Hari Pernikahan.
Stevan menatap dirinya dari balik cermin, ia terlihat sangat tampan mengenakan setelan tiga potong dengan dasi kupu-kupu yang bertengger di lehernya. Hari ini adalah hari pernikahannya dengan putri sulung keluarga Luxer rekan bisnis sekaligus putri sahabat ayahnya sendiri.
"Stevan! Are you, ok?" Tanya seorang laki-laki yang tak lain adalah Ricard sahabat sekaligus asisten kepercayaan Stevan.
"Hmm." Stevan hanya berdehem pelan, membuat Ricard menghela nafasnya kasar.
"Hey! Sebentar lagi lo akan menikah, kenapa muka lo di tekuk seperti itu?" Ucap Ricard sambil menatap Stevan dari balik cermin.
Stevan menatap tajam sahabat sekaligus asistennya itu, kemudian ia menghela nafasnya kasar. Jika bukan karena kondisi sang papa yang semakin memburuk, sudah pasti Stevan akan menolak pernikahan sialan ini. "Bukannya lo sudah tahu kalau ini hanyalah pernikahan kontrak?" Stevan merapikan jasnya, lalu berjalan menuju jendela. "Kalau bukan karena kondisi papa yang semakin memburuk, gue tidak mungkin melakukan pernikahan kontrak ini." Sambungnya sambil menatap langit yang terlihat begitu indah, namun tak seindah hatinya.
"Stev! Meskipun ini hanya pernikahan kontrak, setidaknya lo tampilkan wajah bahagia lo, jangan buat papa lo kecewa dan membuat kondisinya semakin memburuk." Nasehat Ricard sambil berjalan menghampiri Stevan.
"Ck... Acaranya belum di mulai, papa juga sangat tahu jika gw terpaksa menerima pernikahan sialan ini. Untuk apa gw berpura-pura bahagia."
Ricard menggelengkan kepalanya pelan, ia menepuk bahu sahabatnya lalu berkata. "Terserah lo saja, sebaiknya kita segera turun karena acaranya akan segera di mulai."
"Sepuluh menit lagi, tinggalkan gw sendiri di sini."
"Apa lo masih mengingat Airi?" Tanya Ricard dengan tiba-tiba membuat Stevan berbalik dan menatapnya dengan tajam.
"Jangan membahasnya, sebaiknya lo tinggalin gw sendiri sekarang." Tegas Stevan membuat Ricard mengangkat kedua tangannya menyerah.
"Baiklah, gw akan pergi sekarang, tapi ingat! Waktu lo tinggal sepuluh menit. Mengerti."
"Gw mengerti, lo tidak perlu mengingatkan gw." Ucap Stevan kembali berbalik dan menatap langit yang masih saja cerah dan indah.
Ricard langsung melangkahkan kedua kakinya meninggalkan Stevan sendirian di dalam ruangan itu.
"Airi! Sudah dua tahun kamu menghilang, sudah dua tahun pula aku mencari keberadaanmu, kenapa aku masih tidak bisa menemukanmu? Sebenarnya apa yang terjadi kepadamu Airi? Kenapa kamu pergi dari kehidupanku?" Ucap Stevan pelan. Stevan kembali mengingat kebersamaannya dengan Airi sebelum Airi menghilang. Airi adalah sosok perempuan yang paling di cintainya selama ini, namun ntah mengapa dua tahun lalu Airi tiba-tiba menghilang tanpa jejak sedikitpun.
"Airi, aku yakin, aku pasti bisa menemukanmu, aku tidak perduli alasan apa yang akan kamu berikan nanti, aku akan tetap bersamamu. Cepatlah pulang Matahariku." Lirih Stevan sambil memejamkan kedua bola matanya menahan kerinduan yang amat terlalu dalam.
***
Deg... Deg... Deg...
Detak jantung Stevan berpacu dengan sangat cepat ketika tatapan matanya menangkap sosok perempuan cantik yang selama ini di carinya. Perempuan yang sudah dua tahun lebih menghilang dari kehidupannya itu kini sedang berjalan menuju ke arahnya dengan sosok laki-laki yang jelas Stevan sangat mengenalnya. Laki-laki itu adalah Leo, sepupunya sendiri.
"Airi, akhirnya kamu kembali... "Batin Stevan tanpa melepaskan pandangannya dari wajah cantik Airi, wajah yang selalu di rindukannya siang dan malam.
Detak jantung Stevan semakin berpacu dengan sangat cepat ketika perempuan itu sudah berdiri tepat di hadapannya dengan senyuman manis yang selama ini Stevan rindukan. Leo yang berdiri di samping perempuan itu membuyarkan lamunan Stevan, ia memeluk tubuh Stevan dan mengucapkan kata selamat. "Selamat bro, lo sekarang udah gak sendirian lagi. Sorry gue baru bisa balik sekarang." Ucap Leo, sambil menepuk punggung Stevan pelan.
Stevan tersenyum kecut, pernikahan ini hanyalah pernikahan kontrak yang akan berakhir setelah satu tahun. "Thanks. Dengan pulangnya lo sekarang gue udah seneng." Jawab Stevan sambil melepaskan pelukan sepupunya itu. "Dia.... " Stevan menunjuk perempuan cantik yang sedari tadi hanya diam menyaksikan pertemuan kembali kedua laki-laki itu.
"Oh gue lupa ngenalin dia." Leo merangkul pundak perempuan itu, membuat Stevan rasa cemburu dalam diri Stevan bangkit seketika. "Dia Airi Andara, kekasihku." Ucap Leo seketika membuat Stevan benar-benar terasa di sambar petir. "Ara kenalin ini Stevan sepupu aku."
"Hay, kenalin aku Airi." Airi mengulurkan tangannya ke hadapan Stevan, senyumannya yang manis selalu terukir di bibirnya.
Stevan terdiam sejenak, hatinya terasa sangat sakit saat kekasihnya yang sudah menghilang selama dua tahun itu, sama sekali tidak mengenalinya. Stevan sangat yakin jika perempuan yang ada di hadapannya itu memang benar kekasihnya. Bukan hanya wajahnya yang sangat mirip, suaranya pun Stevan sangat mengenalnya. Bahkan namanya pun sama, Airi Andara. Lalu mengapa Airi tidak mengenalnya? Dan mengapa Airi bisa menjadi kekasih Leo sepupunya? Beberapa pertanyaan masuk ke dalam otak kecilnya.
"Sayang, kenapa kamu malah bengong?" Kini suara sang istri membuyarkan lamunannya.
Stevan menghembuskan nafasnya berat, sejujurnya ia sangat ingin memeluk tubuh Airi saat ini juga, banyak pertanyaan yang ingin ia tanyakan kepada Airi, namun sepertinya waktunya kurang tepat. "Stevan, selamat datang Airi.. "Stevan meraih uluran tangan putih nan halus itu, kini senyuman di wajahnya mulai terukir, tatapan matanya begitu dalam membuat Airi salah tingkah. "Selamat datang kembali Airi, kali ini aku pasti tidak akan melepaskanmu, kamu harus bertanggung jawab atas rasa sakitku selama ini." Batin Stevan tanpa mengalihkan pandangannya dari wajah cantik Airi.
"Hey! Lepaskan tangannya, Stev. Lo sudah membuatnya ketakutan." Ucap Leo sambil melepaskan genggaman tangan Stevan. "Yasudah, kalau begitu kita pamit dulu bro, sekali lagi selamat untuk pernikahan lo dengan Viola." Leo kembali merangkul pinggang Airi, membuat rahang Stevan mengeras.
"Thanks. Kalian berhati-hatilah." Ucap Stevan tetap menjaga raut wajahnya.
Leo hanya tersenyum sambil mengangguk pelan, setelah itu Leo dan juga Airi pun berjalan melangkahkan kedua kakinya pergi meninggalkan pesta pernikahan Stevan yang hampir selesai.
"Airi..... Bagaimana bisa kamu menghilang selama dua tahun, dan sekarang kamu kembali sebagai kekasih sepupuku? Airi.... Aku tidak akan pernah membiarkanmu bersamanya, tunggu saja aku pasti akan membawamu ke dalam pelukanku lagi." Batin Stevan sambil menatap kepergian Leo dan juga Airi. Tangan Stevan terkepal dengan kuat, matanya berubah menjadi tajam, bahkan auranya terasa begitu dingin membuat sang istri sedikit cemas juga khawatir.
"Kamu kenapa? Apakah kamu sakit?" Tanya Viola lembut.
"Tidak apa-apa." Jawab Stevan singkat.
"Tapi wajahmu terlihat tidak baik-baik saja setelah melihat perempuan itu." Lirih Viola yang menyadari perubahan Stevan yang kini berstatus sebagai suaminya itu.
Stevan memilih untuk tidak menjawab, tatapannya lurus ke depan, namun pikirannya melayang ntah kemana.
Bersambung.