Kisah Cinta Seorang Fujoshi

Kisah Cinta Seorang Fujoshi

nurayd

0

Hari senin pertama di bulan Juli akhirnya datang, libur panjang terasa bagai mimpi karena hari ini para siswa sudah harus berangkat ke sekolah. 

Rasa bahagia karena kenaikan kelas, dan rasa antusias untuk masuk ke sekolah baru yang dirasakan semua orang, rasanya sangat menyilaukan untuk diriku yang masih terbaring di atas kasur, walaupun jarum jam sudah menunjukkan pukul 06.15.

Semalaman aku begadang untuk membaca ulang komik yang aku punya, saking serunya aku sampai tak sadar kalau pagi sudah tiba. 

"Hoaamm... aku benci hari Senin", sambil menggerutu aku mulai bangun dan berjalan di sela-sela tumpukan komik menuju jendela untuk membuka tirai.

"Padahal ini hari yang bagus untuk mengurung diri di kamar sambil membaca komik", keluhku melihat langit yang cerah.


***

Perkenalkan namaku Yukito Rena, umurku 15 tahun, aku lahir dan besar di Kota Tokyo. Hari ini adalah hari pertamaku di Sekolah Menengah Atas (SMA). 

Haaah~ semoga waktu cepat berlalu agar aku bisa segera pulang dan membaca komik yang tadi pagi belum sempat aku selesaikan. Pikirku sambil berjalan menuju gerbang sekolah.


***

Terlihat siswa-siswi baru SMA Negeri Tokyo sudah berbaris rapi di aula untuk mengadakan upacara penyambutan.

Diantara mereka terlihat seorang gadis dengan rambut berwarna senada dengan bunga sakura tengah berdiri sambil menunduk. Jika diperhatikan lebih dekat, gadis tersebut tampak menutup mata sambil sesekali hampir tersentak kedepan, menandakan bahwa Ia tengah menahan rasa kantuk yang cukup berat. 

Upacara penyambutan para siswa baru berjalan cukup lama karena wejangan-wenjangan yang disampaikan oleh Bapak Kepala Sekolah serasa bagai teks bacaan buku sejarah. Hingga setelah kurang lebih dua jam berlalu, akhirnya upacara penyambutan telah usai. 

Rena yang sudah mulai bisa menangani rasa kantuk nya mulai berjalan bubar dari barisan, namun baru beberapa langkah ia melangkah, tiba-tiba ia mematung sejenak, aduh aku lupa cek pengumuman pembagian kelas tadi pagi

Dengan sedikit berlari Rena menuju ke papan mading yang ada di lorong dekat halaman depan sekolah. 


***

"Coba kita lihat," ucap Rena sambil menyusuri deretan nama yang terpampang di papan mading. "Ah ini dia, kelas X C, baiklah". 

Ketika Rena sudah merasa urusannya dengan papan mading telah selesai, Ia pun berbalik berencana untuk mencari dimana letak kelas nya. 

Bugh....

"Ah maaf, saya tidak sengaja", dengan spontan Rena menunduk memohon maaf ketika merasa Ia menabrak seseorang. 

"Anak baru?" Terdengar suara serak seorang laki-laki.

Rena yang memiliki sifat pendiam dan kurang bersosialisasi agak tersentak mendengar suara tersebut. Iya hanya menunduk tidak berani melihat siapa orang yang ada di depannya, ia hanya menganggukkan kepala mencoba menjawab pertanyaan dari laki-laki yang ada di depannya. 

"Oh.." jawab laki-laki itu sambil berjalan melenggang menjauh dari Rena. 

Rena yang sadar orang di depannya telah pergi pun mulai mengedarkan pandangannya lalu menghembuskan nafas lega. 

Setelah merasa tenang, Rena pun mulai berjalan melanjutkan rencananya untuk mencari kelas baru yang akan ia tempati satu tahun ke depan.


***

Brukkkk.... 

Suara benturan yang lumayan keras terdengar di sebuah lorong panjang di lantai dua SMA Negeri Tokyo, bisa kita terlihat Rena yang tengah terduduk dengan ekspresi kesakitan dengan isi tasnya yang berceceran kemana-mana.

Sial! Apakah hari ini memang hari sial ku. Oceh Rena dalam hati. 

Saat Rena hampir sampai ke kelas nya, entah dari mana genangan air di lantai itu datang dan akhirnya terinjak olehnya. Alhasil Ia terjatuh dengan posisi bokong yang menyentuh lantai terlebih dahulu. 

Rasa sakit yang Rena rasakan, Ia abaikan terlebih dahulu. Untung saja lorong menuju kelasnya kosong karena semua siswa sudah masuk kelas, setidaknya ia hanya kesakitan dan tidak merasa malu karena kejadian ini. Pikirnya. 

"Kamu gapapa?" Tiba-tiba suara yang familiar terdengar dari arah pintu ruangan didekat Rena terjatuh. 

Rena refleks langsung berdiri karena kaget. "Gapapa, saya baik baik aja", dengan perasaan campur aduk karena malu ternyata ada yang melihatnya terjatuh, Rena menepuk-nepuk rok sekolah pendeknya dengan harapan bercak basah yang ada di sana bisa menghilang, walaupun ia tau sendiri itu sia-sia. 

...

"Kamu otaku?" Deretan kata itu berhasil membuyarkan fokus Rena yang tengah menepuk-nepuk rok basahnya, Rena mengangkat wajahnya untuk melihat sosok yang ada di mulut pintu. 

'Tampan dan seram' itu kesan pertama yang Rena dapatkan ketika pertama kali melihat wajah orang di depannya. 

Rambut hitam pekat dengan bola mata senada dengan rambutnya, ekspresi wajah yang tegas dengan alis tebal dan hidung mancung, menebarkan aura menakutkan namun juga menghanyutkan. 

"Suka komik kayak gini?" Rena tersentak sadar, lalu berubah panik melihat komik yang Ia bawa di dalam tas nya sudah ada di tangan orang yang belum Ia ketahui itu siapa. 

"Jangan ambil barang orang sembarangan", tanpa sadar Rena sedikit berteriak sambil merebut komik miliknya. 

Rena merasa takut orang di depannya ini akan mengetahui rahasianya, Rena tahu bahwa genre komik yang sangat ia sukai dianggap tabu oleh banyak orang.

Rena tak mau dianggap orang yang aneh karena menyukai hal tersebut. 

"Tenang, ga usah panik gitu__Rena", ada jeda sedikit sebelum menyebut nama Rena dan itu berhasil membuat Rena kaget lalu mendongkak dengan ekspresi bingung. 

Mengerti akan respon Rena, laki-laki itu mengangkat jari telunjuk nya mengarahkannya ke name tag yang ada di dada sebelah kanan Rena dan membuat Rena sadar kalau ada ukiran namanya terpampang di sana.

Setelah merasa Rena sudah paham dengan gerakan jari nya, laki-laki itu lanjut menggerakkan jari telunjuk nya ke arah tulisan yang ada di seragam sebelah kanannya, "Aku Robi, Akiba Robi. Kelas XI A." Lanjutnya memperkenalkan diri dengan minim ekspresi.

Ahh kakak kelas, mampus dah. Pikir Rena dengan ekspresi lagi lagi tersentak karena kaget.

Rena diam mematung dan hanyut dalam lamunannya, sampai sebuah suara kembali terdengar, "Ga ke kelas?". 

Karena banyak hal yang terjadi diwaktu yang singkat membuat Rena melupakan bahwa dia harus segera masuk kelas, dan pastinya sekarang ia sudah sangat telat. 

"Ah iya, maaf kak saya harus ke kelas dulu. Terima kasih bantuannya". Pamit Rena sambil menggerutu dalam hati, ngapain ngucapin terima kasih, dia aja cuma nonton doang.


***

Awal pertemuan yang aneh, tapi terkadang hal yang menurut kita aneh adalah hal yang paling berkesan dan akan selalu terkenang dalam ingatan. 

Seperti itu juga yang di rasakan oleh Rena, ia berguling-guling sambil sesekali berteriak kecil mengingat kejadian hari ini yang membuatnya merasa sangat sial. 

Ia merasa tidak bisa fokus untuk membaca komik sejak kejadian pagi itu, dan memutuskan untuk menunda kegiatan membaca komiknya lain waktu.