Ending Scene

Ending Scene

Oktafiana

4

 

BAB 1

BLUE MOON

Bulan biru muncul satu kali dalam 100 tahun. Manusia yang bisa melihat bulan biru akan diberi kesempatan untuk mengkhianati takdir mereka.

“Hei Kang Mi Na! Jangan bilang padaku kau percaya dengan dongeng bodoh semacam itu. Sejak kapan Mi Na yang kukenal tidak  bisa menggunakan akal sehatnya? Kau tidak lihat buku yang kau baca itu buku dongeng? Siapa saja bisa membuatnya.”

Sudah kuduga, Min Hyun pasti menganggapku gila karena aku mempercayai sesuatu dari buku dongeng. Mungkin hidupku yang kacau ini sedikit merusak akal sehatku tapi entah mengapa aku merasa kisah yang diceritakan dalam buku ini bukan sekedar imajinasi seorang penulis.

“Berhenti mengoceh dan temani aku untuk mencari siapa penulis buku ini. Bukunya baru diterbitkan bulan lalu jadi kemungkinan penulisnya masih hidup. Kemarin aku meminta daftar buku baru yang masuk di perpustakaan bulan lalu tapi tidak ada buku ini dalam daftar, aku juga sudah mencari buku ini di internet tapi hasilnya nihil, tidak ada data apapun yang bisa kutemukan.”

Min Hyun tersenyum canggung “Maaf tapi aku sungguh tidak ingin ikut campur dengan urusanmu, apalagi mencari tahu tentang hal aneh semacam itu. Hubungi aku saat akal sehatmu sudah kembali.”

Bahkan teman satu satunya yang kumiliki didunia ini tidak berpihak padaku kali ini. Tidak ada pilihan lain, aku harus mencarinya sendiri. Jika aku benar-benar punya kesempatan untuk menghkianati takdirku maka apapun akan kulakukan.

Aku sudah membandingkan kemalangan hidupku dengan beberapa orang tapi tetap saja hasilnya sama. Hidupku adalah yang terburuk, mungkin jika orang lain yang harus menjalani hidup sepertiku mereka akan memilih untuk mati.

            Tapi bagiku mati  bukan pilihan yang bagus. Jika aku mati maka aku mengakui kekalahanku. Entah Dewa atau malaikat, siapapun yang menulis takdirku ini. Aku akan menunjukkan bahwa aku tidak akan kalah. Seburuk apapun hidupku, aku hanya akan mati saat Malaikat maut datang menjemputku.

            “Kang Mi Na!”

                        Penyihir itu selalu saja datang disaat yang tidak tepat. Ia bahkan tidak memberi waku bagiku untuk menyelesaikan lamunanku.

            “Tinggalkan saja bukumu disini, akan kukerjakan semuanya nanti malam. Kupastikan bukumu sudah ada diloker besok pagi.”

            “Baiklah, jika peringkatku naik semester ini bayaranmu akan kutambah lagi. Kang Mi Na fighting.”

            Lagi-lagi dia melakukan itu ‘Kang Mi Na fighting!’ kalimatnya justru menurunkan semangatku tapi tetap saja aku tidak bisa berhenti menjadi budaknya. Bayaran yang ia berikan terlalu tinggi. Ya setidaknya dia tidak melarangku untuk mempertahankan peringat satu yang kumiliki.”

            “Mi Na-ya, kurasa aku menemukan apa yang kau cari. Penulis itu, dia benar-benar ada.” Min Hyun menepuk pundakku tiba-tiba.

            Rasa kesalku pada Ha Na menguap dalam sekejap, kemudian aku dengan cepat  mendekatkan posisi dudukku pada Min Hyun. “ Jadi siapa dia?”.

            “Banyak orang-orang membicarakan tentangnya, penulis itu memang tidak pernah menulis apapun tentang riwayat hidupnya di internet. Ada yang bilang dia adalah jelmaan dewa, siluman, peramal atau semacamnya. Disini tertulis, kalau kau memang ditakdirkan untuk bertemu dengannya maka kau akan melihat alamatnya dihalaman terakhir buku. Jadi bagaimana, apa kau bisa melihat sesuatu?

Aku membuka halaman terakhir, satu persatu huruf asing mulai bermunculan. Itu terlihat seperti bahasa latin atau semacamnya. Apa? Tunggu. kenapa aku bisa mengerti huruf ini? Ini pertama kalinya aku melihat huruf-huruf ini.

“Kenapa melamun? Jawab pertanyaanku!”

Aku mengangguk. “Aku benar-benar bisa melihat sesuatu disini. Ini bukan alamat penulisnya tapi aku tahu kapan bulan biru itu akan datang.”

*

            “Jika kau sudah bisa melihat bulan biru itu, apa takdir yang ingin kau ubah dalam hidupmu?”

            Pertanyaan Min Hyun sebelum masuk kelas tadi terus terngiang di kepalaku. Kurasa aku harus memikirkannya dengan baik. Menghidupkan kembali ayah dan ibu? Kedengarannya itu sangat mustahil. Bahkan jin botol milik Aladdin saja tidak bisa menghidupkan orang yang sudah mati. Meliihat masa depan kurasa juga bukan pilihan yang bagus.

            “Jangan terlalu dipikirkan, lagipula kau belum tahu pasti apa maksud dari buku itu. Apapun keputusan yang kau ambil aku harap, kau tidak  akan menyesal nantinya.”

            “Kau itu, datang tiba-tiba dan langsung mermberi petuah. Memangnya kau tahu apa bagaimana rasanya menjadi aku? Menasehati itu mudah tapi saat kita benar-benar dihadapkan pada pilihan yang sulit, kita bisa saja salah dalam mengambil keputusan.”

            Berdialog dengan Hwang Min Hyun. Aku tidak pernah menghitung berapa kali aku melakukannya dalam sehari. Meskipun tidak ada yang merisakku itu bukan berarti mereka mau berteman dengan anak sepertiku. Aku memang hampir tidak penah berbicara dengan orang lain-selain Min Hyun dan Ha Na-

            “ Bukan seperti itu maksudku, aku hanya tidak ingin melihatmu terluka.”

            “Aku sudah biasa terluka, jadi jika terluka sekali lagi tidak akan menjadi masalah bagiku. Hanya sedikit menyakitkan.” Ucapku sambil tersenyum.

            “Ah… harusnya aku tahu kalau mengkhawatirkanmu adalah hal yang sia-sia. Tapi ngomong-ngomong kapan bulan biru itu akan muncul?”

            “Malam ini, tepat tengah malam.”

            “Baiklah kalau begitu, sampai bertemu nanti malam. Jangan terkejut saat melihatku nanti.” Min Hyun mempercepat langkahnya berlalu melewatiku.

            Aku mengerutkan kening tak mengerti. Apa maksudnya sampai bertemu nanti malam? Tidak, mungkin dia datang kerumahku karena penasaran dengan bulan biru itu, kan? Atau maksudnya dia ingin melalukan panggilan video kepadaku? Kalau dipikir-pikir besok adalah hari ulang tahunku. Mungkin saja dia ingin memberi kejutan padaku.

            Aku sampai dirumah pukul tujuh, sekarang yang harus kulakukan adalah menyelesaikan pekerjaan rumah milik Ha Na terlebih dahulu, kemudian memasang alarm saat tengah malam.

            Aish! Kenapa banyak sekali yang belum dia kerjakan? Aku tidak yakin bisa menyelesaikannya dalam semalam. Mataku mulai terasa berat, kopi kemasan yang kuminum juga tidak berpengaruh apapun. Benar, tubuh kecilku ini butuh istirahat. Aku bangun pagi buta untuk mengantar susu dan mengikuti kelas malam, tapi ayolah Kang Mi Na, kau pasti bisa! Ini hanya tinggal beberapa soal saja.

*

            Rasanya seperti terbangun dari tidur yang cukup lama. Aku melakukan peregangan tubuh ringan dan mencoba memahami situasi. Tidak ada apapun disini, hanya ruangan putih yang kosong. Tiba-tiba sosok seseorang yang kukenal mendekat. “Hwang Min Hyun!” ucapku memekik. Kuusap mataku berulang kali, tapi sosoknya tetap tidak menghilang dari pandanganku.

            “Mi Min Hyun ah, apa yang kau lakukan disini? Tempat apa ini?” ucapanku mendadak terbata.”

            “Bukankah sudah kubilang  jangan terkejut saat melihatku nanti. Tidak apa-apa, aku tidak akan menyakitimu Kang Mi Na. Kita sekarang ada didalam mimpimu dan kau sudah berhasil melihat bulan biru itu, dan sekarang..”

            “Tunggu, aku benar- benar tidak mengerti apa yang sedang terjadi sekarang. Kapan aku melihat bulan buru itu dan siapa kau?”

            Min Hyun tersenyum, ia mengusap kepalaku pelan. Caranya memperlakukanku masih seperti Min Hyun yang kukenal.

            “Aku ditugaskan untuk menjagamu. Terserah kau menganggapku apa tapi yang jelas aku bukan iblis atau semacamnya. Bola matamu yang terkadang berubah menjadi biru, itu adalah energi bulan yang tersembunyi dalam dirimu. Kau adalah manusia yang berwatak baik, karena itulah hidupmu selalu diuji. Umurmu sekarang sudah 20 tahun. Energi bulan biru itu sudah bisa kau gunakan sekarang. Sama seperti bulan biru adalah bulan yang berhkianat pada bulan purnama kau juga akan diberi kesempatan untuk mengkhianati takdirmu selama 100 hari,

            Penjelasan Min Hyun terlalu rumit, aku hampir tidak mengerti apa maksudnya tapi kesimpulan yang bisa kuambil adalah, dia tahu tentang rahasia mata biru yang kumiliki. Alasan kenapa aku memiliki mata biru adalah energi bulan yang dia sebutkan tadi dan yang paling penting, aku diberi kesempatan untuk menulis apa yang akan terjadi pada hidupku selama seratus hari kedepan.

            Min Hyun menyodorkan  empat buku yang berbeda yang masing-masing bertuliskan “Past Note”, “Future Note”, “Death Note” dan “Cupid Note.”Yang artinya masa lalu, masa depan, kematian dan cinta.

            “Pilihlah salah satu. Jika kau memilih Past Note, kau akan kembali ke masa lalumu dan bisa merubah 100 hari dari masa lalumu ”

            “Jika aku memilih Future Note itu artinya aku akan diberi kesempatan untuk meliahat masa depanku dan merubah 100 hari yang ada di masa depan” Aku menimpali

            Min Hyun mengangguk membenarkan “Death Note, kau akan diberi kesempatan untuk membunuh 100 orang yang kau benci.

            Death Note adalah yang terburuk, membaca judulnya saja sudah membuatku ngeri. Aku menggelengkan kepala dengan segera. “Bagaimana dengan Cupid Note?”

            “Menurutku ini adalah yang terburuk. Kuharap kau tidak akan memilihmya, kau akan diberi kesempatan untuk menulis kisah cintamu sendiri, siapapun nama orang yang kau tulis akan menjadi kekasihmu tapi ini hanya berlaku 100 hari.”

            Aku mengerti kenapa Min Hyun menyebut ini yang terburuk. Jika aku memilih buku ini maka itu artinya aku memilih untuk bermimpi indah selama 100 hari. Setidaknya orang yang namanya ditulis dalam DeathNote tidak akan hidup lagi 100 hari kemudian. Jika aku merubah masa lalu atau masa depan bisa saja hidupku yang sekarang menjadi lebih bahagia.

            “Jika aku memilih Cupid Note maka apa yang akan terjadi setelah 100 hari itu berakhir?”

            “Kisah yang kau tulis akan hilang, semua akan kembali pada takdirnya semula dan kekasihmu akan melupakan kejadian 100 hari yang sudah kau tulis.”

            “Lalu apa yang akan terjadi denganku? Apa aku juga akan melupakan semuanya?

            “Tidak, kau akan menyimpan ingatan itu sebagai kenangan indah yang pernah terjadi dalam hidupmu. Bukankah kau sendiri yang bilang ingin punya kenangan yang indah.

            “Tapi jika ternyata takdirnya bukan bersamaku. Aku akan melihatnya bahagia bersama gadis lain. Itu artinya kenangan indah yang pernah kumiliki bersamanya akan berubah menjadi kenangan yang menyakitkan, bukan?”

            Min Hyun mengusap kepalaku lagi. “Karena itu aku menyebut Cupid Note sebagai yang terburuk. Kau hanya akan menyakiti dirimu sendiri.”

            “Jika aku menulis ‘Hari dimana ayah dan ibu meninggal, kita tidak jadi pergi piknik hari itu dan tetap dirumah,’ atau aku menulis pada hari berikutnya aku menulis ‘Kami mengalami kecelakaan parah saat itu, tapi operasi ayah dan ibu berhasil dan kita selamat.’Apa ayah dan ibuku bisa kembali lagi?”

            “Entahlah, tapi yang pasti kejadian yang kau tulis akan menjadi kenyataan.”

            Setelah medengar jawaban Min Hyun dan berpikir cukup lama tanganku akhirnya   meraih buku berwarna merah marun.

*