Ada dua formula yang selalu Joy gunakan untuk akhir cerita webtoonnya. Opsi pertama, tokoh utama akhirnya berkencan. Sedangkan opsi kedua, tokoh utama akhirnya menikah. Meski sudah menahun menangani banyak webtoon, dua formula itu hanya saling berganti satu sama lain tanpa pernah ada perubahan atau variasi apa pun. Menurutnya, dua formula itu adalah akhir paling baik bagi sepasang manusia yang saling jatuh cinta. Namun, tidak semua pembaca suka dengan formula tersebut. Katanya, mereka butuh akhir yang lebih menggemaskan. Sampai punya anak, misalnya. Atau sampai kakek-nenek. Tapi…hello? Ini Joy sedang menggarap naskah fiksi, lho, bukan biografi tokoh terpandang.
Namun, begitu melihat sahabat menimang bayi berusia tujuh hari, Joy mendapatkan ide untuk akhir dari webtoon yang sedang dia kerjakan. Berjudul “Overdose”, webtoon tersebut bercerita tentang sepasang manusia yang saling jatuh cinta setelah pertemuan tidak sengaja mereka merubah status mereka di KTP dari lajang menjadi nikah sampai memutuskan untuk menua bersama. Webtoon tersebut cukup terkenal di salah satu platform membaca webtoon terbesar di Indonesia. Tiga pekan lagi, webtoonnya selesai dan Joy sudah menentukan adegan terakhir di webtoon tersebut; kedua tokoh utama akan berkencan di kafe dekat pantai lalu saling menyatakan cinta.
Namun, mengingat banyak pembaca mengkritik akhir dari webtoonnya yang selalu memiliki formula yang sama, Joy memutuskan akan merubah konsep akhir dari novel “Overdose” dengan ide yang terlintas di kepalanya barusan. Kini, akhir webtoon tersebut akan menampilkan adegan kedua tokoh utama yang sudah punya anak dan terlihat bahagia. Joy merasa ide tersebut cukup bagus. Bahkan, kalau pembaca menyukainya, besar kemungkinan akan terbit season 2.
“Ngapain lo liatin anak gue sampe segitunya?”
Joy tersentak saat mendengar pertanyaan Yasmin, sahabatnya yang sedang menggendong bayi bernama Arum. Kontan, Joy tersenyum lebar dan berkata, “Soalnya lucuuu banget.” Joy kembali memandang wajah putri Yasmin. “Gue pengen uyel-uyel.”
“Enak aja! Masih belum boleh! Entar kalau udah gedean dikit,” omel Yasmin.
Joy cemberut. “Iya, iya, kan cuma bilang pengen aja.”
“Cepet nikah makanya, J. Biar punya anak sendiri.”
Joy memelototi Yasmin. “Gue udah bilang berkali-kali, jangan manas-manasin soal nikah apalagi nanya pertanyaan yang barusan.”
“Ya kan, kalau lo mau punya anak, lo harus nikah dulu. Ya masa lo mau pake jalur hamil dulu terus nikah.”
Joy makin ganas memelototi Yasmin. “Amit-amit! Doain aja waktu gue buat nikah cepet dateng.”
“Waktu nggak bisa ditunggu, J. Suka nggak kerasa. Itu jodoh lo udah ada, tinggal langsung akadnya aja. Halal, deh.”
“Mulai, deh.” Joy memutar kedua bola matanya. Ini Joy yang punya profesi mengarang naskah fiksi, tetapi Yasmin yang paling pandai mengarang kisah buat Joy.
Alih-alih menuruti perkataan sahabatnya untuk tidak membahas perihal pernikahan, Yasmin justru makin gencar dan tertarik dengan topik tersebut. “Tapi serius, J. Lo tuh udah pacaran sama Adnan berapa puluh tahun, coba? dari jaman purba nggak sih? Dan kalian nggak ada niatan masuk ke jenjang serius, gitu? Gue aja sama Bayu kenal baru tiga bulan langsung nikah.”
Muka Joy makin mirip sayur basi. “Itu lo yang kebelet kawin kali,” balas Joy.
“Emangnya lo enggak?” Yasmin menyeringai.
Skak. Pertanyaan Yasmin dibarengi seringai penuh kemenangan tersebut menyulut bibir Joy jadi cemberut. Pertanyaan tersebut menohoknya. Yasmin jelas tahu kalau Joy memiliki impian segera menikah, membangun kehidupan bahagia dan memiliki anak, persis seperti cerita-cerita yang divisualisasikannya dalam bentuk webtoon. Namun, meski calon jodoh sudah di genggaman, waktu menikah yang dinantikannya belum kunjung tiba. Lebih tepatnya, sang calon jodoh belum ada tanda-tanda membahas pernikahan. Miris, kan?
Melihat respons Joy yang membatu, Yasmin berkata dengan nada penuh kemenangan, “Kan, perkataan gue bener. Lo juga kebelet kali.”
Joy menghela napas. “Iya! Puas?”
“Makanya-“
Melihat sekelebat sosok pria melewati pintu, Joy segera menaruh telunjuknya ke bibir. “Stttt!”
Ucapan Yasmin berhenti, dan perhatian dua perempuan itu kini tertuju pada dua lelaki yang memasuki ruang tamu. Adnan dan Bayu. Pacar Joy dan suami Yasmin. Dua pria itu baru saja mengobrol di luar sambil minum kopi instan, sekaligus mengantar beberapa tamu undangan yang berangsur-angsur pulang sejak acara aqiqah selesai dua puluh menit yang lalu.
Bayu duduk di samping Yasmin. Ketika Adnan akan duduk di samping Joy, Bayu menahan pria itu dengan pertanyaan, “Mau coba gendong nggak, Nan?”
Adnan sigap mengibaskan kedua tangannya. “Nggak usah, Mas.”
“Nih. Coba aja. Biar ada niatan mau nikah juga,” kata Yasmin, menyodorkan putrinya pada Adnan. Dan kontan membuat Joy melotot. Buset! Perasaan tadi saja Joy enggak boleh nyentuh, kenapa Adnan dapat tawaran menggiurkan? memang wajah Joy mirip penjahat bayi, ya?
Dan begitu Joy memindai kekasihnya, Adnan terlihat tidak mampu memberi penolakan. Pria itu melirik Joy dengan pandangan meminta pertolongan. Joy mengangkat kedua bahu, memberi kode kalau dia tidak dapat membantu apa-apa.
Dengan gerakan kaku, Adnan meraih putrinya Yasmin. Bayi berusia tujuh hari itu tampak rentan, menggeliat-geliat dengan pelan, dan matanya yang terpejam terlihat berusaha untuk membuka. Adnan meraihnya pelan-pelan, seolah kalau memegangnya terlalu kuat, bayi tersebut akan remuk.
Setelah bayi tersebut aman dalam gendongannya, Adnan memandang bayi itu dengan sorot takjub bercampur kasih sayang. Joy berdiri, mendekati pacarnya, lalu memandang bayi itu dengan pandangan serupa.
“Kalian udah cocok gitu gendong anak,” komentar Bayu. “Enggak mau punya sendiri, gitu?”
“Sependapat,” kekeh Yasmin.
Adnan hanya tersenyum tipis lalu menyerahkan kembali bayi tersebut pada sang ibu. “Doain aja ya, Mas.”
“Didoain terus, eksekusi kapan?” sindir Bayu dengan anggukan dan sorot mata serius.
Joy tersenyum kaku. Pantas Yasmin dan Bayu langsung berjodoh setelah tiga bulan berkenalan. Mereka mirip sekali dalam banyak hal.
Tiba-tiba, Arum menangis kencang. Yasmin kontan berusaha menenangkannya. Bayu ikut menenangkan, dan momen itu membuat dada Joy berdesir. Harapan untuk memiliki keluarga bahagia seperti Yasmin dan Bayu, mulai meronta-ronta di dadanya. Joy melirik Adnan sekilas, kemudian. Apa dada pacarnya juga berdesir melihat momen tersebut? Joy penasaran akan hal itu.
Melihat Yamin dan Bayu butuh privasi, Joy dan Adnan memutuskan pulang. Mereka berpamitan, menutup basa-basi tentang pernikahan, dan kini sudah duduk di kursi mobil Adnan. Adnan mengemudikan mobil dengan hati-hati meninggalkan kompleks perumahan tempat rumah Yasmin. Dan di perjalanan, Joy mengeluarkan Ipad dari dalam tasnya.
“Arum lucu ya, Mas?” Mancing enak, nih, pikir Joy tiba-tiba.
Adnan mengangguk. “Iya.”
Merasa mendapat momen untuk membahas apa yang ada di pikirannya selama di rumah Yasmin lebih lanjut, Joy memberanikan diri bertanya, seolah pertanyaan itu adalah pertanyaan biasa saja. “Mas. Kalau nikah nanti, Mas mau punya anak berapa?” Pancing terus, Joy.
“Sedikasihnya aja.”
Joy langsung cemberut. Jawaban kurang memuaskan. “Masa nggak ada rencana mau punya berapa, gitu?”
“Belum Mas pikirin. Nanti kalau udah deket waktunya aja.”
Jawaban itu membuat Joy terdiam. Belum Mas pikirin. Berarti, rencana menikah belum ada dalam kepala Adnan? Pikiran Joy seketika mendung. Perempuan itu menyahut “oh” dengan pelan dan singkat.
Malas berbicara lebih jauh, dia meraih pensil Ipad dan mulai membuka aplikasi menggambar digital kemudian menggambar sketsa chapter akhir webtoon “Overdose”.
Entah sadar dengan sikap diamnya Joy atau memang penasaran, Adnan membuka pembicaraan lagi. “Dapat ide baru?” tanya pria itu.
“Heem.”
“Buat webtoon baru?”
“Bukan.”
“Terus?”
“Buat chapter akhir webtoon Overdose.”
“Bukannya udah kamu bikin sketsanya kemarin, ya?”
“Iya.”
“Terus ini–“
Tidak tahan mendiamkan Adnan, karena topik pembicaraan mereka menarik, Joy akhirnya bercerita. “Aku bikin akhir baru buat webtoon itu. Barusan dapat ide dari Yasmin dan Mas bayu. Mereka lucu banget waktu gendong Arum. Aku jadi kepikiran buat bikin ending cerita Overdose dengan adegan tokoh utamanya punya anak. Menurut kamu gimana, Mas?”
“Oh, bagus itu. Ending kamu jadi nggak itu-itu aja.”
Joy menyipitkan mata saat memandang Adnan. “Itu-itu aja? Mas sependapat sama pembaca aku yang komen kalau ending aku selalu satu nuansa sama webtoon aku yang lain?”
“Iya.”
Joy menghela napas, ini kekasihnya enggak ada basa-basi dikit, ya? Kemudian, perempuan itu mulai menjelaskan panjang lebar kenapa dia hanya menggunakan dua jenis ending pada webtoon yang dibuatnya. Adnan hanya manggut-manggut saja. Lama mengoceh, tidak terasa, mereka sudah sampai rumah. Joy tidak menghasilkan satu sketsa pun karena terus berdebat dengan Adnan mengenai alasan ending webtoonnya..
“Pokoknya, aku suka sama semua ending webtoon aku karena aku merasa itu ending terbaik buat mereka,” tegasnya lalu turun dari mobil.
“Iya, iya. Dadah, Ay! Sampai ketemu lagi. Jangan lupa langsung makan,” balas Adnan penuh sayang.
Joy jadi tersipu. Malu sendiri karena serius berdebat. ”Iya. Mas juga, ya.” Dia melambai senang.
Begitu mobil Adnan melaju meninggalkan pekarangan rumah, segera Joy masuk rumah. Dan baru juga membuka pintu, tubuhnya terperanjat begitu seseorang tiba-tiba memeluk tubuhnya dengan erat. Joy memekik keras dan memukul pelan pundak orang itu saat menyadari kalau pelakunya adalah Salsa, adik perempuan yang berbeda tiga tahun darinya.
“Kaget, tahu!” omel Joy lalu berusaha melepas pelukan Salsa. “Ini pake peluk-peluk segala. Sesak napas, nih.”
Salsa melepas pelukannya dengan senyum lebar. Menyadari tingkah aneh adiknya, Joy menyipitkan mata. “Apa? Ada apa?”
“Tadaa!” Salsa menunjukkan cincin di jari manisnya. “Hisyam kasih aku ini.”
“What?!” Pekik Joy. “Demi apa?!”
“Iya!”
“Hisyam… lamar kamu?”
“Iya, dong!”
Dan begitu mendengar jawaban itu, langkah Joy surut ke belakang. Perempuan itu menyadari sesuatu. Dilamar? Artinya ... Salsa akan menikahkan? Dan ... Sial! Dia bahkan baru saja gagal memancing obrolan pernikahan dengan Adnan, tetapi adiknya sudah mendapat keseriusan dari kekasihnya.
Joy menelan ludah yang serupa duri ikan. Mampus, artinya, tropi "Kapan dapat lamaran?" akan jatuh ke tangan Joy? Ya Tuhan! Kabar buruk!
***