Luka yang tak kunjung reda

Luka yang tak kunjung reda

Lailatul Faizah Ramadhani

0


Pagi yang cerah dihari Senin ini menjadikan suasana kota begitu ramai dengan lalu lalang kendaraan,baik yang akan bekerja maupun yang hendak kesekolah atau mungkin sebagian dari mereka hanya ingin berjalan-jalan tanpa tujuan. Diantara keramaian jalan kota,sebuah apartemen megah berdiri dengan 5 lantainya namun apa ini? Dihari sesibuk ini masih ada sebuah kamar yang tertutup rapi, mungkin penghuninya sedang tertidur pulas atau bisa jadi tak ada yang menempati ruang kecil berukuran 5×9 meter tersebut. Ah siapa yang peduli dengan itu, ini hari yang dibenci semua orang, tak ada gunanya memikirkan sebuah ruangan yang entah siapa pemiliknya bukan?. Dari jalan besar ini jelas sekali terlihat seorang pria bertubuh gagah mengendarai motor ninja berwarna merah mengkilat matanya menatap tajam jalan kemudian meliukkan kendaraan tersebut dan memberhentikannya tepat di depan apartemen berwarna keemasan yang hanya ditempati orang-orang berstatus tinggi,ya itulah apartemen 5 lantai tadi. Pria tersebut kelihatannya sedang terburu-buru terlihat jelas dari bagaimana ia memperhatikan layar ponselnya sejak 2 menit lalu,tak lama setelahnya keluar seorang gadis berkacamata,mengenakan seragam putih abu-abu dan sebuah almamater berwarna hitam,matanya biru,kulitnya putih berseri,senyumnya manis bak seorang bidadari dengan lesung dikedua pipinya, rambutnya terurai rapi ditambah seutas pita disebelah kanan rambutnya menambahkan aura kecantikan dari wajah seorang permaisuri,mungkin 16 tahun umurnya. Meskipun terkesan cantik tampaknya pria yang sejak tadi berada didepan pintu tidak tertarik dengan gadis bernuansa Eropa tersebut. Gadis tersebut naik kebagian belakang motor besar itu,memegang pundak teman laki-laki nya atau mungkin juga kakaknya bisa jadi pacarnya, ah sudahlah bukan hal penting tapi melihat mereka sangat menyenangkan. Tanpa pikir panjang menyadari gadis tersebut naik keatas kendaraanya,pria dengan mata yang menperhatikan tajam jalanan sejak tadi mengambil kecepatan tinggi menuju keramaian dan melewati kendaraan lain tanpa babibu, tak sedikit dari mereka yang terjebak macet mengumpat terlebih melihat anak SMA melaju tanpa aturan dijalanan ini, namun tampaknya pria dengan motor ninja merah nya sangat terburu-buru membayangkan ini sudah pukul 8.15 dan jelas saja mereka pasti akan terlambat sampai kesekolah.

“Maaf Al,kita jadi terlambat” gadis tersebut membuka bicara setelah sampai disebuah parkiran yang telah penuh dengan motor-motor elit, ia kemudian membenarkan kacamatanya dan melepaskan almamater yang sejak tadi dikenakannya.

“Gue kan udah bilang Zee, jangan tidur terlalu malam! Harus gue bilangin berapa kali sih biar lu paham?!” pria yang mengenakan jaket bertuliskan Infinity tersebut angkat bicara, membuka helm full facenya sehingga tampak jelas wajah tampannya, kulitnya hitam manis, bibirnya tipis,alisnya tebal,rambutnya rapi - kelihatannya baru dipotong 3 hari lalu- gadis mana yang tidak terpesona dengan wajah eksotis pria ini.

“Iya,gue minta maap,besok gue ga bikin lu telat lagi kok,janji!” kata gadis tersebut sambil mengeluarkan jari kelingkingnya dihadapan pria yang di panggil Al tersebut. Al hanya melihat sekilas jari kecil yang disodorkan gadis bernama Zee itu,kemudian berjalan meninggalkannya

“Jangan janji kalo ga bisa nepati!”

“Tunggu gue Al! Gue bakal nepati janji kok, suer!” teriak gadis itu sambil menyejajarkan langkahnya dengan Al.

“Al jangan cepet-cepet dong, capek gue dari tadi jalan cepat terus” kesal Zee setelah 5 menit berjalan menuju kelas. SMA Bina Nusantara merupakan sekolah elit,dengan 3 lantai yang dimana setiap lantainya memiliki perpustakaan masing-masing. Kelas Zee dan Al yang merupakan kelas yang terletak dilantai 2 bagian pojok sebelah barat bersebelahan dengan perpustakaan, ya memang kelas ini dipenuhi orang-orang ber IQ tinggi.

“Dasar bocil”

“Gue udah besar Altair!”

“Tapi pendek” Setelah mengatakan itu Al mempercepat langkahnya sehingga Zee harus sedikit menambahkan tenaganya.

“Nyenyenye,bacot lu” kesal Zee. Kemudian hening diantara mereka hingga sampai ke kelas bertuliskan XII IPA 1

Tok tok tok

Ketukan pintu mengacaukan keheningan kelas yang sudah seperti kuburan itu,sejak tadi muridnya bergelud dengan pelajaran yang super mengantukkan, ya apa lagi kalau bukan pelajaran sejarah, yang pastinya dibina oleh guru super killer.

“Darimana saja kamu?!” Bentak pria berumur 45 tahunan tersebut

“Maaf pak, kami terjebak macet” jawab Al

“Terlambat sama dengan tidak mengikuti pelajaran saya, kalian dihukum membersihkan perpustakaan 2!” perintah Pak Budi.

“Ta...tapi pak!” belum selesai Zee mengutarakan perkataannya ,namun Al sudah menarik tangannya keluar dari kelas tersebut. Beberapa murid mulai berbisik menggosipkan Zee dan Al, sebagian lagi memberikan semangat dari bangku mereka sehingga kelas yang tadinya seperti kuburan kini seolah bagaikan pasar, membuat pak Salam merasa kesal dan meluapkan emosinya lewat pukulan meja.

Ruangan berukuran 15×20meter bernuansa biru putih itu sangat menarik bagi Zee, terlebih dengan 6 rak bertigkat 3 yang tersusun rapi, ada banyak poster yang tertempel di dinding, serta 5 meja dengan kursi melingkar di tengah ruangan. Zee dan Al yang baru saja sampai segera menghadap meja perpustakawan.

“Permisi bu, kami dihukum untuk membersihkan perpustakaan 2 oleh Pak Budi” ucap Al kepada penjaga perpustakaan

“Oh silahkan, memang perpus saat ini sedang berantakan, kalian mulai dari sebelah timur yaa” pinta Bu Ika dengan sopan.

“ Terimakasih bu” jawab Al dan Zee bersamaan,kemudian menuju daerah yang ditunjuk oleh Bu Ika.

Al dan Zee mulai merapikan buku yang tidak rapi diarea itu.

“Maaf Al, lu malah ikut dihukum” Zee membuka bicara

“Bisa diem ga?,Pak Budi nyuruh ngerapiin buku, bukan curhat sana sini paham!”

Zee terdiam, kemudian mulai merapikan buku yang tidak pada tempatnya, ada sekitar lima tumpukan buku yang setiap tumpunya berisi 30 buku baru yang harus disusun rapi pada rak yang telah diberi judul. Sepuluh menit berlalu tidak ada yang membuka bicara,lima belas menit,dua puluh menit hingga setengah jam mereka menciptakan perang dingin.

Bruak

“Aduh!” jerit Zee ketika beberapa buku mulai menimpanya. Al yang menyadari hal tersebut segera menghampiri Zee.

“Lu gapapa?, Kok bisa ketimpa buku sih!” kata Al sambil mengambil buku-buku tersebut kemudian mengelus rambut coklat Zee.

“Habisnya tepatnya tinggi” kesal Zee sambil menunjuk rak setinggi 3 meter itu.

“Dasar bocah, makanya makan yang banyak biar tinggi” sahut Al disambut senyum yang begitu manis dari sudut bibirnya. Zee hanya terdiam menyadari Al tersenyum,ia baru menyadari ketampanan pria yang selalu menjemputnya 2 Minggu terakhir ini, selain itu Al sudah memusuhin Zee kurang lebih 48 jam 37 menit dan 53 detik lalu.

“Kenapa lu? Jangan diliatin terus nanti terpesona, hahaha” kata Al menyadari Zee memperhatikannya sejak tadi.

“ Ih,ngapain terpesona sama lu,dasar brandal “ kesal Zee

“Gini gini banyak yang suka bestiee,hahahah” kali ini Al mengeluarkan kePD an nya, ya memang benar adanya, Al merupakan salah satu murid terkenal di sekolahnya bukan hanya karena ketampanan yang dimilikinya namun ia juga merupakan siswa berbakat dan cerdas dalam berbagai matapelajaran, terlebih banyaknya kejuaraan olimpiade yang telah diraihnya,ia juga merupakan ketua OSIS dengan notabe yang sangat perfect.

“Mana yang suka lu Al, sini biar gue oprasi matanya” jawab Zee sewot.

“Kalo elu yang ngoprasi,jelas gaada yang berhasil Zee,hahaha” Tawa Al kini semakin pecah karena perkataan dan raut wajah kesal Zee.

“Altair Aakasha Zifran Pradipta”

“Wah ternyata lu hapal nama gue ya,hahahah”

“Seneng amat lu ngeliat gue sengsara hah?!”

“Nyenyenyenyenye” balas Al dengan nada.

“Dah ah lanjut ngerapiin nih buku, masih kurang 3 tumpuk tuh” kata Al sambil menunjuk tumpukan buku 500 halaman berukuran 50×20 cm tersebut.

“Kenapasih gue harus disini sama orang kek elu!” tangis Zee

“Soalnya lu nyusahin” bisik Al kemudian berlari meninggalkan Zee menuju rak sebelah Barat.

“Lebih nyusahin elu Altaiirrr!”

Jam sudah menunjukkan pukul 14.50,hampir semua siswa SMA Bina Nusantara sudah pulang terlihat dari parkiran yang tadinya dipenuhi sekitar 540 motor elit kini hanya tersisa 215 termasuk motor ninja merah milik Al. Pria dengan tinggi 175 yang kini mengenakan jaket hitam bertuliskan Infinity dibagian belakangnya, tampak sedang menanti seseorang, lagi? Yah nasib nya adalah terus menunggu sedang yang ditunggu tidak menyadari hal itu.

“Aaalllll” Zee berteriak dengan suara kecilnya,suara yang tak pernah asing di telinga Al.

“Gue..... Gue keterimaa... Sumpaaaaa” teriakan Zee terdengar diseluruh penjuru parkiran sambil meloncat kegirangan ia membenarkan rambutnya. Al tersenyum melihat tingkah gadis setinggi dadanya tersebut.

“Lu harus ikut bahagia Al! Gimana kalo ke cafe depan apartemen gue? Gue yang teraktir.” Zee meminta persetujuan Al, awalnya Al terlihat ragu namun setelah melihat harapan dimata Zee untuk mengiyakan ajakannya Al pun mengangguk.

“Yeeeaaayyy, let’s go bes, kita makan enaaakk!” seru Zee penuh semangat. Merekapun menaiki kendaraan yang dibawa Al tadi pagi. Tampaknya Zee sangat bahagia, namun apa sebenarnya yang terjadi?. Sepanjang jalan Zee mengoceh tanpa jeda, Al sebagai pendengar setia hanya tersenyum dibalik helm full facenya,sesekali ia mengatakan hal hal singkat seperti “ Iya Zee gue denger” atau “ seneng banget yak?” atau “ gimana-gimana?” yaa Al hanya sedikit menanggapi perkataan Zee,namun tampak jelas ia tertarik dengan cerita Zee hari ini,atau mungkin Al memang sangat antusia dengan semua cerita Zee setiap hari.