Tahun ajaran baru, semua baik calon pelajar maupun calon mahasiswa berbondong-bondong menjadi sosok yang baik disekolah ataupun dikampus barunya, salah satunya Kim Ayra yang tengah berlari menuju ke kampus barunya, ia sudah telat lima menit. Ia tidak ingin mengulangi kejadian 3tahun yang lalu, dimana dia juga terlambat di hari pertama masuk SMAnya dulu. Mengingat kejadian yang lalu, sebenarnya Ayra tidak pernah menyesali akan hal itu, karena berkat dia terlambat dia bertemu dengan sosok pengisi hatinya hingga saat ini. Entah sekarang apa akan terulang kembali kisah itu? Tapi Ayra rasa itu hal yang sangat mustahil. Mengingat saat ini semua telah berbeda.
Ayra berharap pintu gerbangnya belum sepenuhnya tertutup. Ayra sudah membayangkan sebelumnya bagimana mengerikannya kalau sampai berurusan dengan panitia MOMB yang biasanya akan memasang image sok galaknya dengan mahasiswa baru. Senyumnya mengembang beberapa meter lagi ia akan sampai dan pintu gerbangnya belum tertutup sempurna.
Ayra segera mempercepat langkahnya. Baru beberapa hitungan jejak kaki, melewati pintu gerbang, Ayra berhenti saat ada seseorang memanggilnya. Sambil menelan air ludahnya, Ayra pun membalikan badannya ke arah sumber suara. Entah datang dari mana, di dekat gerbang sudah ada salah satu panitia MOMB yang melingkarkan kedua tangannya didepan dadanya. Padahal tadi Ayra sudah memastikan sendiri, disana tidak ada siapa-siapa. Mata tajamnya menatap penuh selidik kearah Ayra, dia melihat Ayra dari atas sampai bawah. Membuat Ayra merasa merinding, ditatap seperti itu.
"Kamu tau kesalahanmu apa?" tanyanya
"Ma-maaf kak saya terlambat," jawab Ayra tanpa menoleh ke arah panitia satu ini. Asli Ayra sangat merinding, meskipun hanya menatap matanya aja.
"Terus apa lagi kesalahan kamu, selain terlambat?" tanyanya membuat Ayra bingung, dia berusaha berfikir apa yang dia perbuat. Apa ada yang salah dengan penampilannya, perasaannya sudah berpenampilan sesuai prosedur yang ditetapkan.
"Kali saya memaafkan keterlambatan kamu, tapi tidak dengan sepatu itu," lantas Ayra menoleh kearah sepatunya yang ternyata dia pakai warna putih. "harusnya pakai sepatu warna hitam, pakai sepatu bebas hanya diperbolehkan hanya hari rabu, saat ada acara bebas atau kegiatan olahraga, itu peraturan disini. Sudah tau kan kampus ini beda dengan kampus yang lain. Jadi saya tidak mentoleransi sepatu itu," lanjutnya tanpa mengalihkan tatapannya ke Ayra.
"Sekarang copot sepatunya!"
"Hah dicopot sekarang, kak?" beo Ayra kaget
"Iyalah, kan sudah saya sudah bilang, saya tidak bisa mentoleransi sepatunya!"ucapnya tegas
"Baik Kak!" jawab Ayra dengan setengah hati melepas sepatunya. Kali ini dia harus bertelanjang kaki.
"Nanti selesai acara temui saya dia ruang sekre BEM mengerti. Sekarang segera masuk ke barisan di aula sesuai prodi yang kamu ambil" Ayra mengangguk segera beranjak pergi, tapi mata Ayra melihat ada dua sosok murid laki-laki yang sedang berjalan mengendap-ngendap dibelakang panitia yang sudah dicap galak oleh Ayra.
"Untuk yang terlambat, segera push up 50 kali!" ucapnya seperti memiliki insting yang tajam, tanpa menoleh kebelakang dia sudah tau kalau ada yang terlambat. Membuat Ayra diam terbelalak. "Bagaimana bisa tau? wah bahaya banget ini kakak galak" batin Ayra
"Kenapa masih disini, sana segera masuk ke aula, apa mau ikut push up juga?"
"Eh iya, kak" Ayra segera berlalu menuju ruang aula yang dimaksud.
Saat sampai di Aula semuanya sangat diluar dugaan Ayra selama ini. Sudah ada banyak sekali calon mahasiswa yang sedang berkelompok sesuai prodi yang diambil. Ayra mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan mencari prodinya. Tiba-tiba ada seseorang yang ada disampingnya, menatapnya heran.
"Kamu mahasiswa baru?" tanyanya membuat Ayra terlonjat kaget
"Eh i-ya kak," jawab Ayra gugup
"Terus kenapa masih ada disini, sana kumpul sama kelompok prodinya. Pembahasan materi pengenalan akan dibuka sebentar lagi," ucapnya sambil melihat kearah bawah "dan bentar kemana sepatu kamu, kenapa gak pake sepatu?" tanyanya penuh selidik, meski tidak seseram kakak panitia yang tadi. Wajah kakak yang satu masih agak bersahabat sedikit.
"Anu Kak, dirampas sama kakak panitia di gerbang tadi,"
"Masih hari pertama udah dirampas aja, gimana nanti kalau udah masuk kuliah? Lain kali taati peraturan disini. Ya udah sana pergi ke kelompok prodi kamu," setelah itu dia berlalu menghampiri 2 dua anak yang terlambat tadi.
Saat sampai di kelompok prodinya di sebelah pojok aula. Semua menatap Ayra dengan pandangan heran. Inilah yang akan menjadi teman beberapa semester kedepan. Mereka menyambut Ayra dengan dingin dan acuh saja. Mungkn baru pertama kali bertemu, mereka seperti itu.
"Hay pasti Ayra ya?" tiba-tiba cewek berambut pendek ini menghampirinya dan langsung merangkul lengannya. Membuat Ayra hanya terdiam menatapnya. Padahal dia belum memperkenalkan diri tapi dia sudah mengentahui namanya.
"Oh iya kenalin aku Laras," ucapnya girang
"Kim Ayra,"
"Senang bertemu denganmu, Ayra"
"Iya senang bertemu denganmu juga, Laras."
Laras terlihat sangat bersemangat sekali, bisa berkenalan dengan Ayra, begitupun dengan Ayra yang merasa bersyukur di hari pertama dia berkenalan dengan seorang teman. Laras sendiri ternyata anak sekolah tetangga sekolah SMA Ayra dulu. Baru beberapa menit lalu mereka saling berkenalan, tapi keduanya sudah akrab seperti teman lama. Sosok Laras yang sangat mudah bergaul dan mudah mencairkan suasana sangat berbanding terbalik dengan Ayra yang masih butuh waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar yang baru saja ia temui atau kunjungi.
Selanjutnya ada suara lengkingan mic yang membuat semua calon mahasiswa mengalihkan perhatiannya kearah panggung. Termasuk dengan Laras yang seketika menghentikan ceritanya, dan terfokus kearah sumber suara. Disana sudah ada kakak panitia yang tersenyum ramah ke arah semua calon mahasiswa baru. Senyumannya membuat semua orang ikut tersenyum hangat kearahnya. Sungguh berbanding terbalik dengan kakak panitia yang Ayra temui tadi di gerbang.
Laras berbisik-bisik ke Ayra, memberitahukan kalau kakak yang sedang ada di atas panggung adalah David, ketua BEM. Tahun ini adalah akhir masa jabatannya jadi ketua, Laras menceritakan secara detail tentang ketua BEM. Sedangkan Ayra menanggapinya dengan anggukan kepalanya, baru beberapa menit mengenal Laras, Ayra sudah dapat menyimpulkan bagaimana kepribadian Laras sebenarnya.
"Baiklah itu yang dapat saya sampaikan, sebagai ketua BEM di kampus Utama, saya berharap kalian sebagai penerus kami dapat menjaga nama baik kampus kita ini." ucap si ketua BEM yang disambut meriah oleh semuanya.
"Sebelum saya mengakhiri dan dilanjut dengan acara yang sudah disiapkan oleh semua panitia disini. Saya akan membacakan siapa saja kapten kelompok setiap prodi. Jadi kalian calon mahasiswa baru ada hal yang ingin kalian tanyakan apapun seputar kampus kita ini, kalian dapat menyampaikannya ke kapten prodi kalian. Kapten prodi juga akan membimbing dan membantu kalian selama kegiatan MOMB ini berlangsung," ucapnya
"Oke langsung saja untuk Kapten Prodi Teknik Mesin adalah Satria Justin" kelompok Teknik mesin yang berada diseberang dari kelompok prodi Ayra bersorak girang. Ayra yang melihat siapa sosok kapten itu hanya mengerutkan keningnya, Oh jadi kakak tingkat itu namanya Justin yang tadi memergokinya saat akan masuk kedalam Aula.
"Untuk kapten prodi Teknik Sipil ada Aditya Risky," Tim Prodi teknik Sipil itu pun tak kalah meriahnya bersorak menyambut kapten mereka. Yang Ayra lihat dari semua panitia hari ini sosok kapten dari teknik sipil itu terlihat paling kalem dan humble.
"Untuk Kapten Prodi Hubungan Internasional, adalah Brian Bagaskara," kali ini semua menyambut lebih heboh lagi terutama para mahasiswinya. Mahasiswi di prodi HI terlonjat girang, sedangkan mahasiswi di prodi lain hanya tersenyum kecut, mengisyaratkan tanda iri ke Tim Prodi HI karena bisa mendapatkan kapten ganteng, cerdas seperti Brian. Termasuk Laras yang berdecak kesal, ia mencoret sesuatu di kertas catatan yang ada ditangannya.
"Huhu oke harap tenang untuk Tim Prodi Bisnis Management. Persediaan stok panitia MOMB ini masih banyak. Gak usah khawatir, biarkan si silver jackpot di ambil sama Tim Prodi HI. Siapa tau kita yang dapat Kapten Gold Jackpotnya," ucap Laras menyerukan semangatnya ke timnya, terutama ke cewek-cewek. Sedangkan Ayra cuma bisa terdiam tidak mengerti apa yang dimaksudkan oleh Laras. Silver Jackpot, Gold Jackpot apaan itu?
"Selanjutnya untuk kapten Tim Prodi Bisnis Management adalah..."
Laras dan yang lain berteriak heboh penuh harap siapakan kapten di timnya kali ini. Tangan Ayra di genggamnya erat. Membuat Ayra yang awalnya bodo amat jadi ikut penasaran juga, kira-kira siapa yang akan menjadi kapten di prodinya kali ini.
"….Yudha Prakasa" lanjutnya
Deg!
Yudha Prakasa? Semua berteriak senang, hanya Ayra yang diam membeku tanpa sedikit pun menghalihkan pandanganya ke arah kapten prodinya, Yudha Prakasa.
Sosok yang tengah berjalan dengan pandangan lurusnya dan tanpa ada senyum sedikitpun yang terukir dari wajahnya. Entah apa yang membuat semua cewek didalam gedung ini justru lebih histeris saat melihat kedatangan Yudha Prakasa ini, kecuali Ayra yang masih diam terpaku tak bergerak sedikitpun. Tangannya meremas kuat erat tali tas punggungnya.
Saat sampai di hadapan Ayra, pandangan keduanya tak sengaja saling bertemu. Mata Ayra berkaca-kaca saat bertemu dengan mata sendu milik Yudha tersebut, ia ingin mengungkapkan sesuatu tapi kata itu terasa tertahan di tenggorokan. Hanya beberapa detik saja, Yudha langsung mengalihkan pandangannya menatap ke arah lain. Sedangkan Ayra langsung menundukan kepalanya.
"Benar ini Prodi Bisnis Administrasi?" tanya Yudha
"Iya benar sekali Kak," sahut yang lain
"Baik kenalkan saya Yudha Prakasa, dari Fakultas kedokteran semester 3. Saya disini akan menjadi kapten kalian selama masa MOMB kali ini. Jadi jika kalian butuh sesuatu atau tanya sesuatu tentang kampus ini bisa kalian tanyakan ke saya," ucap Yudha seraya menatap anggotanya tak terkecuali Ayra yang masih tidak melihat lagi kearahnya.
"kalian sudah mendengar sendiri tadi apa yang dikatakan ketua BEM, kalau saya selaku sebagai kapten yang akan menilai kalian selama masa MOMB apakah kalian benar-benar layak atau tidak untuk terus berada di kampus ini. Untuk saya sendiri saya tidak akan memberikan kriteria khusus untuk mendapatkan nilai terbaik, asalkan kalian mematuhi aturan kampus dan aturan yang sudah ditetapkan oleh panitia selama masa MOBM, nilai kalian akan baik. Dan saya juga tidak akan mengtoleransi siapapun dia, yang melanggar aturan," ucapnya kalem, namun setiap katanya memancarkan ketegasan. Semua mendengarkan dengan khimad tanpa sedikitpun ada yang berani menyela.
Seusai acara hari pertama MOMB, Ayra segera menuju ke arah ruangan BEM. Beruntung sekali Ayra, tadi Laras meminjamkan sepatu sandal yang ia bawa, jadi Ayra tidak benar-benar bertelanjang kaki berjalan didalam kampus ini. Meskipun mendapat tatapan aneh dari mahasiswa lain, Ayra mencoba menghiraukannya.
Saat sampai lorong ruang BEM, Ayra bisa melihat para panitia maupun kapten prodi sedang berkumpul duduk ngombrol santai persis di depan ruang BEM. Ayra memberanikan diri untuk tetap berjalan kearah sana, setelah memastikan diantara mereka tidak ada sosok kaptennya tersebut.
"Hei mau nyari siapa disini?" tanya salah satu kakak tingkat dengan penampilan sederhana, tapi tetap terlihat sekali aura cantiknya. Tidak hanya dia saja kakak tingkat di sampingnya juga engga kalah cantik. Di jas almamaternya terpampang jelas namanya "Riang Cantika". Benar apa kata Laras tadi, disini tempatnya orang-orang dengan visual yang melebihi rata-rata. Dan bisa di pastikan kakak tingkat ini bukan salah satu panitia acara MOBM ini.
"Anu Kak saya mau ambil sepatu saya kena sita tadi pagi," jawab Ayra yang sedikit gugup karena kakak tingkat yang sedang ngumpul ini menatap ke arahnya semua. Termasuk Brian yang menjadi salah satu diantara mereka.
"Wahh baru pertama kali masuk udah kesita aja," sahut salah satu kakak tingkat laki-laki yang tubuhnya kurus.
"Halah kaya gak pernah aja, masih mending ini cuma sepatunya aja yang kesita dari pada Lo dulu, udahlah biarin dia masuk,"
"Saya permisi, Kak" pamit Ayra sekali lagi menatap ke arah Brian yang masih lekat menatapnya.
"Oh iya masuk aja sana, didalem ada Karendra tuh di mejanya," jawab Riang Cantika "he kaki Lo pada minggir nganggu jalan aja," ucap Riang sedikit galak. Setelah Ayra masuk ke dalam, kali ini semua perhatian ke arah Brian.
"Kenapa kalian pada ngelihatin gue kaya gitu hah?" tanya Brian heran melihat semuanya
"Lo kenal sama cewek barusan?"
"Hah?"
"Gak usah bohong deh, gue yakin nih dari tatapan Lo tadi, ketara banget kalian kaya saling kenal,"
"Sekedar tahu aja, dulu pernah satu Olimpiade sama dia dan temennya," ucap Brian.
Ayra masuk ke ruangan BEM, ia melihat salah satu meja disana ada sosok yang dicarinya bersama dengan orang yang paling ia tidak terduga lagi, iya Karendra dan Yudha. Sebenarnya Karendra dulu merupakan kakak kelas sekaligus menjadi ketua osis di SMA Ayra. Sejak dulu Karendra memang sudah dikenal dengan sifat disiplin dan sangat tegas terhadap aturan. Ia tidak akan segan-segan menghukum dan mentoleransi siapapun yang melanggar aturan.
Setelah dirasa urusannya dengan Karendra selesai, Yudha segera keluar ruangan tersebut. Tapi betapa terkejutnya saat berbalik ia melihat Ayra yang berdiri di depan pintu.
"Kalau begitu saya pamit dulu, permisi" ucap Yudha sambil berjalan
Kembali mereka saling bertemu muka, dan dengan cepat mereka mengalihkan pandangan mereka, Yudha segera berlalu dari hadapan Ayra tanpa ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya. Karendra hanya menghela nafas menyaksikan kecanggungan diantara mereka berdua. Karendra tersenyum melihat kedatangan Ayra.
"Selamat siang, Kim Ayra. Bagaimana kabarmu, duduklah!" ucap Karendra ceria, berbeda sekali saat pagi tadi menjaga gerbang depan kali ini dirinya sangat bersahabat. Ayra mendekat dan langsung duduk di depan Karendra. Untuk yang belum pernah mengenalnya pasti mengira kalau Karendra ini pasti punya kepribadian ganda.
"Seperti yang kakak lihat, saya sangat baik" jawab Ayra yang sudah terbiasa dengan sikap dari kakak senior yang ada di depannya ini.
"Engga saya sangka kita berjumpa kembali di tempat yang sama ya Ayra, semoga tidak bosan melihat saya lagi,"
"Iya, saya juga tidak menyangka bisa bertemu kembali dengan kakak, dan kembali tertangkap basah dan terkena hukuman lagi oleh kakak. Sama seperti saat saya pertama kali masuk SMA dulu," ucap Ayra membuat Karendra tertawa.
"Baguslah, ternyata kamu masih mengingatnya,”
“Meskipun sudah terbiasa, saya masih saja takut kalau melihat kakak dalam mode galak seperti tadi,”
“Hahaha kirain udah kebal sama sifat saya yang satu itu, makanya kamu berani melanggar aturan lagi. Kejadian tadi mengingatkan saya. Bagaimana bisa orang yang sama, kembali melakukan hal yang sama saat tiga tahun yang lalu. Itulah alasan saya mentoleransi keterlambatanmu tadi,"
Ayra tersenyum penuh arti mendengar penuturan dari Sungyoon tentang kejadian masa lampau itu. "Tapi kejadian dulu dengan sekarang sedikit berbeda, Kak"
"Saya tau itu. Kalau begitu lupakan saja kejadian yang lalu, aku akan membahasnya lagi saat kita punya waktu luang. Kali ini kembali ke masa sekarang, jadi hukuman apa yang ingin kamu terima?" tanya Karendra langsung menyederkan punggungnya di kursi
"Kalau aku bilang kakak lepaskan saja aku, jangan beri hukuman, aku jamin kakak tidak akan mengabulkannya kan? Jadi kenapa kakak tanya ke aku tentang hukuman apa yang ingin saya terima?"
"Kamu benar Ayra, saya tidak akan memberikan hukuman cuma-cuma untuk para pelanggar hukuman. Tapi kali ini saya merasa bosan, menghukum orang yang sama dengan kesalahan yang sama pula, gak mungkin saya berikan hukuman yang sama seperti yang dulu, kalau hukuman itu saja engga mempan buat kamu," Sungyoon terdiam sejenak memikirkan kira-kira hukuman apa yang cocok untuk Ayra kali ini.
"Ah iya bagaimana kalau kamu tidak akan saya beri hukuman apapun, tapi saya akan masukan ke dalam catatan hitam, atau kamu bikin saja surat pernyataan dengan tanda tangan kapten setiap prodi. Mudah sekali kan hukumannya. Jadi pilih yang mana?" Lanjut Karendra
"Kakak masih kejam seperti dulu, baiklah saya akan ambil opsi yang kedua,"
"Baiklah, siapa kapten prodi kamu?"
"Yudha Prakasa,"
"Sangat kebetulan sekali. Saya rasa ini hukuman yang cocok buat kamu Ayra. Selamat menjalankan hukuman yang sangat mudah sekali bukan, dan mungkin ini hukuman termudah yang pernah saya berikan selama saya menjadi bagian kedisiplinan sejak SMA dulu. Saya tunggu surat pernyataan kamu hingga hari terakhir MOMB pukul 09.00 disini. Kalau melebihi waktu yang telah disepakati terpaksa saya akan mencatat nama kamu di dalam catatan hitam saya,"
"Baik Kak, saya terima hukumannya"
"Bagus," Karendra berjalan ke arah rak sepatu yang ada di bagian belakang ruangan ini, mengambil sepatu milik Ayra dan menyerahkan sepatu itu ke Ayra, "selamat menjalankan tugas Kim Ayra,"