Florist & Gabriel

Florist & Gabriel

Intan_sy22

0

Perbandingan, kata itu sangat menyebalkan bagi Ally. Bibi Allen terus mencibirnya sedari tadi. Dia membandingkan Ally dengan tetangganya yang berhasil menang lomba Sains. Tidak seperti Ally yang tidak sukses di usia matang. Ally hidup serba kekurangan di usia mudanya. Sebagian temannya telah menemukan jalan hidupnya namun berbeda dengan Ally. Hidupnya berhenti di tengah jalan seperti tidak ada kemajuan.


"Carilah pekerjaan yang layak dan hasilkan uang yang banyak!"


Ally hanya bisa mengiyakan, pasalnya pekerjaan menjaga toko bunga tidak memuaskan Bibi Allen. Wanita tua itu selalu menuntut lebih. Alibinya membalas budi untuk menghidupi Ally. Ally si gadis malang yang ditinggal orang tuanya semenjak dirinya masih kecil. Dulu hidupnya bergantung dengan Bibi Allen, adik dari ibunya.


"Bibi, aku berangkat. Terima kasih untuk roti isinya." Bibi Allen hanya berdehem seraya membereskan piring sisa roti isi itu.


Ally bergegas membenahi dirinya, lalu pamit untuk berangkat bekerja. Bibi Allen tetap pada pendiriannya, hanya berdehem. Mungkin dia lelah berbicara setelah bercerita tentang anak tetangga.


Ally menghela nafasnya sejenak, hari cerahnya telah diawali dengan ocehan Bibi Allen. Ally berjalan mengikuti setapak jalan yang penuh pejalan kaki. Pikirannya mencoba melupakan ocehan pedas bibinya. Joey, si penjual roti menyapanya di ujung sana. Ally memanggilnya dengan Paman Joey, dia seumuran Bibi Allen. Mereka sudah akrab sejak lama dan Ally sering mendapatkan roti gratis dari Paman Joey. 


"Hay sweety, mau roti isi coklat?" Tawar Joey saat Ally telah mendekat di tenda jualannya.


"Terima kasih Paman, tidak usah repot-repot. Paman akan gulung tikar bila roti ini selalu gratis untukku." 


Paman Joey terkekeh." Anggap saja roti ini hadiah ulang tahunmu. Paman tidak akan bangkrut hanya memberi roti secara gratis."


"Sekali lagi terima kasih Paman Joey. Kau seperti pahlawan super di pagi ini." Ally menerima roti itu, aroma coklatnya sangat khas. Ally tidak sabar ingin segera melahapnya.


Waktu begitu cepat, Ally telah sampai di tempat tujuannya. Rumah kecil bergaya klasik menjadi tempatnya mencari pecahan uang. Ayda si pemilik bangunan itu telah menyambutnya, dia sedang menyirami tanaman kaktus. Ally adalah karyawan kedua untuk toko bunganya, karyawan pertamanya di pegang Maxon, si casanova pujaan para gadis.


"Welcome to my florist, Allyson Lance." Ayda sedikit bermain air untuk menyambut kedatangan Ally, alhasil baju Ally sedikit basah oleh cipratan air.


"Kau seperti bocah umur lima tahun, Nyonya. Terimakasih untuk sambutan meriahnya."


Ally bergegas masuk ke dalam toko dan memulai pekerjaannya. Sepertinya biasa, Maxon selalu datang terlambat, dia selalu berasalan dengan suasana macett. Nyatanya, Maxon bangun kesiangan akibat bermain game online tengah malam. 


Sambil menunggu pelanggan dan Maxon. Ally mengisi bunga mawar ke dalam vas tua bercorak hitam. Ally sedikit tersenyum setelah menyelesaikan tatanan mawar itu. Mawar merah menjadi primadona di toko ini. Sebagian orang membelinya untuk hadiah atau sekedar hiasan acara romantis. Dalam angannya, Ally ingin sekali mendapatkan buket mawar dan sekotak coklat untuk hadiah ulang tahunnya. Namun itu semua hanya bualan belaka. Bibinya telah pikun tentang ulang tahun Ally.


Maxon si casanova telah tiba, dia sedikit bersiul di depan Ally. Lalu menyodorkan segelas kopi untuk diminum bersama. Saat Ally meminumnya, kopi itu terasa pahit. Mungkin si penjual lupa menabur gula dalam kopi itu atau Maxon sengaja mengerjainya.


"Kau berniat meracuniku, Maxon!" 


"Kau tahu rasanya? Itulah definisi hidup. Kehidupan itu pahit seperti kopi tanpa gula." Maxon berucap sambil terkekeh melihat kekesalan di wajah Ally.


"Kau berfilosofi di pagi hari. Lebih baik kau menjadi pengarang ketimbang menjaga toko bunga."


"Aku tidak minat. Kau tahu? Aku sedang tidak minum gula hari ini dan kau menjadi temanku."


"Diet gula?" tanya Ally. Maxon hanya mengangguk sebagai jawaban.


Ally tidak menghabiskan kopinya, ditaruh kopi itu dekat meja kasir. Mungkin dia akan membuangnya siang nanti. Ayda, si pemilik telah selesai dengan kegiatannya. Kini pemilik itu tengah menatap dua karyawannya. Sepertinya dia ingin mengutarakan sesuatu, terlihat dari keseriusan di wajahnya.


Wajah Maxon berubah menjadi tegang. Dia takut mendapatkan ultimatum dari Ayda karena sering terlambat. Sedangkan Ally, terlihat santai sambil menata kumpulan bunga lavender.


"Allyson, ada tugas untukmu!" Seketika Ally menghentikan pekerjaannya.


"Tugas?" Ally bertanya heran.


"Antarkan paket bunga mawar. Alamatnya ada di paket itu dan untuk Maxon bila terlambat lagi. Aku akan potong gajimu 80%!"


"Apakah harus aku, Ayda? Bagaimana kalau Maxon yang mengantar?" 


Pasalnya, Ally sedikit enggan untuk mengantar paket dan Ayda tidak mau uangnya dipakai untuk membayar kurir Alhasil dua orang karyawannya yang menjadi kurir dadakan.


"Maxon ada tugas memperbaiki genteng. Apa kau ingin berganti tugas dengan Maxon?" Ally melirik Maxon yang ada di sampingnya, dia menunggu jawaban dari si casanova.


"Terserah Nyonya. Saya hanya menurut, tapi gajiku harus dinaikkan dua kali." Itu jawaban dari Maxon. Ally terpaksa mengantar paket itu.


Ally membaca sekilas alamat yang tertera pada paketnya. Alamat tujuannya berada di kawasan perumahan elit, tempat tinggal para orang kelebihan harta. Ayda sedikit berpesan sebelum Ally berangkat. Bunga mawar itu tidak boleh layu dan rusak. Bila ada komplain dari customer Ally yang akan menanggung akibatnya. 


"Selamat menjalankan tugas anda, Tuan Ivanov. Selamat bersenang-senang di atas genteng."


"Semoga kau tidak tersesat di tengah jalan. Aku tidak ingin menerima aduan orang hilang."