Jodoh pengganti untuk sang kakak

Jodoh pengganti untuk sang kakak

Chasanah

0

Terlahir dari keluarga yang berkecukupan ekonomi ternyata tidak membuat Shumi mudah menggapai cita-citanya. Dia harus berjuang melawan keluarganya sendiri untuk mengejar harapan dan cita-citanya. 

"Pergi! "  kalian tidak sayang aku lagi!" Shumi menangis sesenggukan setelah mengetahui bahwa dia akan dijodohkan dengan orang asing.


  Shumi menutup pintu kamarnya dengan keras. Sehingga suaranya terdengar sampai di ruangtamu tempat keluarga sedang bermusyawarah tentang perjodohan dini yang telah di janjikan oleh sang kakek.


Perjodohan ini adalah kesepakatan bersama antara kedua kakek dari keluarga Shubagio dan Santoso hadiningrat. Bahkan  mereka sudah ditunangkan saat berumur 5 tahun.


    Awalnya yang akan dijodohkan dengan cucu kakek santoso adalah sang kakak. Bahkan sejak kecil setiap kali ketika keluarga santoso mengirimkan hadiah selalu kak Laila yang menerima hadiah itu.


"Mengapa harus aku?" Kenapa bukan kak Laila saja? "Seharusnya ibu lebih tahu apa yang menjadi cita-citaku selama ini." Tanya Shumi dalam hati.


"Apakah aku harus pergi jika mereka terus tetap memaksakan perjodohan ini."   Shumi masih terus bermonolog dalam hati.

"Apa sebenarnya yang telah terjadi?"

"Bukankahkah seharusnya perjodohan ini untuk ka Laila, mengapa berubah disaat terakhir?" Shumi terus bertanya dalam hati bagaimana perjodohan kakaknya berubah menjadi perjodohan dirinya.


 "Aku harus menyeledikinya." Shumi menatap kosong dinding kamarnya.

Flashback on

"Shumi kemarilah nak ada yang akan ibu dan ayah bicarakan, " kata bu Tanti lembut. 

      Shumi menoleh lalu duduk di sofa didekat ibu dan kakaknya. Dia baru saja pulang dari sekolah. Bahkan dia belum melepas pakaian seragamnya. 

"Ada apa bu kenapa semua orang berkumpul hari ini? Apa ada acara yang penting bu?" Shumi bertanya dengan antusias. 

" Begini nak, ibu ingin meminta tolong padamu. " 

"Kamu masih ingat dengan pertunangan anak yang dulu dilakukan oleh kakakmu Laila dengan cucu kakek santoso? " kata bu tanti. 

"Kemarin keluarga santoso mengirimkan pesan katanya tiga bulan lagi akan dilakukan pertunangan resmi." 

"Lihatlah semua kotak itu kiriman dari keluarga santoso." kata Tanti sambil menunjuk tumpukan kado yang ada di lantai. 

"Iya bu, Shumi masih ingat berarti kak Laila akan segera meresmikan pertunangannya bu. Itu kabar yang sangat membahagiakan bu." Kata Shumi sambil tersenyum. 

"Lalu mengapa  kakak terlihat sedih bu?" Shumi mengernyitkan dahi tidak mengerti.

"Apa kamu bersedia menggantikan Laila untuk dijodohkan dengan cucu kakek santoso? " kata bu Tanti hati-hati. 

Bagai disambar petir di siang bolong. Itu yang dirasakan shumi saat tiba-tiba diminta untuk menggantikan sang kakak untuk dijodohkan dengan cucu kakek santoso. 

 "Maksud ibu?" bercandanya tidak lucu bu," Shumi masih tidak paham dengan apa yang dikatakan ibunya.

"Tolong gantikan kakakmu untuk dijodohkan dengan keluarga santoso." Kata bu Tanti.

"Jika memang tidak bersedia kenapa tidak membatalkannya saja bu?" Kata shumi suaranya sedikit tertahan karena menahan emosi. 

" Tidak bisa Shumi apa kamu lupa perjodohan ini adalah wasiat kakek. " Terang bu Tanti

"Jika kita membatalkan perjodohan ini maka maka perusahaan akan dihibahkan ke yayasan amal seluruhnya dan hanya rumah ini saja yang tersisa." ujar bu Tanti dengan nafas memburu karena menahan emosi. 

"Apa kamu tega sama kakakmu, lihatlah bahkan dia masih harus rutin meminum obatnya agar penyakitnya tidak kambuh lagi." Wajah bu Tanti berubah keruh setelah mendapatkan penolakan dari anak bungsunya.

    Laila memang memiliki penyakit yang lumayan berat. Bahkan dia baru saja pulang dari pulau seberang untuk melakukan operasi. Meskipun sudah di nyatakan sembuh tetapi dia tetap rutin kontrol beberapa bulan sekali.

"Tolonglah kakak mi,kakak belum siap untuk menikah."ucap Laila dengan wajah sendu dan meneteskan air mata.

" Tapi aku juga tidak mau dijodohkan bu, bahkan aku masih sekolah dan belum lulus. " Tolak shumi.

"Jika kakak saja belum siap apalagi aku bu, setelah lulus ini aku ingin melanjutkan berkuliah ke kota sebelah bu, Ayah kenapa diam saja? Shumi heran melihat ayahnya hanya diam saja sejak tadi. 


"Kali ini mengalahlah pada kakakmu nak, ayah,ibu dan Adipati sepakat meminta kamu menggantikan Laila. " imbuh pak Danang.


"Selain itu maaf karena kakak terlanjur menandatangai kontrak kerja didalam kontrak itu kakak dilarang menikah dan memiliki anak sampai 5 tahun kedepan, jika tidak kakak harus membayar finalti yang besar sekali." Kata Laila sambil terus menghapus air matanya.


         Shumi menghela nafas berat. Adipati mendekati adiknya lalu berkata"shumi percayalah kami sangat menyayangimu mungkin ini yang terbaik untukmu. "

   Shumi menatap neneknya mencoba meminta pertolongan tetapi sang nenek menggelengkan kepalanya. Pertanda nenek juga tidak bisa membantu. 

"Ibu mohon nak, kali ini berkorbanlah demi nama baik keluarga kita. " ujar bu Tanti

"Maafkan ibu tanpa menunggu persetujuanmu ibu dan ayah telah mengirimkan surat balasan untuk keluarga santoso untuk mengubah nama Laila menjadi namamu dan mereka sudah setuju." Kata bu tanti sambil mengelus rambut putrinya. 

"Apa!" Teriak shumi kaget. 

"Tolonglah Ayah nak, mereka sudah mengirimkan hadiah pertunangan dan acaranya akan dilaksanakan tiga bulan lagi" kata pak danang menambahkan.

Flashback off

"Mimi buka pintunya ini nenek." Kata nenek seraya mengetuk pintu. 

  Shumi terkejut mendengar suara nenek memanggil namanya. Dia berjalan ke arah pintu lalu membuka pintu. Tanpa mengucapakan sepatah katapun lalu kembali duduk diranjang. 

"Apa kamu marah sama nenek sayang?" Nenek mengelus rambut cucunya dengan lembut. 

   Shumi tidak menjawab dia hanya menggelengkan kepalanya. Dia sangat menyanyangi neneknya itu. Dia percaya setiap keputusan yang nenek ambil pasti sudah dengan pertimbangan yang matang. 

      Hanya saja dia belum bisa menerima perjodohan ini. Dia bahkan belum tahu siapa nama calon tunangannya.

   Nenek mengeluarkan sebuah kotak dari balik bajunya. Ketika dibuka ternyata berisi kalung dengan liontin kecil berwarna merah delima yang sangat cantik. 

Nenek memakaikan kalung itu seraya berkata"pakailah dan rawat dengan baik jangan sampai hilang itu adalah kalung tanda perjodohan kamu."

 "Ragil hadi santoso itu nama calonmu sayang, jangan bersedih lagi." Kata nenek.

"Anaknya baik juga ramah nenek sudah pernah bertemu,jangan khawatir dia juga tampan dan smart juga." Nenek berkata dengan semangat.

"Wajahnya tidak kalah  sama opa opa korea itu." Nenek tersenyum sambil mengedipkan mata menggoda sang cucu. Shumi tersenyum melihat tingkah neneknya.

"Apa kamu ingin melihat fotonya?" ucap Nenek antusias.

"Tidak perlu nek." Shumi menolak.

"Yakin?"

     Dia mengangguk. Shumi menghela nafas dan berkata"beri aku waktu nek, aku perlu waktu".

"Baiklah sayang beristirahatlah."setelah mengatakan itu nenek pergi meninggalkan shumi sendiri di kamarnya.