Lulu and The Gank

Lulu and The Gank

weedee68

0


Hangatnya cahaya matahari pagi yang menerpa tubuh Lulu membuatnya malas untuk beranjak. Udara pagi yang masih segar di halaman belakang dan gemercik air terjun buatan di sudut taman kecil sebelah kolam renang, membuat siapa saja betah berlama-lama di sini.

Lulu masih berbaring dengan baju renang favoritnya. Pagi tadi setelah membuat sarapannya sendiri, dia memutuskan olah raga sebentar. Meskipun hanya sekadar meregangkan otot di pinggir kolam renang tanpa harus menceburkan diri ke kolam yang dingin.

Lima menit menggerakkan badannya yang berisi dan berbobot ternyata membutuhkan asupan yang lebih banyak dari biasanya. Sandwich ala Lulu dengan tiga potong roti tawar, irisan tuna instan, daun selada, keju, dan ceplok telur belum membuat perutnya kenyang. Diteguknya segelas besar kopi susu dengan tambahan krim dan bubuk coklat yang ditabur di atasnya. Tidak sampai dua menit, gelas besar itu tinggal setengah saja isinya.

Tiba-tiba ponselnya berdering. Lulu dengan malas meraih ponselnya dan menekan tombol hijau.

“Iya, ada apa?” Suara Lulu terdengar tidak bersemangat.

“Lu, enggak belanja? Abang ganteng udah dateng, nih! Buruan keluar dia mau pindah ke kompleks sebelah.” Terdengar suara perempuan yang mencerocos tanpa bisa dijeda.

“Gue enggak keluar hari ini. Males!” Lulu sengaja memberi tekanan lebih pada kata terakhir.

“Serius? Ntar malem kalau enggak bisa tidur gegara enggak lihat babang ganteng hari ini, jangan nelponin gue.” Nada bicara perempuan di seberang telepon terdengar kesal.

“Iye. Gue mau me time dulu hari ini. Bilangin sama semuanya Lulu enggak terima telepon dari siapa pun hari ini.” Lulu segera menutup teleponnya.

Sementara itu di luar pagar rumah mewah yang ditempati Lulu, beberapa perempuan sedang sibuk memilih sayuran di sebuah mobil penjual sayuran keliling. Seorang lelaki yang parasnya memang sangat ganteng tampak sibuk menghitung belanjaan para pelanggannya.

“Lulu enggak keluar beneran, Mbak Mar?” tanya Savira yang melihat Marisah kebingungan melihat ponselnya.

“Si Lulu kesambet kali, ya? Aneh bener dia.” Marisah masih cemas mengingat Lulu.

“Tadi dia bilang apa?” Jeje ikut menyahut sambil tangannya sibuk memilih sayuran dan buah.

“Dia bilang enggak terima telepon dari siapa pun hari ini. Dia mau me time katanya.” Jawaban Marisah spontan membuat semua mata memandangnya tak percaya. Seketika suasana yang riuh berubah hening seperti ada yang memerintahkan untuk diam. Abang tukang sayur terlihat kebingungan karena semua orang terdiam sambil menatap ke arah Marisah.

“Serius?” tanya semua orang hampir bersamaan.

“Gue enggak percaya!”

“Lulu enggak teleponan? Paling enggak ada kuota dia.”

“Wifi di rumahnya rusak kali.”

Semua berasumsi sendiri-sendiri dan kebanyakan tidak ada yang percaya kata-kata Lulu tadi.

“Lihat saja, sebentar lagi juga dia ngerusuh,” kata Wati sambil menunjuk dengan isyarat kepala ke sebuah mobil yang mereka kenal dengan baik.

Tanpa dikomando semua cepat-cepat mematikan ponsel masing-masing.

***

Sebuah mobil mewah memasuki halaman depan rumah yang Lulu tinggali. Seorang perempuan dan seorang lelaki bule tampak turun dari mobil. Mereka berangkulan mesra berjalan masuk ke rumah.

Sementara itu, Lulu masih bersantai di tepi kolam renang sambil berjemur. Beberapa kali dia menarik napas perlahan dengan senyum mengembang. Hari ini dia benar-benar ingin menikmati ‘me time’. Sengaja tadi dia mematikan ponselnya dan mengatakan ke sohibnya agar tidak ada seorang pun yang meneleponnya hari ini.

Di telinganya terpasang headset yang tersambung dengan ponselnya. Dia sedang menikmati lagu-lagu dari artis dangdut favoritnya. Kepalanya terlihat bergoyang-goyang mengikuti irama lagu. Sayup-sayup dia mendengar namanya dipanggil. Namun, Lulu sengaja mengabaikannya. Dia berpikir itu pasti si Marisah dan Sapira (tanpa V) yang memanggilnya dari sebelah.

“Mengganggu saja!” Lulu tampak sedikit kesal.

Baru sebentar dia menikmati ‘me time’ dua sohibnya itu sudah merusaknya. Lulu masih tidak menggubris panggilan yang semakin dekat dan jelas suaranya.

Sekarang Lulu benar-benar marah dan segera membuka mata dan melepas kaca mata hitamnya. Namun, lidahnya terasa kelu dan seperti tersekat hingga tak mampu bicara. Sesosok perempuan berdiri di depannya dengan mata melotot dan berkacak pinggang.

“I-iya, Nyonya,” jawab Lulu terbata-bata dengan gugup dan ketakutan.

“Nyo-nyonya sudah pulang? Katanya masih seminggu lagi.” Wajah Lulu seperti kepiting rebus karena malu.

“Kamu lagi ngapain? Itu bikini, kaca mata, baju mandi saya, kenapa kamu pakai?” suara Nastiti menggelegar memecah keheningan kompleks mewah di pinggiran kota Jakarta.

Lulu hanya tersenyum malu dan berusaha menutupi tubuhnya yang hanya pakai bikini kekecilan milik majikannya itu.

“Sa-saya lagi me time, Nyonya. Ini cuma pinjam sebentar, nanti saya kembalikan Nyonya.”

Tanpa sepengetahuan Lulu, di balik tembok pemisah halaman belakang rumah majikannya, Marisah, Sapira, Wati, dan Jeje terkekeh menahan tawa mendengar insiden yang baru saja menimpa Lulu.

Weedee_Taipei_14082022