"Maaf Mir kita putus !!" Suara Rafki dengan tegas.
"Kenapa Raf, bukankah kita sudah berencana akan menikah? di antara keluarga kita juga sudah saling mengenal lalu apa yang membuatmu ingin mengakhiri hubungan kita ??" Jawab Mirna yang masih berusaha mempertahankan hubungannya dengan Rafki.
"Aku nggak bisa menikah atau pacaran sama kamu! Aku capek dengan hubungan kita yang selalu beda pendapat, kita itu tidak sejalan kamu maunya ke kiri sedang aku maunya ke kanan!"
"Iya tau tapi apakah nggak bisa kita pelan-pelan mencoba dan berusaha untuk mengerti satu sama lain, beri waktu aku sekeli lagi Raf supaya aku bisa berubah demi kamu!"
"Tidak Mir, maaf aku benar-benar capek dengan sikap kamu yang selalu minta semua harus di turuti,!"
"Apakah karena tadi aku minta kamu untuk nemenin aku jalan-jalan dan nonton, Itukah alasanmu sehingga dengan mudah memutuskan hubungan kita?"
"Dengan mudah kamu bilang! aku tu sudah banyak bersabar atas semuanya! Dan sekarang aku sudah nggak mau lagi Mir dengan hubungan seperti ini !!"
"Oke kalau emang kamu maunya gini ya sudah kita pisah! Bye," Mirna pergi dengan meneteskan air mata dan tak mempedulikan Rafki lagi.
Rafki dan Mirna adalah sepasang kekasih mereka saling mencintai dan sudah menjalin hubungan selama 2 tahun tapi kisah cinta mereka kandas lantaran Mirna adalah gadis manja yang semua keinginannya harus di turuti termasuk minta ketemuan dengan Rafki yang tak mengenal waktu. Dan saat ini Mirna sudah bekerja di kantoran tepatnya di bagian akuntan perusahaan.
*
*
"Rafki, kenapa kamu pulang dengan muka di tekuk gitu? ada masalah sama temen atau lagi berantem sama Mirna??" Tanya Tantri Mamanya rafki.
"Rafki sudah putus Ma, sama Mirna!"
"Lho kenapa Raf? Bukannya kalian mau tunangan trus tahun depan mau menikah kok malah putus sih??"
"Rafki yang mutusin Ma, karena Rafki sudah capek dengan sikap Mirna yang selalu manja ini itu harus di turuti."
"Sebenarnya Mama juga kurang setuju sih Raf, apabila kamu menikah dengan Mirna, karena Mama rasa emang Mirna itu kurang mandiri dalam segala hal, Tapi Papamu sangat mendukung itu, Mama nggak bisa apa-apa lagi!"
"Nanti kalau papa tau kira-kira Papa bakal marah sama Rafki nggak ya Ma?"
"Berdoa saja Raf, semoga Papamu bisa ngerti alasan kamu memutuskan Mirna!"
"Iya semoga aja Ma."
"Ya sudah kalau gitu jangan terlalu bersedih, mungkin kamu belum berjodoh saja sama Mirna, masih banyak wanita lain di luar sana Raf !"
"Iya Ma, tapi saat ini aku ingin sendiri tolong Mama keluar dulu!"
"Oke raf, tapi ingat kamu ini lelaki pantang untuk melow lama-lama !!"
"Heum, Terimakasih Ma!"
*
*
"Assalamualaikum, Papa pulang!" Ucap Beni sambil membuka gagang pintu rumah.
"Wa'alaikumussalam, eh Papa," jawab Tantri lalu menghampiri suaminya.
"Dimana Rafki, Ma?"
"Di kamarnya Pah, jangan di ganggu dulu! Saat ini Rafki lagi butuh sendiri!"
"Apakah dia habis memutuskan hubungannya dengan Mirna?"
"Kok Papa tau?"
"Tadi Pak Ilham Papanya Mirna menghubungi Papa kalau Mirna pulang dengan nangis-nangis katanya di putusin sama Rafki,!"
"Kita bahas nanti saja Pah, kalau Rafkinya sudah mau keluar kamar!"
"Ya sudah kalau gitu Papa mau mandi dulu!"
"Iya Pah, Mama juga mau menyiapkan makan malam."
Beberapa jam kemudian.
Tantri dan Beni duduk di meja makan mereka bersiap untuk makan malam, Tiba-tiba Rafki datang menghampiri untuk pamit keluar rumah.
"Ma, Rafki pergi dulu ya?" Ucap Rafki pada sang Mama lalu melirik ke arah Papanya.
"Duduk di sini Rafki! Papa mau bicara sama kamu!"
"Soal apa sih Pah? Nanti saja, Rafki buru-buru nih sudah di tungguin temen-temen!!"
"Papa bilang duduk ya duduk!" Kata Beni agak mengeras sebagai bukti penekanan pada Anaknya.
"Rafki sini dulu Nak! Makan dulu!" Ucap Tantri lembut.
"Apa sih yang ingin sebenarnya Papa omongin! Tentang berakhirnya hubunganku sama Mirna kah?"
"Kenapa kamu memutuskannya sepihak? Kamu tau kan hubungan Papa sama Pak Ilham itu penting buat bisnis Papa?!"
"Lalu apakah perasaan Rafki juga nggak penting Pah?!"
"Jangan ngomong tentang perasaan di depan Papa, karena yang ada di pikiran Papa hanya masa depan kamu bukan perasaan kamu, ngerti!!"
"Please Pah, Rafki tu sudah besar, Rafki sudah bisa menentukan masa depan Rafki sendiri!"
"Jangan bantah omongan Papa Rafki!! Sekarang kamu temui Mirna dan Minta maaf padanya!"
"Tidak Pah, aku akan tetap pada keputusanku!!"
"Rafki,,!" Ucap Ilham dengan keras.
"Sudah-sudah Pah, jangan terlalu keras sama Anak, biarkan Rafki tenang dulu nanti di bicarakan lagi dengan baik-baik!"
"Iya Ma, Papa capek mau istirahat dulu!" Ucap Beni lalu melangkahkan kakinya menuju ke kamar.
"Rafki, kamu tau kan Papamu itu keras jadi jangan mancing-mancing emosinya!" Lanjut Tantri.
"Ah Mama juga nggak bisa ngertiin aku! Rafki keluar dulu Ma!" Pamit Rafki kemudian meninggalkan rumah.
Rafki menaiki motornya dengan semangat membelah kesunyian di malam itu. Sesampainya di basecamp Rafki disambut hangat oleh teman-temannya.
"Hey Bro, kok baru datang padahal kita sudah refil kopi dua kali lho," sapa Andre salah satu teman Rafki yang ikut nongkrong di basecamp itu.
"Gue habis berantem sama bokap nih,"
"Soal apaan, mau di kawinin ya?"
"Soal gue memutuskan hubungan sama Mirna secara kan bisnis bokap berhubungan sama perusahaan keluarganya Mirna."
"Terus terus...."
"Ya gue tetap yakinlah pada pendirian gue walaupun berujung debat akhirnya."
"Emak lo nggak belain?"
"Kalau nyokap sih sebenarnya dukung keputusan gue cuma tetap harus hormatin bokap juga, akhirnya jadi penengah antara gue dan bokap tadi."
"Lo emang kenapa sih mutusin si Mirna, cewek spek kayak dia kan susah di cari bro!"
"Tapi bukan tipikel gue, lama-lama capek dengan sikap manjanya itu,"
"Terus yang lo cari cewek modelan gimana lagi yang menurut lo nggak bikin capek?"
"Udah-udah males mikiran cewek mulu, mending main bilyard yuk biar nggak stres nih kepala!"
"Oke, main sampe pagi kalau perlu! hehe."
"Guys pamit dulu ya mau jemput adik sepupu dulu nih ke rumah sakit!" Ucap Ridwan salah satu anggota nongkrong di basecamp itu.
"Kok rumah sakit, emang sakit apaan adik lo Rid?"
"Kerjanya yang di rumah sakit ndre!!"
"Oh kirain mau ada acara jengukan besok, hehe."
"Dokter ya adek lo Rid?" Tanya Rafki.
"Perawat Raf, napa pingin berobat ya? karena sakit hati, hehe."
"Iya Rid, tolong mintain suntik ke adik lo! buat si Rafki sakit patah hati haha!"
"Rafkinya kali yang punya suntik! Eaaakkk!"
Seketika teman-temannya Rafki kompak tertawa lepas mereka sangat menukmati kumpul-kumpul di basecamp memang selalu di warnai dengan guyonan seperti itu.
"Apaan sih lo pada nggak jelas!!" Ucap Rafki agak menggerutu.
"Biar nggak stres Raf, Enjoy aja lagi!!"
"Oke guys gue cabut ya? Keburu adik gue ngomel-ngomel karena kelamaan nungguin!" Pamit Ridwan kemudian menyalakan mesin motornya dan siap untuk melintas di jalanan.
"Hati-hati bro! jangan lupa berdoa biar mbak kunti nggak ikut nangkring di motor lo,haha!"
"Hus, jangan ngomong yang serem-serem! Bye"
"Eh lho kok, ponselnya si Ridwan di tinggal apa kelupaan ya?"
"Di simpan dulu aja bro, palingan si Ridwan nanti balik sini, orang jaman sekarang susah kalau tanpa ponsel!" Kata Rafki lalu melanjutkan main bilyard.
"Kak Ridwan kok lama sih jemputnya?" Tanya Sila Ariana yang berprofesi sebagai perawat itu.
"Kakak tadi ikut ngumpul sama anak-anak di basecamp."
"Oh pantesan lupa waktu," jawab Sila agak menggerutu.
"Maafin kakak sila,"
"Kakak tadi juga ditelepon berkali-kali kenapa nggak diangkat?"
"Masak sih, coba kakak cek ponsel dulu!"
Tiba-tiba Ridwan kelimpungan mencari ponselnya di tas tidak ada, di saku juga tidak ada.
"Kok ponsel kakak nggak ada ya dek?" Tanya Ridwan dengan cemas.
"Ketinggalan kali di tempat nongkrong kakak,"
"Bisa jadi sih, yuk kita mampir dulu bentar ke basecamp ya!"
"Yaella masih mampir-mampir segala sih, badan sudah capek-capek gini, huft" Ucap sila dengan kesal.
"Udah ngikut aja, cepetan naik motornya!"
Grung grung suara motor Ridwan sudah terdengar di radius 200m dari basecamp.
"Tuh kan bener balik lagi si Ridwan!" Kata Andre agak mencibir.
Setelah menepikan motornya Ridwan langsung menghampiri teman-temannya untuk menanyakan ponselnya yang tidak ada dalam genggamannya.
"Guys ada yang tau ponsel gue nggak?"
"Itu adik sepupu lo Rid, kok nggak di ajak kesini kenalin ke kita-kita?"
"Itu nggak penting! Bantu gue cari ponsel gue dong!"
"Tadi di simpan sama Andre, Rid," kata Rafki.
"Jangan main-main dong Ndre tolong balikin ponsel gue!!"
"Oke tapi kenalin dulu sama tuh adek perawat yg manis,hehe"
"Jangan coba-coba godain adik gue ya!"
"Halah cuma kenalan aja masak nggak boleh?!"
'Idih temen kak Ridwan kok ada yang ganjen sih?' Gumam Sila dalam hati.
"Kak Ridwan, ayuk cepetan keburu larut nih!" Suara Sila mendistraksasi pandangan Rafki ke arahnya.
'Manis juga nih cewek' begitulah pikir Rafki kira-kira.
"Bentar dek!"
"Ndre kasih tuh ponselnya Ridwan, kasian adeknya nungguin lama!"
"Ciee belain si perawat nih,"
"Udah nggak usah bawel, kasih sono!!" Titah Rafki pada Andre.
"Nih besok-besok kalau masih butuh ponsel jangan di tinggal-tinggal dong!" Kata Andre sambil menyerahkan ponsel pada Ridwan.
"Iya makasih Ndre,"
"Beneran nih nggak mau ngenalin gue sama si tukang nginfus?"
"Ah kapan-kapan aja! ini sudah malam takut emaknya marahin gue bro!"
"Kalau gitu spill namanya juga boleh!"
"Panggil aja Sila, udah ya gue cabut! Bye"
Ridwan meninggalkan basecamp itu dan segera mengantar adik sepupunya ke rumah dengan cepat.