Find Love Master

Find Love Master

Riezlie

0

" Hari ini indah. bukan karna bunganya, bukan karna langitnya, apalagi karena keduanya. bukan..bukan itu, tapi karna aku memilih untuk pura-pura tidak terluka " Arga Mahardika

****

“Hei, mau apa lu “ Arga membentak setengah kaget . tepat dilangkahnya yang ingin masuk kelas tiba-tiba muncul sosok tak dia kenali dari arah berlawanan. 


“ini bukan kelas lu kan, minggir. cabut dari sini” kali ini ia membentak lebih keras sebab sosok asing didepanya bergeming, menatap balik tajam. mata itu seperti ingin mencabik. merasa tertantang, Arga memperbesar bola mata, wajahnya membengis. ia sudah banyak bertengkar dengan banyak gadis resek, kalau saja yang dihadapanya laki-laki ia sudah beradu dada dari tadi.


"Kenapa? ngadu abang lu sana!" mendengar itu, sontak sepasang mata dihadapanya memerah . Arga seperti sedang mengasah mata pisau, kian tajam. ia bersiap untuk sebuah serangan mematikan, seperti cakaran minsalnya. diluar perkiraan, sorotan itu justru melemah


“ Ga, jangan galak galak sama anak baru” ujar Bastiatian yang tadinya sibuk belajar cepat beranjak dari tempat duduknya, sayangnya karena suasana kian memanas, kedua makhluk hidup yang saling berhadapan itu tak mendengar ucapannya. Ia harus bertindak cepat sebelum menjadi hal besar


 Dalam pikiran Bastian dia tak ingin gadis yang baru hitungan hari itu menangis dan menjadi problematika klasik dalam episode baru. pasti lagi dan lagi, ujung-ujungnya dialah yang harus pasang badan. menjadi ketua kelas dari sahabat sedari kecil yang tengil bukanlah hal mudah. 


“ Bisa santai aja gak ” cetus sosok yang dibentak arga akhirnya. setelah persekian detik adu mata tersadis sepanjang masa. kesal, ia lanjutkan langkah tidak peduli meski bahunya menubruk Arga karna celah yang sempit


 Arga sedikit terdorong sentak memegang bahunya yang tidak sakit, cuma tersenggol sedikit tapi bukan itu duduk persoalan utama. situasi kelanjutan yang tidak terduga itulah penyebab puluhan mata menjadi saksi ikut terhenyak, tak ada yang menyangka. salah satu keuntungan menjadi bagian anak kelas 11B adalah gorengan gratis dari fanbase Arga dikantin sekolah. tapi kalau berita eksklusif begini , mie goreng atau bakso gratis bisa lah


 Gadis itu keburu berlalu sebelum Bastian sempat menggapai tangangannya . Arga yang tidak terima diteriaki tepat digendang telinganya berniat melanjutkan perkara, untung kali ini gapaian Bastian mengenai sasaran. karena pergelangan tanganganya tertahan, Arga beralih tatap pada Bastian menunggu kejelasan atas hal yang tidak ia pahami barusan


“ namanya Airin. dia anak baru . baru banget masuk kemaren” jelas Bastian dengan menekan kata baru pada Arga yang kemarin tidak masuk sekolah dengan alasan klasik yang dapat dimengerti. isi surat izinnya sama di dua minggu sekali , entah berapa stok foto kopi yang dia punya. bebas saja selama dia adalah seorang Arga Mahardika.


“ oh” Arga mulai mencair , ada rasa bersalah dihatinya. bagaimanapun suasananya tadi ia sempat menangkap sendu dimata gadis itu. tapi dia adalah seorang Arga tidak ada tempat untuk memikirkan hal sekecil itu. lagi pula siapa juga dia.


 Disisi lain sebagai cowok, Bastian sebenarnya ingin membahas lebih jauh tentang gadis yang sempat menggetarkan jagat sekolah dihari Senin kemarin. namun jika dengan Arga? ayolah, dia benar benar benar bukan orang yang tepat membahas hal rersebut. Bastian memilih diam

Arga berjalan gontai kemejanya sambil menghela nafas panjang. hari ini pelajaran pertama adalah matematika .dia membuka buku dan membalikan kertas halaman soal , berharap ada keajaiban disana, sayangnya hanya coretan yang sudah terhapus disana. sekali lagi Arga menghela nafas panjang dia memang sangat payah dalam hal pelajaran, terlebih soal angka begini. padahal sudah berusaha keras untuk itu, hati kecilnya penuh makian pada dirinya sendiri.

 Sedikit tenang, Arga mendongak , mengarah pandangan pada Bastian yang rupanya sohibnya sudah memata-matai dari tadi . Bastian memang dewa penyelamat , dari jarak tiga bangku didepannya,cowok itu tersenyum setengah meledek padanya sembari beranjak dari kursinya


“ nih, buruan bentar lagi Bu Suidah nongol, jangan sampai puser lu dipelintir lagi “ Bastian menghampiri Arga menyodorkan buku yang memang disiapkannya dari tadi diatas meja, meski sudah rutinitas tetap saja berlagak geleng geleng tak percaya. Arga meresponnya dengan berkedip sok keren, begitulah caranya beterimakasih dengan rasa malu.


 Namun ujung matanya menangkap sebuah moment, fieling nya memang mantap.dari sisi pintu kelas. tepat dikejadian perkara tadi, anak baru bernama Airin itu menatapnya sambil berjalan masuk dengan wajah sinis, Arga meresponya dengan mengerutkan dahi. gadis itu mau apa lagi?


 Bastian yang sadar tengah berada di momen dejavu , menepuk pundak Arga “ udah jangan nambah musuh baru, hidup dimusuhi banyak cewek itu berat Ga. Lu belum kena aja “ Bastian terkekeh pelan sambil berjalan kembali 


 Bastian beneran heran dengan sahabat nya itu. sulit dipahami, tampangnya yang oke tak sejalan dengan fakta yang sebenarnya bahwa ia mudah dimusuhi cewek, liat saja tingkah kasarnya pada gadis manis barusan. lebih parahnya lagi surat cinta dan pede-kate dari setiap gadis yang mulanya optimis "otw" kehati Arga selalu berakhir buruk. yah, jika kebanyakan anak laki-laki bermimpi diuber banyak cewek, Arga justru sebaliknya. dia risih selevel benci menjadi pusat perhatian dikalangan lawan jenis, tak heran setiap niat "baik" gadis disekitarnya selalu berakhir sad ending dan crying , tak jarang pula menjadi fighting antara Abang si cewek vs Arga. ironis.


Arga yang tersadar dalam momen terdesak waktu kembali tak acuh, ia hanya ingin membereskan tugas sebelum guru matematika yaang lagi “ngefens-ngefensnya” itu datang.


Tak...tak...tak


Hentakan yang khas, degupan jantung kelas 11B berdebar lebih cepat seperti laga sebuah final, saking heningnya bisa terdengar luas sampai kegerbang sekolah jika saja tak diminimalisir senyuman seorang Bastian yang penuh harapan akan kehadiran sosok killer itu. jika ada yang meminta cowok itu nasi padang dan soal matematika, ia akan memilih soal matematika. percayalah ini bukan teori belaka, Arga pernah mencoba untuk tugas ekperimennya beberapa waktu lalu.


 Begitu sang guru muncul , sebuah nama "favorit" para guru menggema diruangan kelas “ Arga” panggil Bu Suidah lembut namun tajam, “ingat pesan Ibu kemarin yang disalahin jangan nomor tujuh ya, terserah nomor berapa saja keculi tujuh. Ibu bosen liat nya ” sindir sang guru yang masih berjarak dua meter dari menjanya. ia sudah hafal sekali kelakuan anak muridnya yang satu itu


 Yah begitulah, Arga mecontek Bastian sang ketua kelas tersebut sudah menjadi rahasia umum. namun selalu memilih jawaban untuk disalahkan selalu hanya di soal nomor tujuh, amat sangat menjengkelkan sang guru.


“ Wuuuuuuuuuu..wuuuu"


 Padahal Arga sudah menenggelamkan wajahnya namun sorak kelas masih riuh, ia yakin ini sepenuhnya bukan sorakan untuknya, lebih pada jiwa-jiwa yang terbelenggu terbebaskan karna tekanan amat berat. meski sudah berpikir baik sekali begitu muka Arga justru kian memerah dan tertunduk bersandar diatas meja lalu berpaling ke arah kiri dengan wajah terbenam diantara lipatan kedua tangannya,namun sipu malu Arga perlahan memudar. pemandangan diseberang sana beda sendiri.


 Sosok yang tadinya sempat bersikap ketus dan menatap tajam kepadanya sedang mengusap pipi dan menatap kelangit-langit seolah sedang berada didunianya sendiri, terlihat jelas itu bukanlah dunia yang baik-baik saja. apa dia menangis karena perkara tadi? apa sikap sinis tadi karena dia terlalu menahan sakit hati? batin Arga berbicara sendiri. rasa bersalah itu muncul lagi.


Sungguh,sebenarnya dia lebih senang jika mengabaikan saja. sudah tidak asing lagi jika ada yang menangis karena ulahnya. apalagi para gadis kelas sebalah, kiri , kanan dan banyak sisi lainnya. namun Arga menyadari kali ini benar benar kesalahan mutlak ada pada dirinya. terlebih gadis itu hanyalah murid baru yang tak mengerti apapun tentangnya, juga hati gadis tersebut begitu rapuh. 

 Dengan tulus Arga bertekat untuk minta maaf . namun ia berharap gadis itu cepat melupakan sikapnya tadi. karena biasanya ia lebih sering tak sempat dan tak ingat, untuk beberapa hal hati dan ingatannya memang cepat sekali menjadi putih.

 Arga menepis pikirannya tentang rasa bersalahnya,  saat ini ia butuh fokus lebih untuk memahami pelajaran bukan yang lain.