Flash back on
12 tahun yang lalu
"Siapa dia appa?"
"Hei cantik. Kenalkan ini bibi Mina."
Hana mengamati wanita cantik bak model di depannya. Hana tak merespon ucapan wanita itu.
"Hana mau mama baru ngga?"tanya Appa.
"Hana, bibi Mina akan menjadi oemma Hana. Jadi Hana harus baik ya sama oemma Mina."ucap appanya.
Hana menggeleng.
"Oppa! Apa maksudnya ini?!" Ibu Hana berdiri diabang pintu dengan wajah Syok.
"Karena kamu sudah tahu jadi aku tak perlu menjelaskan lagi."kata Appa dengan mimik menyebalkan.
Hana menangis. Hana tak ingin punya ibu baru. Cukup Ibunya yang melahirkannya yang menjadi ibunya.
"Jadi kamu selingkuh di belakangku?!"
"Jawab!"kata Ibu Hasna dengan suara meninggi
"Itu benar. Aku sudah bosan denganmu."kata suaminya enteng.
Bagai disambar perti. Dunia seakan runtuh di depan, Hasna.
'Setelah pengorbananku selama ini kamu semudah ini berpaling dariku?! Aku korbankan masa mudaku, aku korbankan kuliahku. Dulu kamu berkata akan membiayai kuliahku sewaktu minta restu ayahku tapi kamu tak pernah mewujudkannya. Dan apakah aku menagihnya? Tidak! Aku banting tulang untuk keluargamu. Uangku habis untuk modal usahamu, dan setelah kamu sukses kamu buang aku begitu saja, hah! Tega kamu, Oppa!" Teriak Hasna marah.
"Jadi kamu mulai hitung-hitungan?lagian dahulu kamu yang mengejarku dan membuatku menikahimu. Lalu sekarang aku sudah menemukan seseorang yang ku suka, lalu aku akan bertahan dengan wanita gembrot sepertimu?! Kita sudah beda level, Hasna. Kalau kamu tak terima kamu bisa pergi dari rumah ini. Gampang kan?"
Plak
"Kamu manusia tak tahu diri yang pernah ku kenal. Ini rumah yang aku beli dengan jerih payahku dan seharusnya kamu yang pergi dari rumah ini. Pergi!"
"Kau! Berani menamparku, hah! Aku memang akan pergi. Aku juga sudah muak tinggal di tempat sempit seperti ini. Ayo, Mina! Kita pergi ke rumah yang kita beli kemarin."
Hasna memandang suaminya tajam.
"Jangan memandang curiga padaku. Uang itu adalah hasil jerih payahku."
"Dan bisnismu yang besar itu ada andil aku di dalamnya. Uangku kamu pakai untuk modal awal usahamu apa kamu lupa!"
"Itukan tugas seorang istri. Lihatlah itu Mina mana ada seorang istri yang hitung-hitungan pada suaminya."
Hasna menahan geram. Suaminya benar-benar tak tahu diri. Kemana larinya sikap suaminya yang sayang padanya selama ini. Apa selama ini ia yang sudah bodoh mau saja dimanfaatkan olehnya.
"Keluar. Jangan bawa apapun dari rumah ini karena semua yang ada di rumah ini dibeli pakai uangku. Kecuali kamu memang lelaki tak tahu malu."jawab Hasna marah.
Hana menangis histeris.
Kim Ji Na mengepalkan tangannya. Terdengar tetangga yang berkerumun karena mendengar teriakan Hana yang histeris.
"Awas ya, Hasna. Aku tak terima perlakuanmu padaku!"ancam Kim ji Na.
"Pergi!"
Hana menangis semakin kencang. Dia tak ingin appanya pergi.
"Appa...! Jangan tinggalkan Hana! Appa!"
Kim ji Na menoleh ke belakang. Tangan Mina menyentuh lengannya. Dia menatap tajam wanita yang masih menjadi istrinya tanpa menperdulikan teriakan putrinya.
Sampai diiambang pintu, tiga orang tetangga yang dekat dengan keluarga mereka sudah berada di luar.
"Heh! Kim Ji Na, manusia tak tau diuntung. Istri sebaik Hasna disakiti. Pergi kamu dari kampung ini. Dasar lelaki bejat." Teriak tetangga yang sudah berumur. Kim Ji Na mengepalkan tangannya.
"Appa!" Hana berlari mengejar appanya namun ditahan oleh nenek tetangganya.
Hasna mematung. Air matanya mengalir tanpa bisa dicegah. Tanpa teriakan lagi, dia terdudulk lesu di dekat sofa. Seakan waktu berhenti begitu saja. Ia bergeming tanpa mencegah putrinya yang berteriak histeris memanggil appanya.
"Hana, sudah ya, nak. Sama nenek ya, biarkan Ibumu istirahat dulu. Ikut ke rumah nenek ya."kata wanita berusia senja, tetangga mereka.
"Hasna, nenek bawa Hana ke rumah, ya."
Hasna masih bergeming. Nenek tua itu mengeleng pelan. Dia prihatin melihat kondisi Hasna yang hancur melihat pengkhianatan suaminya.
"Duduk dulu ya, Jung ki akan datang sebentar lagi. "
Hana mengangguk.
"Na ra!"
"Ada apa oemma?"
"Temani Hasna di rumah. Tenangkan dirinya. Dia masih syok."
Na ra mengerutkan kening. "Memang Hasna kenapa?"
"Sudah jangan banyak tanya. Keburu Hasnanya berbuat yang tidak-tidak kalau kamu tak segera kesana."
"Ok, Eomma. Bibi ke rumah kamu dulu ya cantik. Oppa Jung ki nanti akan pulang dari sekolah sebentar lagi."
Hana mengangguk. Setelah bibi Na ra pergi, Hana kembali menangis tanpa suara. "Nek, apa appa Hana tak sayang pada kami lagi?"
"Nah, ini bolu keju kesukaanmu. Dimakan ya, sayang."
Hana menggeleng. Air matanya terus keluar. Nenek menghela nafas.
"Baiklah nanti makannya sama oppa Jung ki ya."Hana bergeming.
"Appa jahat nek. Hana ngga mau punya ibu baru, huhuhu.."
Hana menangis semakin kencang, nenek kewalahan menenangkan Hana. Sudah dibujuk berulang kali tetap masih menangis.
"Hana kenapa menangis?"tanya seorang anak lelaki yang baru masuk. Tas punggungnya masih dia kenakan.
"Oppa!" Hana menghambur kearahnya. Dia yang tak siap hampir limbung. Untung ngga jatuh.
"Kenapa Hana menangis?" Tanya anak lelaki itu lembut.
"Appa Hana jahat, Oppa. Appa ngga mau punya eomma baru, huhuhu.."
Jeon Jung ki memandang neneknya tanda tak mengerti. Neneknya hanya menghela nafas.
"Oppa ganti baju dulu, habis itu kita maen di wahana taman bermain yang kemarin bagaimana?"
Hana langsung sumringah. Dia mengangguk seolah melupakan kesedihannya. Nenek heran begitu mudahnya Hana dibujuk oleh Jung ki. Tadi nenek sampai lelah membujuknya.
Mereka menuju wahana taman bermain. Suasana tampak sepi. Hanya ada beberapa anak dan orang tua yang ada disana. Ketika naik ayunan, Hana tampak murung. Hana ingat appanya yang selalu mengajaknya main ayunan.
"Kenapa murung begitu? Ayo, kita kesana!"kata Jung ki menunjuk perosotan. Hana menggeleng. Beberapa saat kemudian, Hana menangis. Jung Ki panik.
"Kalau Hana masih menangis, oppa ngga mau maen lagi sama Hana."
"Oppa udah ngga sayang sama Hana?"
"Eh, bukan gitu. Oppa hanya ngga mau cantiknya Hana hilang. Katanya mau jadi kekasih oppa kalau sudah besar."
Hana mengangguk."Hana sedih, Oppa."
"Sini biar oppa peluk."
Hana dipeluk Jungki. Anak lelaki beda lima tahun dari Hana itu memang sangat menyayangi anak tetangganya itu. Selain cantik, Hana juga menjelaskan. Sikap cerewetnya bikin Jung Ki gemas.
"Oppa itu apa?"tanya Hana menunjuk pergelangan tangan Jung Ki.
"Oh, ini. Kemarin oppa di ajak appa nonton konser boy group the Boys. Suatu hari nanti oppa juga ingin menjadi seperti mereka."
"Sekarang gelang ini aku kasih padamu."
Hana memandang jam tangan milik Jung ki.
"Oppa apa aku boleh pinjam jam tanganmu." Jung ki menatap heran, tapi ia berikab juga jam tangan itu. Mereka lalu berjalan kembali ke rumah.
"Apa di konser itu menyenangkan?"
"Tentu. Suatu hari aku akan mengajakmu."
"Bener ya, oppa. Nanti kalau oppa sudah jadi superstar, Hana mau jadi fansnya oppa."
"Kok Fans? Bukannya Hana mau jadi kekasih oppa?" Tanya Jung ki menggoda Hana. Hana merona malu. Jung ki mengacak rambut gadis kecil itu gemas.
Sore harinya, ketika pulang ke rumah Ibunya, Hasna sudah berada di halaman rumah mereka. Baju bertebaran di sekelilingnya.
"Rumah ini milikku, Ji Na! Seenaknya kamu mengambilnya dariku!"teriak Hasna marah.
"Memangnya kamu punya hak di negara ini? Kamu hanya warga asing yang kebetulan menikah denganku. Dan sekarang kita sudah bercerai. Aku sudah menggugatmu sejak sebulan yang lalu. Dan filenya sudah ada padamu sekarang. Jadi kamu tak berhak lagi dirumah ini. Rumah ini akan aku berikan pada ibuku."kata Kim Ji Na enteng.
"Ibu!" Hana menghambur ke arah Ibunya. Jung ki yang syok tak bisa mencegah Hana berlari.
"Sebentar lagi bagian imigrasi akan menghubungimu. Dan bye. Kita tak akan bertemu lagi. Aku tak akan melupakan kebaikanmu. Sebagai tanda terima kasihku, aku akan belikan tiket pulang ke Indonesia. Dan bawa anak itu juga. Lagian aku tak suka anak pembangkang. Apalagi keturunan dari negaramu itu."kata Kim Ji Na melempar dua tiket penerbangan.
Hana menangis. Dia tak lagi memanggil appanya. Tanpa tangisan lagi dimatanya, dia pandang lelaki yang menjadi appanya tajam. Pandangan yang tak pernah dilihat oleh seorang Jeon Jung ki dan itu cukup membuatnya terkejut.
Flash back off