Intel Ku Suami Ku

Intel Ku Suami Ku

Ais_Kece

5

"Siapa kamu?" Tanya Azalea saat memergoki Konan tengah mengamati situasi dalam rumahnya.

"Perkenalkan saya Muklis mbak, saya ingin melamar menjadi suami mbak." Ucap Konan cengengesan

"Sartono!" Teriak Azalea memanggil satpam di rumahnya

"Siap Bu, ada yang bisa saya bantu?"

"Usir orang tidak berguna ini dari rumah saya!" Pekik Azalea pergi meninggalkan Konan dan juga Sartono 

"Maaf mbak, saya hanya ingin melamar menjadi sopir taxi, tadi saya hanya bercanda mbak, saya mohon terima saya mbak saya butuh pekerjaan ini, agar saya bisa makan mbak, maafkan saya." Teriak Konan memohon, Azalea pun menghentikan langkahnya dan berbalik ke arah Konan 

"Kalau mau jadi sopir taxi harus sopan! Saya nggak mau menerima orang yang suka cengengesan kaya kamu! Waktu adalah uang!" Ujarnya tegas

"Iya mbak, saya minta maaf, saya janji tidak akan cengengesan lagi mbak, saya mohon terima saya mbak."

"Sartono lepasin dia!" Perintah Azalea, Azalea kembali mendekati Konan dan mengamati Konan dari bawah hingga ke atas.

"Punya SIM?" Tanya Azalea jutek 

"Punya Bu."

"Sini saya lihat!"

Konan pun menyerahkan SIM palsunya.

"Oke, udah pernah jadi sopir sebelumnya?"

"Sudah Bu."

"Siap kerja di bawah tekanan?"

"Siap Bu."

"Kamu ini plin plan ya?"

"Plin plan Kenapa Bu?"

"Tadi manggil saya mbak, sekarang manggil saya Bu."

"Tadinya saya manggil mbak tapi karena ibu mau menerima saya dan akan menjadi bos saya maka saya panggil Bu."

"Terlalu percaya diri, siapa juga yang mau menerima kamu."

"Ibu."

"Karena saya memang membutuhkan sopir baru, saya terima kamu, tapi bukan untuk menjadi sopir taxi, melainkan jadi sopir pribadi saya, tapi ingat jangan kurang ajar lagi dengan saya, atau kamu akan saya pecat!"

"Baik Bu."

Dan hari ini Konan mulai bekerja bersama Azalea.

"Bosen juga kerja sama Azalea, dari pagi nggak ada kerjaan sana sekali." Guman Konan duduk santai di teras rumah Azalea.

"Mas Muklis." Panggil Sartono, berkali kali Sartono memanggil Konan dengan sebutan Muklis namun Konan tak kunjung menjawab.

"Mas Muklis." Ujar Sartono menepuk punggung Konan

"Apa sih mas."

"Di panggil dari tadi nggak nyaut nyaut, nama mas Muklis kan?"

"Iyab betul, ada apa mas Sartono?"

"Main catur yuk mas, mumpung mas dan saya sama sama nganggur."

"Boleh mas."

Di siang yang cerah itu Konan dan juga Sartono memainkan catur untuk mengisi waktu luang mereka, hingga malam hari Azalea sama sekali tidak mengajak Konan pergi.

"Kayaknya gue harus masuk ke dalam untuk melihat isi rumah Azalea." Batin Konan bergegas masuk ke dalam rumah Azalea.

"Muklis! Ngapain kamu masuk ke rumah saya?" Tanya Azalea yang ternyata masih berada di ruang tamu.

"Mau ke toilet Bu."

"Kan toilet kamu dan Sartono ada di luar klis."

"Saya lupa Bu, kalau gitu saya keluar lagi ya Bu."

"Hmmm."

"Muklis, setengah jam lagi antarkan saya ke suatu tempat."

"Kemana Bu?"

"Nanti juga kamu tahu!"

"Siap Bu."

Kini Muklis telah bersiap menunggu Azalea di dalam mobil, sembari menunggu Azalea datang Muklis pun memeriksa isi mobil Azalea, dan dia pun berharap menemukan barang bukti yang mengarah pada penjualan senjata ilegal itu. Saat dia melihat Azalea berjalan ke arah mobil, Muklis langsung stand by di kursi kemudi.

"Belok kanan ya klis."

"Baik Bu."

Malam semakin dingin, Azalea dan Konan masih saja menelusuri jalan.

"Kita mau ke mana sih Bu, sudah hampir 3 jam kita perjalanan dan melewati hutan hutan tapi belum sampai juga."

"Cerewet! Ikuti saja perintah saya."

"Baik Bu."

"Belok kiri, lalu kita berhenti di depan panti." Guman Azalea

"Baik Bu."

Sesampainya di tujuan, Azalea langsung turun dan Konan pun mengikuti Azalea dari belakang.

"Nggak ada yang nyuruh kamu ngikutin saya Muklis! Tunggu di mobil!" Perintahnya.

"Baik Bu."

Bukan Konan jika dia berdiam diri begitu saja saat dia menunggu Azalea, dia diam diam masuk ke dalam panti itu dan mengintai apa yang di lakukan oleh Azalea. 

"Ini saya nitip uang untuk anak anak ya Bu, semoga uangnya bermanfaat." Ujar Azalea

"Terimakasih ya mbak, karena berkat mbak menjadi donatur tetap di sini anak anak tidak kelaparan lagi, dan mereka pun bisa sekolah lagi."

"Iya Bu, sama sama."

"Saya doakan semoga mbak Azalea segera mendapatkan jodoh yang sama baiknya seperti mbak."

"Semoga Bu."

Hanya itulah informasi yang bisa Konan dapatkan.

"Di balik sifat judesnya ternyata dia baik juga." Batin Konan segera kembali ke mobil sebelum Azalea keluar dan curiga kepadanya.

"Sudah Bu?" Tanya Konan 

"Kalau belum saya nggak mungkin ke sini! Pertanyaan bodoh!" Pekiknya

"Kita langsung pulang kan Bu?"

"Nggak, masih ada beberapa panti yang harus saya datangi lagi." 

"Baik Bu."

Konan kembali malajukan mobilnya menuju panti ke 2, malam ini Konan mengantarkan Azalea ke 3 panti yang berbeda, dan Konan pun kagum dengan apa yang di lakukan Azalea.

"Kenapa ke pantinya harus malam malam seperti ini Bu? Kenapa nggak sing aja biar bisa ketemu dengan anak anak?"

"Bukan urusan kamu!" Ketusnya, tak berselang lama Azalea pun tertidur di dalam mobil dengan pulasnya.

"Nih cewek udah cantik, sexy, baik, kaya lagi, cuma sayang dia seorang mafia, mana masih muda lagi." Batin Konan memperhatikan Azalea dari kaca 

Pukul 8 pagi Azalea dan Konan sampai juga di rumah Azalea.

"Sartono, Muklis di panggil mbak Azalea." Ujar Bi Imah, asisten rumah tangga di rumah Azalea 

"Baik bi."

Konan terus saja mengamati sudut demi sudut ruangan Azalea tanpa ada satu sudut pun yang terlewatkan hingga kini dia melihat sebuah ruangan yang cukup mencuri perhatiannya, bagaimana tidak ruangan itu di gembok menggunakan gembok yang cukup besar.

"Ruang apa itu, kenapa harus di gembok mengunakan gembok sebesar itu, apa jangan jangan di tempat itu Azalea menyembunyikan senjata senjata yang dia jual." Batin Konan

"Ada apa Bu?" Tanya Sartono saat mereka sudah menghadap Azalea

"Kita sarapan dulu, setelah itu baru kalian kerja kembali."

"Ini kita sarapannya satu meja gitu sama Bu Azalea?" Tanya Konan 

"Iya, kalau kamu nggak mau satu meja dengan saya silahkan pergi, saya tidak akan memaksa." Ucap Azalea.

"Galaknya." Ujar Konan lirih 

"Galak galak, kamunya aja yang ribet, coba kamu tanya sama Sartono atau bi Imah apa pernah saya galak ke mereka? Kalau saya galak ke kamu, jadi kamu yang bermasalah." 

"Cari ribut aja kamu klis, udah beruntung kita di suruh makan malah kamu cari masalah."

"Ya maaf mas, aku kan cuma nanya."

"Pertanyaan kamu itu mengundang huru hara tahu nggak!"

Tringgg tringgg dering handphone milik Azalea sangat terdengar nyaring di telinga Konan. Kini Azalea menjauh dari Konan dan juga Sartono, dia menuju kamarnya untuk beberapa saat, sebelum akhirnya Azalea kembali lagi untuk mengambil tasnya dan pergi begitu saja.

"Mau kemana Bu Azalea?" Tanya Konan kepaada Sartono

"Mana saya tahu, saya kan nggak di ajak."

Saat Azalea keluar dari rumahnya dengan menggunakan mobil, Konan pun bergegas menyusul Azalea dengan menggunakan mobil yang dia titipkan di tempat rahasia.

Konan terus mengikuti Azalea hingga dia tiba di sebuah gudang di tengah hutan.

"Ngapain dia ke sini?" Ucap Konan mengamati Azalea dari jarak yang cukup jauh.

"Kalau gue di sini gue nggak akan bisa dapet informasi apa apa." 

Konan pun mengendap endap dan terus berhati hati.

"Sepertinya ada yang mengawasi, kita harus lebih hati hati lagi." Ujar Azalea kepada seorang lelaki yang berada di dalam gudang itu bersamanya, Konan pun berusaha mengintip ke dalam melalui celah celah tembok.

"Tidak ada apa apa, lalu kenapa Azalea ke sini?" Guman Konan lirih.

"Penuh teka teki!" Ujarnya lagi.

"Intinya jangan sampai ada yang tahu rahasia kita, dan kalian harus tanggung jawab dengan semua itu, saya nggak mau tahu pokoknya bisnis ini harus terus berjalan, dan jika salah satu di antara kita ke tangkap jangan sampai kita menjebloskan yang lain ke penjara juga, kita harus tetap menjaga rahasia kita bagaimana pun keadaannya, karena kalau sampai kita ke tangkap semua, keluarga kita nggak akan bisa hidu lagi, dan kita harus berpegang teguh pada komitmen yang telah kita buat, jika salah satu di antara kita tertangkap maka yang lain harus siap membiayai hidup keluarga yang tertangkap itu."

"Siap bos!"

Azalea berbalik dan bergegas ke mobilnya, sedangkan Konan memilih untuk menyelidiki gudang itu terlebih dahulu setelah kepergian Azalea dan anak buahnya.

"Ini gemboknya terbuat dari apa sih, kuat banget kaya emak emak, nggak ada lawan." Ucap Konan yang masih mencoba membuka gembok itu 

"Lah masih ada pintu dan gembok lagi? Ini pintu apa tang* sih, kok berlapis lapis gini!" Pekik Konan mencoba membuka gembok ke 2, setelah gembok itu terbuka pintu itu tak kunjung bisa di buka setelah mendongak ternyata di atas pintu terdapat 3 gembok yang masih mengunci pintu itu 

"Ini yang buat pintu niat banget sih, nggak ngerti lagi sama konsepnya, ini kalau ada kebakaran udah hangus semua, mana pintunya dari besi yang tebal gini lagi."

Konan masih tetap berusaha membuka pintu itu, namun saat gembok ke 4 berhasil terbuka Konan justru mendapat sebuah telfon dari Azalea.

"Hallo Bu, ada yang bisa saya bantu?" Tanya Konan.

"Segera ke jalan Bulusan tepatnya di samping gang lima, mobil saya mogok di sini!"

"Siap Bu, saya akan segera meluncur!" Ujar Konan.

"Dari pada gue ketahuan, lebih baik gue samperin Azalea dulu, dan next time gue akan ke sini lagi untuk membuka gembok gembok brutal ini." Pekik Konan bergegas ke tempat Azalea, Konan lebih memilih menaiki taxi saat menemui Azalea dan menitipkan mobilnya di tempat rahasia.

"Lama banget sih! Kerja kok lelet banget!" Omelnya

"Maaf Bu, tadi saya harus cari taxi dulu."

"Mobil di rumah aja ada 10, dan kamu lebih milih naik taxi! Cerdas!" Pekik Azalea

"Ya kan saya masih bingung Bu kuncinya yang mana, mobil sebanyak itu gimana cara saya hafalinnya."

"Saya pikir kamu cerdas, ternyata saya salah, dan saya menyesal telah menerima kamu menjadi sopir pribadi saya, seharusnya saya lebih selektif lagi dalam memilih sopir pribadi!"

"Sttt." Konan pun menempelkan jari telunjuknya ke bibir mungil Azalea.

"Maaf ya Bu, tapi saya nggak bisa konsentrasi kalau ibu terus menggedumel seperti itu, jadi lebih baik ibu pulang naik taxi biar saya yang memperbaiki mobil ibu yang rusak ini." Ucap Konan.

"Tapi nggak perlu pegang bibir saya kaya tadi, kamu pikir saya suka?"

"Iya, ibu pasti suka kan?" Goda Konan.

"Cepat perbaiki, saya tunggu di sini." Ujar Azalea.

"Ibu pulang saja, biar saya perbaiki dulu."

"Kok ngusir? Kamu mau nyuri mobil saya ya? Makannya kamu nyuruh saya pergi agar kamu bisa leluasa membawa mobil saya?" Tuduhnya 

"Ibu Azalea yang cantik, kalau saya mau nyuri mobil ibu, saya udah bawa 10 mobil ibu yang ada di rumah, ngapain juga saya nyuri mobil mogok kaya gini?" Ucapnya dengan meninggikan satu alisnya.

"Kamu ini cerewet banget sih, nurut kenapa sih sama majikan!"

"Majikan? Sekarang itu sebutan majikan lebih mengarah ke kucing oyen loh Bu."

"Aarrggghhh berisik ! Cepet perbaiki atau kamu Carikan montir sana! Saya capek,!"

"Ya kan tadi saya suruh ibu pulang, ibu nggak mau, malah nuduh saya, sekarang ibu ngeluh karena kelamaan." Ucap Konan 

"Jawab terus kamu ya! Jangan mentang mentang kamu lebih tua dari saya, saya nggak bisa tegas sama kamu!"

Konan pun memperbaiki mobil seraya mendengarkan ocehan Azalea yang tiada hentinya memarahi Konan.

"Ibu nggak capek? Saya capek loh Bu dengerin ibu ceramah."

"Saya yang lebih capek nyeramahin kamu."

Brommmm akhirnya mobil itu nyala juga.

"Ibu mau pulang atau tetap di sini?" Tanya Konan

"Ya pulang lah, kamu ini lama lama nglunjak ya! Baru dua hari kerja aja udah bikin saya pusing, apalagi kalau sebulan?"

"Bisa jatuh cinta ibu sama saya." Ujar Konan penuh percaya diri.

"Ciuhhh, males banget saya jatuh cinta sama sopir nyebelin kaya kamu, standard pria idaman saya itu tinggi, putih, ganteng, kekar, bukan kaya kamu kulit sawo mateng gini!" Pekik Azalea

"Kulit sawo mateng gini bisa bikin nyaman loh Bu."

Azalea pun terdiam karena dia pun merasa jika Konan memang tidak termasuk dalam keriterianya, namun dia bisa membuat Azalea salting brutal karena tatapannya.

"Capek ya Bu?"

Azalea enggan menjawab ucapan Konan dan hanya melirik Konan sekilas, sesampainya di rumah Azalea langsung bergegas ke kamarnya dan tertidur, di sisi lain Konan yang masih penasaran dengan gudang tadi pun terus merencanakan penyelidikan.

"Besok kayaknya gue harus izin sama Azalea, dan gue harus segera menyelediki gudang itu, agar penyelidikan ini segera selesai dan gue bisa kerja di tempat lain, lama lama kalau gue kerja sama Azalea bisa setres juga, setiap hari di omelin, di maki maki, gini salah gitu salah."

"Emang cewek selalu benar!" Pekik Konan

"Bagus lah kalau kamu sadar kalau cewek itu selalu benar." 

"Kaya jin tomang aja Bu, muncul tiba tiba."

"Saya cuma mau ngasih kamu kopi, sebagai ucapan terimakasih saya karena kamu sudah berjasa untuk saya hari ini."

"Nggak ada sianidanya kan Bu?" Tanya Konan menyelidik.