknya.

Keributan itu disaksikan oleh banyak warga dan menjadi tontonan gratis. Ada yang melerai, ada yang hanya menyaksikan, bahkan ada pula yang merekam dan berniat mengaplodnya di tik tok, agar menjadi viral.

Salah satu warga memanggil pak RT yang rumahnya tak begitu jauh dari TKP. Pak RT pun berlari dan berusaha melerai pertengkaran mereka yang mulai adu kekuatan, meskipun usia Bu Dijah dan Bu Siti sudah tak muda lagi.

Bersambung