Falling In Love

Falling In Love

deen

0

Canggung, canggung dan canggung. Itulah yang aku rasakan di hari pertama ospek sebagai siswi SMA. Ada empat hari masa orientasi siswa siswi baru, dan di hari pertama ini aku sudah ditempatkan di kelas permanen yang infonya dibagikan minggu lalu. Jadi untuk tiga tahun ke depan aku akan berada di kelas ini. Untungnya aku satu kelas dengan Alicia, sahabatku sejak kecil. Betapa bahagianya aku waktu nama Alicia tertera. Tapi satu hal yang membuatnya berbeda dariku, ia sangat mudah bergaul. 


Dalam waktu singkat Alicia sudah bisa melakukan percakapan dengan hampir separuh dari orang yang ada di kelas. Sementara aku hanya bisa diam di tempat duduk sambil mengamati orang-orang. Maklum, aku memang sangat pemalu di awal.


"Hai, boleh pinjam penghapus? Punya tidak?" tanya seorang cowok, tiba-tiba menghampiriku. Membuat kaget saja. Dia tersenyum malu-malu.


Baiklah, ini kesempatanku untuk mulai bergaul. Aku berusaha bersikap seramah mungkin, tersenyum meski masih canggung, 


"Oh sebentar" aku merogoh tempat pensil serba ada dan mengeluarkan sebuah penghapus warna hitam.


Sebelum berbalik pergi, cowok itu bicara lagi, "Namaku Addo"


"Aku Diana" balasku, lagi-lagi dengan senyum canggung.


Lalu datanglah cowok ini ke kelas. Awalnya aku tidak bisa melihat wajahnya karena Addo menghalangi pandanganku. Tapi satu hal yang pasti, ketika dia datang, aku bisa mencium wangi parfum yang sudah jelas datang dari cowok itu. Bisa dibilang kepekaanku terhadap bau-bauan memang sangat kuat. Aku heran parfum jenis apa yang dia pakai sampai-sampai baunya langsung menyebar begini. Parahnya, aku suka.


Dan dia datang. "Heh, sedang apa?" tanyanya pada Addo, lalu mengalihkan pandangan padaku. 


Benar, dia sekarang menatapku.


Rupanya ia teman sebangku Addo. Aku kagum karena mereka akrab dengan sangat cepat. Tapi bukan itu masalahnya. Cowok ini, there's something about him, oh yeah he has something, a huge charms. 


Aku sepertinya langsung terpesona ketika dia datang dan menunjukan wajahnya. Matanya indah, bibirnya indah, hidungnya indah, suaranya saat bicara barusan juga terdengar indah. Aku mulai bertanya-tanya, pangeran dari negeri dongeng manakah dia ini. Selama beberapa detik aku terus saja memandangi wajahnya tanpa berkedip.


"Oh kalian sudah kenalan? Kalau begitu, aku Adrian"


Jadi ini Adrian yang total nilainya paling tinggi di kelas ini. Sudah pintar, tampan pula. Benar-benar calon idola sekolah.


Aku tidak melakukan apa-apa selain hanya menatap tangan Adrian yang terulur padaku. Dan sensasi itu-pun datang. Panas dingin di sekujur tubuh, keringat tiba-tiba keluar dari semua pori-pori kulitku padahal pagi ini cuacanya agak mendung jadi sudah pasti udaranya dingin. Jantungku, berdetak sangat-sangat cepat, mungkin sebentar lagi akan copot dari tempatnya. Sambil sedikit gemetaran, aku berniat mengulurkan tanganku untuk berjabat tangan dengannya. Hal itu akan terjadi kalau saja seseorang tidak berteriak dan meminta semua orang ke lapangan. Ah, mengganggu saja, pikirku.


"Padahal aku baru masuk" protes Adrian. 


Padahal sebentar lagi aku bisa memegang tangannya, sahutku dalam hati. 


"Baiklah, nona 'aku belum tahu namamu' sepertinya perkenalan kita harus ditunda dulu" kemudian ia pergi sambil menyeret Addo bersamanya.


Tapi percaya atau tidak, saat pergi bersama Addo, Adrian sempat menoleh sambil tersenyum kecil padaku sambil mengangkat alisnya. Aku merasa lemas. Lalu Alicia datang, mengajakku berjalan bersamanya menuju lapangan setelah daritadi asyik mengobrol dengan beberapa teman barunya, yang juga tidak lama lagi akan jadi teman baruku.


Adrian berjalan tidak jauh dari kami. Walaupun hanya bisa melihat punggungnya, aku tidak bisa bohong kalau aku sangat senang. Dengan alasan supaya kebagian tempat yang strategis, aku menyeret Alicia untuk berjalan lebih cepat. Padahal sebenarnya aku ingin berjalan di dekat Adrian. Kami tepat dibelakangnya. Wangi. Adrian benar-benar wangi. Apalagi sedekat ini.


Semuanya duduk di lapangan. Aku dan Alicia memang tidak duduk di depan tapi sudah sangat cukup bagiku untuk bisa memandangi Adrian. Dia sedang mengobrol bersama teman-teman barunya, entah apa yang mereka bicarakan tapi itu membuat Adrian tersenyum lebar. Melihatnya tersenyum begitu, aku jadi ikutan senyum.


"Apa sih kok senyum-senyum sendiri?" tanya Alicia.


Baiklah, ini jawabannya.


Aku, jatuh cinta.