I Love You, My Ex

I Love You, My Ex

Miss Pisces

4.8

Malam ini, Devan baru saja selesai meeting bersama client-nya di sebuah Kafe di daerah Senopati, Jakarta Selatan. Padahal, jam di layar handphone Devan sudah menunjukkan pukul 10 malam, tetapi tetap saja sang client tidak mau berhenti mengobrol hingga Devan pusing dibuatnya, karena ia sudah sangat lelah hari ini. Devan mulai menyalakan dan mengendarai mobilnya menuju apartmentnya yang terletak di pusat kota Jakarta.

Layar handphone Devan mulai bergetar tanda ada Whatsapp masuk. Ternyata dari kekasihnya, Andini. Devan menghembuskan nafasnya dengan kasar, ia kesal. Setiap Dini meneleponnya atau mengirim pesan, entah kenapa membuat mood Devan sebal, padahal kalau dipikir-pikir Andini adalah kekasihnya. Sebenarnya, Devan sendiri bingung kenapa Andini menjadi kekasihnya, karena sebenarnya perempuan itu sangat memaksa untuk mejadi pacar Devan 6 bulan yang lalu, padahal Devan masih sangat mencintai Kara. Ah! Kara. Membayangkannya saja sudah membuat hati Devan bergetar melawan rindu yang sangat bergelejolak.

***

5 tahun lalu.

" Kamu tuh selalu cemburu sama semua teman perempuan aku. " teriak Devan pada Kara.

" Ya jelas aku cemburu, Van! Aku liat dia cium kamu, padahal dia tahu kamu sudah punya pacar!!!! " teriak Kara.

" Apa sih, Kar. Jangan berlebihan. Orang cuma cium pipi doang. Itu juga karena dia berterima kasih udah aku antar pulang tadi malam. "

" Oh, jadi semalam kamu antar dia pulang? Terus ngapain aja kalian? Kamu tega banget ya, kamu nggak hargain aku sebagai pacar kamu. Parahnya, dia cium kamu barusan, dan kamu nggak nolak. Kamu gila ya? Aku mau putus aja, Van. Setelah kita putus, silahkan terserah kamu apa yang akan kamu lakukan sama perempuan-perempuan centil kaya mereka. Kamu akan menyesal kehilangan orang yang sangat mencintai kamu, nggak akan ada lagi yang seperti aku, Van. Liat aja nanti. " teriak Kara dengan mata berkaca-kaca. Ia sudah sangat lelah dengan hubungannya sama Devan, sudah hampir 1 tahun ini, Devan flirting sana-sini didepan Kara. Bagaiamana ia tidak sakit hati melihatnya. Padahal, 4 tahun sebelumnya, ia dan Devan hampir jarang bertengkar.

 " Apa? Mau putus? Yaudah, kita putus!! Emang cewek lo doang? Diluar sana cewek-cewek juga rela ngantri buat gue! "teriak Devan tak mau kalah.

PLAKKKKKKK . Kara menampar wajah Devan, dan seketika air mata Kara mulai terjatuh di pipi mulusnya.

" Yaudah. Makasih buat 5 tahunnya sama gue. " ucap Kara, dan mulai pergi meninggalkan Devan.

Sayangnya, Devan tidak menyadari bahwa apa yang diucapkan Kara saat itu benar, benar bahwa ia telah kehilangan orang yang sangat ia cintai, dan kehilangan orang yang mencintai dirinya seperti Kara mencintainya.

**

Sudah 5 tahun berlalu, Kara pergi meninggalkan Devan. Tetapi, nyatanya hati Devan masih untuk Kara. Sesungguhnya, Devan sangat menyesal apa yang dia ucapkan pada saat itu. Padahal, Kara hanya terlalu cemburu sama teman wanita Devan. Devan tidak pernah mencintai perempuan lain selain Kara. Layar handphone Devan bergetar, dan ternyata Bunda yang meneleponnya.

" Iya, Bun? " ucap Devan.

" Kamu hari ini pulang ke rumah atau ke apart, Van? " tanya Bunda diseberang sana.

" Aku ke apart, Bun. Maaf, Devan kayanya malam ini capek mau pulang kerumah. "

" Gapapa, Van. Tapi kamu sabtu besok kerumah ya sama Andini. Kamu kapan sih mau nikah sama dia, Van? Umur kamu kan sudah hampir 30 tahun. Bunda udah pengen gendong cucu, nih."

" Bun, Devan kan masih 29 tahun, belum 30 tahun. Ada-ada aja deh. Devan belum siap nikah sama Andini. " ujar Devan.

" Kenapa? Kamu masih mikirin si Kara? Van, emang kamu tahu sekarang Kara ada dimana? Kamu juga nggak tahu kan dia sudah menikah apa belum. Jangan-jangan, dia sudah punya suami. Lagian, kamu juga kenapa sih pacarin Andini kalau emang nggak serius sama dia ? Kasian kan, Van. Bunda nggak suka kamu mainin perasaan anak orang, ah. "

" Iya, Bunda. Udah ya, Bun. Devan lagi nyetir. Nanti Devan call lagi. Bye, Bun. Love you. " ucap Devan sambil mematikan teleponnya.

Kara Vinala. Devan juga tidak tahu bagaimana kabarnya dia sekarang. Jangan-jangan, yang diomongin Bunda barusan benar, bahwa Kara sudah menikah saat ini. Devan dan Kara terpaut jarak 3 tahun, yang harusnya saat ini Kara masih berumur 26 tahun. Tetapi, usia 26 tahun untuk wanita bukankah sudah cukup umur dan sudah matang untuk menikah? Devan menghela nafas memikirkan Kara yang sudah menikah. Sesungguhnya, Devan sangat belum rela jika wanita yang ia cintai dan mengambil keperjakaannya itu sudah menikah dengan laki-laki lain selain dirinya.

**

Devan memencet tombol lift VIP di apartment-nya, dan pintu lift mulai terbuka, lalu Devan mulai masuk ke dalam lift memencet tombol 30. 

Tingg. 

Tak lama pintu lift terbuka, tanda ada penghuni lain yang akan masuk. Devan sudah sangat lelah dan memilih untuk menutup matanya sejenak sambil bersandar di dinding lift, lalu tiba-tiba saja muncul suara perempuan yang ia yakini mantan kekasihnya, Kara.

" Kamu mau makan apa? Kita pesan aja ya nanti. " ujar suara perempuan yang ia yakini itu Kara, sepertinya ia sedang berbicara dengan lawan bicaranya.

Sontak Devan membuka matanya, dan benar saja ternyata di depannya ada perempuan yang sedang membelakanginya berdiri dengan laki-laki disampingnya. Saat perempuan itu menyenderkan tubuhnya ke sisi dinding lift, Devan sangat yakin itu Kara. Dan perempuan itu pun tak kalah kaget melihat Devan ada di sampingnya.

Kara.

Tubuh dan wajahnya masih sama seperti saat kami masih berpacaran, ia memiliki mata yang bulat, bibir yang tebal, dan memiliki kulit putih seperti susu. Tetapi, saat ini ia terlihat lebih dewasa dan menawan dengan perawakan yang lebih berisi. Dulu, saat kami berpacaran Kara masih berusia 16 tahun, dan usiaku 19 tahun. Tetapi, Kara yang ada di depanku sekarang sangat membuatku bergairah, dan mampu menggetarkan tubuhku karena sangat menginginkannya dan sangat merindukannya. Bagaimana tidak, ia hanya memakai baju crop yang sangat ketat, sehingga terlihat jelas belahan dadanya, lalu dipadukan dengan celana jeans hotpans, dan memiliki rambut sepinggang berwarna coklat kehitaman yang digerai dengan indah. Tak lama, laki-laki yang bersamanya menggandeng tangannya, lalu mulai keluar dari lift. Sebelum keluar dari lift, Kara menengok kebelakang, dan melihat kearahku dalam beberapa detik sebelum laki-laki itu mencium bibir Kara didepan mataku.

Liat aja, Kar. Cuma gue yang bisa milikin lo, umpatku dalam hati.