
Haii aku tanti. Aku sekarang sudah berumur 26 tahun. Dan aku sudah menikah, dan mempunyai 2 anak . Aku sedari kecil sudah mengerti ke adaan kedua orang tua ku. Aku terima semua yang sudah mereka perjuangkan untukku.
Aku adalah anak yang tidak pernah menuntut atau meminta lebih dari kemampuan kedua orang tua ku. Sedari aku mulai sekolah SD SMP dan SMA aku tidak pernah di tanya atau memintaku untuk memilih sekolah mana yang aku inginkan. Apapun hal yg sudah di pilih ke dua orang tuaku. Aku selalu bilang iya.
Memang sedari kecil. Sepertinya aku tidak di biarkan untuk memilih apa yg aku inginkan atau apa yg aku mau.
Sejak SD teman ku semua meliki sepeda. Sedangkan aku berjalan kaki. Tapi aku tidak pernah meminta untuk di belikan sepeda. Dan beranjak SMP semua teman ku membawa sepeda motor jelas aku masih berjalan kaki. Mereka semua mempunyai hp sedangkan aku tidak . Aku tidak pernah meminta atau merengek untuk di belikan . Sesampainya aku remaja SMA dan pindah ke jakarta . Oh iya aku lupa aku SD dan SMP di jawa . Setelah pindah semuanya mulai berubah karena lingkungan yg aku tempati. Membuat semua pikiranku duku di jawa berbeda.
Aku mulai membakang. Bahkan sekolah pun aku memilih. Tapi tidak di iyakan . Ayahku seorang yg penyabar tapi memperlakukanku seperti burung di dalam sangkar . Apapun yg aku ingin lakukan tidak boleh. Yah mamahku juga seorang pengkritik yg hebat. Apapun yg aku lakukan salah. Pokonya semua yg ada di rumah harus aku kerjakan semua. Setiap hari kerjaannya hanya marah-marah.
Ayahku bekerja sebagai kenek di bus . Dan mamah berkerja sebagai pembantu rumah tangga.
Aku selalu di beri uang jajan pas"an bahkan cuman pas untuk ongkos sekolah saja. Seragam sekolahku saja tidak ada yg baru semua bekas.
Dulu pikirku mungkin ayah dan mamah tidak memiliki uang. Tapi dengan umurku yg beranjak dewasa aku memehartikan mamah yg sering belanja baju, sepatu dan entah apa lagi.
Ketika aku hampir lulus SMA masalah besar muncul. Mengobrak abrik semua keluargaku,harkat dan martabat semuanya . Ya mamah menghancurkan keluarganya sendiri dengan selingkuh.
Dari situ aku benar-benar tidak mau mendengarkan mereka lagi. Aku bahkan rindu tinggal di jawa. Aku sempat menyesal ada di jakarta. Merasa masalah yang timbuh karena kami ada di jakarta.
Setelah itu mamah dan bapak terus menerus berantem. Sampe aku ga tau harus gimana lagi. Yang aku lakukan hanya aku tidak ingin dirumah dan melihat mereka berantem.
Sampai-sampai mereka lupa kalo aku ada dan aku juga korban mereka. Bahkan sempat aku berfikir apa keluarga ini utuh sampai disini saja. ya Allah tolong utuhkanlah keluargaku .
Sampai ahirnya hari UN ku datang juga. Dengan ke adaan pikiranku yg berantakan. Aku yang ga bisa konsentrasi menjawab semuanya, hanya berfikir untuk apa aku disini. Merasa tidak ada gunanya .
Tapi di saat kelulusan. Ternyata aku lulus dengan nilai yg biasa saja . Tadinya aku tidak ingin lulus. Biar mereka memperhatikanku.
Setelah lulus aku mulai bekerja. Mulai mencicil motor dengan umurku yg masih 18 tahun. Ternyata mereka ragu dengan aku keputusanku yg ingin mencicil motor. Nanti kalo ga ke bayar gimana ini dan itu. Kelihatankan aku ga pernah dapet suport.