Gladys POV
Pagi ini, jam sudah menunjukan pukul 06.45 WIB, aku bergegas menyiapkan bekal untukku ku bawa serta bekal kedua adikku.
Saat ini aku masih berstatus sebagai pelajar SMP yang sebentar lagi akan menghadapi Ujian Nasional.
" Gladys buruan dong bekel Aira dan Arga mana nih, mama udah telat ini " teriak mama sembari melangkahkan kakinya menuju Honda Jazz merah kesayangannya dan diikuti oleh Aira dan Arga dibelakangnya.
Aku? Tentu saja sedang memasukan roti isi kedalam kotak bekal milikku, serta untuk kedua adikku yaitu Aira dan Arga.
" Iya ma, ini udah kok " aku tergesa-gesa memasukan kotak bekal ke masing-masing tas dan bergegas menyusul mama serta kedua adikku.
" Kamu lama banget sih, yaudah mama sma adik-adik kamu berangkat dulu, nih ongkos dan uang saku kamu, hati-hati "
Ya begitulah mama, sejak kecil aku merasa mama sangat pilih kasih dengan ku, mama memperlakukan Aira dan Arga dengan sangat baik, bahkan untuk urusan pendidikan saja jelas terlihat perbedaannya, Sejak duduk dibangku sekolah dasar, mama selalu menyekolahkan aku di sekolah negeri milik pemerintah yang letaknya tidak begitu jauh dari komplek ini, alasannya cukup klasik, mama berdialog bahwa beliau sibuk dan repot jika harus antar jemput aku, jika jarak sekolah dekat kan mama tidak perlu repot karena aku bisa berangkat dan pulang sendiri.
Namun, alasan tersebut sudah tidak bisa kau terima ketika dua orang adik mu mulai memasuki bangku sekolah dasar juga, saat itu aku sudah kelas 3sd dan Aira baru saja akan mendaftar sekolah, aku fikir Aira akan didaftarkan di sekolah yang sama denganku, tapi dugaan ku salah.
Mama mendaftarkan Aira di sekolah swasta bertaraf Internasional dekat studio mama, pernah sekali aku protes mengapa Aira tidak disekolahkan ditempat yang sama seperti ku, namun mama justru marah dan memaki-maki ku, yasudahlah lebih baik aku diam, aku tidak ingin menyakiti perasaan mama.
Kejadian tersebut berulang ketika aku dikelas 5 sd dan Arga, adik bungsu ku ingin mendaftar sekolah, mama mendaftarkannya di sekolah yang sama dengan Aira, tidak ingin menyakiti perasaan mama dan membuat mama emosi, lebih baik aku mengalah dan diam, toh aku bersyukur mama dan papa masih mau membiayai sekolahku, walaupun sebenarnya aku tau, pendidikan ku adalah tanggung jawab mereka sebagai orang tua kandung ku, berbicara kandung, kadang aku berfikir atas semu perbedaan sikap dan kasih sayang apa mungkin aku ini bukan anak kandung mama dan papa?
Ah sepertinya tidak mungkin, bisa saja mama menganggap aku anak pertama dan harus mandiri agar bisa menjaga adik-adik ku kelak, ya mungkin seperti itu.
Meskipun mama kerap kali memperlihatkan perbedaan sikapnya tapi tidak dengan papa, papa menyayangi ku sama seperti papa menyayangi Aira dan Arga, bahkan ketika papa tau bahwa Aira dan Arga di sekolahkan disekolah elite bertaraf Internasional papa protes dan mengusulkan aku dipindahkan kesekolah yang sama dengan merek, namun mama menolak dengan alasan, tanggung, sebentar lagi aku juga lulus SD, alih- alih justru mereka bertengkar hebat, akhirnya aku bicara pada papa untuk menuruti keinginan mama, akupun membenarkan ucapan mama bahwa tidak perlu pindah sekolah karena aku sudah nyaman dengan sekolah ku ini, lagipula jika pindah aku akan kehilangan teman-teman ku, akhirnya papa mengerti dan mengalah.
Namun ketika aku lulus SD dan akan melanjutkan ke jenjang Putih Biru (SMP) mama lagi-lagi memilihkan sekolah Negeri biasa untukku tanpa sepengetahuan papa, karena papa memang jarang berada dirumah, profesi papa sebagai seorang Arsitek menyita banyak waktunya diluar rumah, bahkan jika sedang banyak proyek, papa bisa seminggu tidak pulang kerumah, alih-alih protes dan melawan keputusan mama, aku akhirnya pasrah dan menerima keputusan mama untuk melanjutkan sekolah di sekolahan negri lagi, toh menurutku dimana saja kita bersekolah sama saja kan. Aku sangat menyayangi mamaku meskipun beliau sering membeda-bedakan bentuk kasih sayangnya tapi aku tak masalah, aku senang bisa membantu mama dalam banyak hal, aku harus selalu berfikiran positif.
****
Jangan lupa supportnya gais ❤️