Di sebuah desa suku sunda Gadis cantik bernama Putri Aynia setelah lulus sekolah di bangku SMA, berniat ingin pergi ke kota untuk mencari pekerjaan, Putri Aynia sudah mempunyai bekal bela diri selama duduk di bangku SMA, dengan tekad kuatnya Putri Aynia ingin pergi ke kota untuk mencari sebuah pekerjaan.
Ayah Putri meninggal semenjak Putri duduk di banggku SMP kelas 2 semenjak Ayahnya meninggal, Putri dan Ibunya harus berjuang mati matian demi bisa melanjutkan sekolah Putri hingga lulus di bangku SMA, meskipun harus terlilit beberapa hutang dan makan seadanya, Putri Aynia selalu bersabar dengan sipat periangnya.
Pagi itu Putri berpamitan untuk mencari pekerjaan di kota sudah dandan rapih berikut membawa tas gendong dan membawa beberapa pakaiannya, Ibu Putri dengan raut wajah sedihnya mau tidak mau harus merelakan Putri yang bersihkeras ingin mencari pekerjaan di kota.
"Sudah atuh Mak jangan sedih terus, Putrikan bisa bela diri buat jaga jaga nanti di kota," ucap Putri memegang tangan Ibunya yang bernama Ibu Ela.
"Bagaimana Emak tidak sedih Putri, Emak harus jauh sama kamu, Emak pasti merasa cemas tiap hari selama kamu di kota," tegas Bu Ela dengan wajah cemasnya.
"Emak tenang saja, nanti Putri akan telpon Emak tiap hari, Putri akan selalu memberikan kabar sama Emak, jadi Emak jangan cemas Putrikan anak Emak yang kuat," rayu Putri dengan senyumnya.
"Hati hati ya Nak, jangan mudah percaya sama orang di kota, kalau ada apa apa dan jika sulit mendapat pekerjaan lebih baik cepat pulang ya Nak," pinta Bu Ela dengan sorot mata sedihnya.
"Iya Mak, ya sudah Putri berangkat sekarang, Putri mau nyamper dulu Anita ke rumahnya, jaga diri Emak dengan baik selama Putri di kota," pamit Putri lalu mencium tangan Bu Ela dan memeluknya.
"Iya Nak sayang, Emak akan selalu mendoakan di rumah, hati hati sayang berikan Emak kabar jika sudah sampai di kota," lirih Bu Ela akhirnya tidak kuat meneteskan air mata.
"Iya Mak nanti Putri akan langsung memberikan kabar, Putri pamit Mak assalamuallaikum!" pamit Putri lalu menggendong tasnya dan melangkah pergi lalu melambaikan tangannya
"Waalaikumsalam!" ucap Bu Ela menatap langkah Putri anak semata wayangnya yang hendak menuju rumah Anita terlebih dahulu.
Tepat pukul 09:12 pagi itu Putri dan Anitapun menggunakan jasa ojek, meluncur menuju sebuah terminal yang letaknya cukup jauh dari desa itu, sesampai di terminal setelah membayar jasa ojek Putri dan Anita langsung di sambut para calo membawanya ke bis umum jurusan kota yang sedang ngetem.
"Nit kamu di kasih bekal berapa sama orang tua kamu?" tanya Putri setelah duduk di dalam bis.
"Dua juta, kalau kamu?" tanya balik Anita.
"Kalau akumah tujuh ratus, ini juga dapat pinjam separuh," jawab Putri nyengir kuda.
"Iya gak apa apa atuh Put, kan namanya juga perjuangan, nanti kalau sudah dapat pekerjaan dan dapat gaji kan bisa langsung di bayar utangnya," balas Anita.
"Iya Nit mudah mudahan kita berdua ada rejekinya di kota," balas Putri."
"Aamiin, semangat Mput!" ucap Anita senyum."
"Semangat Nit!" ucap Putri ikut senyum.
Bis jurusan kotapun meluncur setelah penumpang sudah cukup penuh, Putri dan Anita setelah di pinta ongkos oleh konektur, keduanya memejamkan mata untuk tidur sejenak agar perjalanan menuju kota tidak terasa lama.
Di sebuah kota besar pemuda tampan yang bernama Kenan Rehar terlahir dari keluarga konglomerat kaya raya, sedang makan di sebuah restoran mewah bersama sahabatnya yang bernama Geri.
"Aduh kenyang sekali rasanya terima kasih kawan, mau kemana kita setelah makan?" tanya Geri sambil mengusap perutnya.
"Ketempat nongkrong saja, hari ini gua males mendengar ceramah Mama gua di rumah," jawab Kenan.
"Siap, sebagai sahabat baik, kemanapun siap mengantar pergi," balas Geri sambil berdiri.
Manager restoran yang bernama Pak Hendra melihat Kenan berdiri buru buru menghampiri.
"Apakah masih ada yang di butuhkan tuan muda?" tanya Pak Hendra dengan hormatnya.
"Tidak Pak Hendra, saya mau langsung ke tempat nongkrong saja, nanti jika Mama ada telpon bilang saja saya lagi menjenguk teman sakit," jawab Kenan.
"Baik tuan baik saya mengerti," balas Pak Hendra mengangguk.
Kenan dan Geri pergi meninggalkan restoran mewah lantai lima itu, Pak Hendra sebagai manager restoran itu, begitu senangnya jika Kenan sebagai anak konglomerat di kota itu, ada mampir makan di restoran itu sehingga bisa menambah bonus bagi Pak Hendra dari pemilik restoran itu.
Kenan dan Geri meluncur ke tempat tongkrongannya, di sebuah kafe milik sahabat Kenan yang bernama Herlia, bertempat di sisi jalan yang lumayan suka cukup ramai jika sudah menuju sore hari.
"Idih ada angin apa belum juga sore anak orang kaya sudah ada mampir ke sini," goda Herlia setiba Kenan dan Geri di kafe.
"Biasa Her tua muda kalau suntuk suka cepat ingin ngajak kesini," goda Geri langsung duduk.
"Gua minta air putih," pinta Kenan sambil duduk.
"Orang kaya ko mintanya air putih yang geratisan!" gerutu Herlia sambil pergi hendak mengambil air putih.
"Ken main musik yuk," ajak Geri menoleh ke alat musik di kafe itu.
"Males gua," tolak Kenan sambil melihat sekitaran.
Tidak lama Herlia datang sambil membawa dua gelas air putih lalu meletakannya di atas meja.
"Jadi bagaimana rencana kuliah lu? apa tetap akan terus menolak ke inginan Mama lu untuk kuliah sekarang?" tanya Herlia sambil duduk.
"Gak tahu Her, benar benar masih males gua rasanya," jawab Kenan.
"Terus wajah lu lesu di tekuk gak semangat gitu ada apa sih?" tanya kembali Herlia.
"Biasa Her apa lagi kalau bukan terus terusan selalu di ceramahin agar cepat kuliah," jawab Geri.
"Wajarlah, lagian itu buat kebaikan lu juga kedepannya, bagaimana kalau kuliahnya bareng gue saja tahun ini?" tanya Herlia menatap Kenan.
"Males gua belum siap belajar," tolak Kenan sambil mengambil air putih.
"Lu sendiri bagaimana Ger?" tanya Herlia ke Geri.
"Gua sih ingin bareng sama orang ini, tapi ya gitu bilangnya males terus, apa gua bareng lu aja ya kuliahnya tahun ini?" tanya balik Geri.
"Ya udah lu bareng gue aja tahun ini kalau anak orang kaya ini tidak mau bareng kuliah sama kita," jawab Herlia sambil menoleh ke Kenan.
Saat Kenan Geri dan Herlia ngobrol, terlihat dua wanita masuk ke kafe itu, lalu menghentikan langkahnya melihat ke arah Kenan, setelah merasa yakin itu adalah Kenan keduanyapun langsung menghampiri.
"Kak Kenan ya?" tanya salah satu wanita itu setelah menghampiri.
"Bukan salah orang!" jawab Kenan membuang muka.
"Kak Kenan kenalan dong," pinta salah satunya lagi langsung menyodorkan tangannya.
"Boleh boleh, perkenalkan saya Geri," potong Geri menyerobot hendak menjabat tangan wanita itu.
"Ihh siapa yang ingin kenalan sama kamu," tolak wanita itu menarik tangannya.
"Her gua pulang dulu!" ketus Kenan langsung pergi mersa terganggu tanpa memperdulikan kedua wanita itu.
Geri langsung berdiri pamit ke Herlia dan langsung mengejar Kenan keluar kafe, baru saja Kenan sampai di luar kafe datang dua mobil beriringan berhenti tepat di depan Kenan.
Dari mobil keluar delapan pengawal mengenakan jas hitam langsung mendekat Kenan, ketua salah satu pengawal menghadap Kenan.
"Maaf tuan muda, ada kabar kurang baik, Nyonya besar hari ini di bawa kerumah sakit," ucap ketua pengawal yang bernama Pak Johan.
"Apa? kenapa Mama bisa kerumah sakit?" tanya Kenan terperanjat kaget.
"Maaf lebih baik nanti tuan lihat saja sendiri," jawab Pak Johan.
"Arghh Mama ada ada saja ngapain lagi harus kerumah sakit!" ketus Kenan hendak ke mobil.
"Maaf tuan muda, tuan muda harus ikut dengan saya, mobil tuan muda biar nanti anak buah saya yang bawa," tegas Pak Johan.
Kenan tidak bicara lagi langsung masuk kemobil, Geri hanya diam melihat pengawal keluarga Kenan membawa Kenan dari kafe itu.
"Ckck enak sekali jadi anak orang kaya, di jaga oleh para pengawal, kemana mana naik turun mobil mewah, makan selalu yang enak udah gitu di kejar kejar cewek cantik lagi, ya ampun Ken hidup lu enak sekali!" gumam Geri menggelengkan kepalanya.
Herlia datang dari dalam menepuk pundak Geri.
"Barusan ada apa?" tanya Herlia yang buru buru keluar melihat Kenan di jemput pengawalnya.
"Kata pengawal Mamanya Kenan kerumah sakit," jawab Geri menoleh.
"Hah kerumah sakit, jadi itu si Kenan mau kerumah sakit?" tanya kembali Herlia terperanjat kaget.
"Sepertinya si iya, si Kenannya tidak bicara apa apa sama gua," jawab Geri.
"Mudah mudahan saja Mamanya Kenan tidak sampai kenapa napa," ucap Herlia menjadi was was.
"Aamiin, tapi nanti gua pulang gimana?" tanya Geri bingung.
"Bantuin gue dulu di dalam, nanti gue anterin pulang," jawab Herlia.
"Siap, eh tadi dua cewek yang mau minta kenalan sama Kenan masih adakan di dalam?" tanya Geri.
"Ada, paling nanti lu kena damprat omelannya," jawab Herlia.
"Kenapa gua harus kena omel?" tanya Geri tidak paham.
"Si Kenan sudah ketus jutek sama dua cewek itu, pasti lu nanti kena sasarannya," jawab Herlia.
"Waduh iya juga ya, tapi kenapa si Kenan gitu terus terusan ya sama cewek kalau di ajak kenalan?" tanya Geri bingung
"Yeh si Kenan itu selain ganteng keluarganya juga kaya raya, mana mungkin sembarangan mau kenalan sama cewek!" jawab Herlia lalu melangkah masuk ke dalam kafe.
"Iya juga sih, kalau dapat yang matre banyak mintanya, nanti bisa bisa hidup Kenan gak bahagia!" gumam Geri menggaruk kepalanya lalu melangkah ikut masuk ke dalam kafe.