Aku bisa melihat mereka dan aku menghantarkan mereka tidak dengan cara yang gratis.
☠︎___☠︎
Sesuatu yang aneh selalu terjadi ketika aku ingin membantu mereka untuk menyebrang ke sisi yang lebih baik lagi. Ada banyak hal yang menghalangiku sampai-sampai seluruh energiku habis terkuras.
Hal itu bukan semata-mata gratis aku lakukan. Jika tidak ada bayarannya, tidak mungkin aku mau susah-susah mengeluarkan banyak energi untuk hal yang sebenarnya tak begitu penting.
Ting~
Mangkuk berbahan dasar aluminium itu berdenting saat kakiku mulai melangkah masuk kedalam sebuah rumah sederhana di tengah perkomplekan. Suasana yang cukup menakutkan, gemercik suara air di kolam ikan itu terdengar di telingaku.
“hantu air adalah yang terburuk dari segala jenis hantu!”
Blubuk-blubuk
“Bersabarlah demi 1 juta won mu.”
Aku menghela napas ketika Jun berkata demikian. Melalui earbudsku, aku dan Jun terus terhubung. Aku memilih untuk mengabaikannya dan kembali melanjutkan langkahku yang tertunda. Rumah ini terlihat biasa saja jika di lihat dengan mata telanjang. Tapi akan sangat berbeda di mataku.
Grrrrrrr grrrrrr
“Ini sudah jelas di atas level 1, antara level 2 atau bisa jadi level 3. Aishh, pantas dia menawari ku uang sebanyak itu. Ternyata rumahnya sangat parah.”
“Apa kau bisa melakukannya sendiri? Jika butuh bantuan, aku bisa kesana.”
Aku sudah berada dalam rumah, melalui kunci akses yang di perikan sang pemilik rumah aku bisa masuk begitu saja tanpa harus di curigai.
“Memangnya kau bisa apa? Kau hanya bisa merusuh saja.”
Tentu saja Jun tidak bisa membantu. Ia dan aku berbeda. Bisa-bisa ia terluka jika melawan yang levelnya sudah tinggi seperti ini. Apa lagi dia adalah orang yang gampang di pengaruhi, yang ada aku akan mendapat masalah.
“terserah kau!”
Di suasana mencekam seperti ini Jun masih bisa menghiburku. Mendengar suaranya yang kesal itu membuat ku merasa sedikit lebih tenang.
Aku berjongkok di lantai yang di tutupi oleh karpet besar berwarna abu-abu tua. Dupa yang sudah aku nyalakan aku taruh di tengah-tengah karpet tersebut. Ini adalah langkah pertama untuk memancing mereka untuk berkenalan.
“Mereka menyambut ku dengan tidak senang hati. Mereka membenci ku, sepertinya.”
Mataku tak lekang dan terus memandangi sekitar. Aura gelap menyelimuti seluruh ruangan, udara menjadi lebih panas, pengap, aku tidak bisa bernapas dengan lega.
Ku pejamkan mata dan mulai membacakan mantra. Tak lama, lantai bergetar hebat, oksigen semakin menipis, dadaku semakin terasa sesak. Mantra terus ku ucap dengan suara pelan, mataku semakin erat terpejam, sampai pada suatu titik tubuhku tak kuat menahan dorongan energi yang begitu kuat.
Braakk!
Kepalaku sakit, aku tersungkur di lantai setelah membentur lukisan yang ada di dinding, teletak pada dinding lorong rumah ini.
Saat kepalaku terangkat, mataku bisa melihat dengan jelas sesosok yang tengah melayang di udara. Perawakan seorang wanita, memakai pakaian putih lusuh, sekujur tubuhnya basah, ia memancarkan aura berwarna gelap. Sudah jelas kalau makhluk ini sudah lama dan memiliki dendam yang belum terbalaskan, dia juga memiliki berbagai bentuk layer di belakang tubuhnya. Bukan hanya satu, melainkan ada 2 lapisan, sudah jelas dia adalah mahluk level 2 yang cukup berbahaya.
Makhluk itu menatapku. Mata putihnya tampak sayu, ia memiringkan kepalanya dan mulai berucap dengan bibir keriputnya itu
“tolong Sera, aku akan mati jika seperti ini terus.”
Suara itu…
“Yoa,”
Suaranya sangat mirip dengan Yoa, sahabatku yang sudah pergi 5 tahun yang lalu karena sebuah kecelakaan. Tidak mungkin makhluk ini bisa tau tentang sahabatku, Yoa.
“Jangan terpengaruh, habisi saja dia.”
Sebuah pergejolakan batin terjadi di dalam diriku. Kepalaku tiba-tiba terasa sangat penuh. Aku lupa langkah apa yang harus aku lakukan selanjutnya.
Saat aku menutup mata kembali, sebuah gambaran masa lalu terlihat. Sebuah kejadian mengerikan, sebuah penyiksaan, pembantaian, kematian yang amat tragis. Leherku terasa tercekik, ini sungguh sakit, sampai aku sulit untuk bernapas.
“akkhh!!”
“kalau kau tidak sanggup, keluar saja! Kau bisa dalam. Bahaya.”
Jun meneriakiku, aku tidak memperdulikan Jun dan mencoba fokus ke makhluk yang ada di hadapan ku. Dia masih mencoba mempengaruhi pikiran dan alam bawah sadarku.
“Ahh, aku tau.”
Seketika mataku terbuka. Sebuah potongan gambar di kepalaku menuntun langkahku ke sebuah ruangan bawah tanah yang ada di rumah itu. Tempat yang kusam dan penuh debu. Tak heran, tempat ini sudah 5 tahun kosong.
Mahkluk itu mengejarku, oksigen yang bisa ku hirup semakin sedikit. Dadaku rasanya sesak sekali.
Lukisan.
Sebuah lukisan terdapat di ruang bawah tanah itu. Lukisan seorang wanita muda yang wajahnya terlihat blasteran, berambut pirang dan memiliki bola mata berwarna biru muda.
Kalau di pikir-pikir lagi, sosok dalam lukisan itu mirip dengan sosok mahkluk yang aku temui dan sekarang sedang mengejarku.
“Jun, tolong beri aku informasi tentang lukisan ini.”
Aku memfoto lukisan itu dengaan kamera ponselku lalu mengirimkannya pada Jun.
“ok sebentar.”
Aura pekat kembali hadir. Makhluk itu kembali muncul. Aku sungguh tak kuat, dia benar-benar ingin menguasai pikiranku dan merencanakan sesuatu dengan ragaku.
“lukisan itu adalah seorang wanita belanda di zaman perang Dunia ke 2. Dia seorang korban pembantaian di sebuah desa kecil di kota Wallachia. Lukisan itu di ciptakan oleh pelukis dengan nama pena Mr.Bruck. pernah di pamerkan di Galery Santa Arcella. Lalu di beli oleh seorang pengusaha kaya asal Korea, dia adalah pemilik rumah tempat kau berada saat ini.”
“Perjalananmu sangat jauh ternyata.”
“oh ya Jun, Tuan Choi tidak ada masalah kalau lukisan ini aku musnahkan? Karena ku pikir dari sinilah dia berasal.”
“tuan Choi sudah tidak peduli dengan rumah itu. Dia hanya ingin rumah itu cepat-cepat laku terjual. Jadi tidak ada masalah kalau kau ingin melakukan apapun.”
“Baiklah.”
Aku segera menurunkan lukisan itu. Tapi saat hendak membawanya keluar, sosok itu kembali muncul di hadapan ku, ia terus menatapku sampai hampir berhasil mempengaruhi ragaku. Tetapi, dia tidak akan bisa melakukannya.
Braak!
“Halangi dia selagi aku membakar lukisan ini.”
Aku belari menaiki tangga. Di bawah sana terdengar suara pertarungan yang sangat sengit. Sesekali aku merasakan efek kejut dari sengatan listrik bertenaga rendah. Tapi aku tidak peduli dan terus berlari sampai ke luar rumah.
“Aku akan membakar lukisannya. Bilang pada tuan Choi untuk tidak meminta ganti rugi karena aku membakar uangnya.”
“jangan khawatir, lakukan saja!”
Aku meletakkan lukisan itu di atas rumput. Merogoh pematik yang ada di dalam saku celanaku. Aku selalu membawanya untuk membakar dupa, jadi jangan salah persepsi tentang ku.
“Aarrgghhh No, Noooo!”
Ku dengar suara makhluk itu berteriak kencang ketika aku menyalakan pematik nya. Aku tidak memperdulikan teriakan itu dan melempar pematik ke atas lukisan itu.
Karena berbahan kanvas yang mudah terbakar. Lukisan itu langsung menyulut api dan terbakar.
“ARRRGGHH!! AARRGGHHH”
Teriakannya sangat perih menusuk gendang telingaku. Aku memejamkan mata lalu berdoa. Mendoakannya agar bisa pergi dengan tenang, karena memang yang menahannya di tempat ini adalah lukisan tersebut.
Saat aku membuka mata, suasana menjadi sangat hening. Aku melihat sekeliling. Aku sudah tidak merasakan energinya, kemungkinan ia sudah pergi ke tempat yang lebih baik.
Api perlahan padam, aku mengambil pematik milikku dan membersihkannya dari abu yang menempel. Lukisan itu tidak terbakar habis, aku mengambil potongan yang tidak terbakar dan melihat ada tulisan tangan disana, sangat cantik, bertuliskan, Valencia.
Aku kembali menutup mata dan berdoa “Semoga kau berada di tempat yang terbaik dan terlepas dari belenggu yang menahanmu disini, kau berhak untuk bahagia, Valencia.”
Setelah itu mataku terbuka dan hal yang aku lihat adalah sosok laki-laki berambut cokelat kehitaman itu sedang melihatku sinis.
“Masih menghisap benda tak berguna itu?” tanyanya dengan nada yang dingin nan menusuk.
Ia sedang membicarakan pematik yang aku pegang saat ini. Terlihat dari caranya memandang, tak senang.
“Sudah tidak, ini untuk membakar dupa. Jangan salah paham.”
Ia langsung mengangguk paham dan berniat untuk langsung pergi. Tapi, aku menahan tangannya kali ini. Kalau sebelum-sebelumnya aku tidak bisa menggapainya, kali ini aku bisa menahannya.
Tapi, raut wajahnya langsung tak senang. Ia menepis tanganku lalu menjaga jarak sejauh 3 meter dari hadapan ku.
“apa kau akan terus seperti ini?” tanyaku sinis.
“Kau dan aku tidak boleh ada kontak fisik. Tidak mungkin kau lupa. Ah bisa saja, mengingat otak manusia itu sangat lemah dan bodoh.”
Aku mengeram kesal karena ucapannya yang menohok itu. Ya benar, kalau tidak menohok bukan Woozi namanya. Aku akan memaklumi nya lagi, dia memang aneh dan less empathy. Benar juga, mahkluk sepertinya memang sudah seharusnya seperti itu.
“aku pergi!”
Setelah itu dalam sekejap ia menghilang setelah melompati dinding pagar rumah. Aku sudah terbiasa dengan penampakan seperti itu, sudah makananku setiap bertemu dengannya.
“Apa Woozi datang?”
Jun bertanya dengan nada yang cukup khawatir. Ia takut Woozi akan melakukan hal-hal aneh padaku, atau dia akan melukaiku. Tapi tenang saja Woozi tidak akan bisa melakukan itu.
“ya, dia datang tapi sudah pergi lagi.”
“apa dia menyakitimu? Dia melakukan sesuatu?”
“oh Jun, tolonglah. Woozi bukan makhluk jahat.”
“tetap saja, dia bisa membunuhmu kapan saja dia ingin. Tetap berhati-hati terhadapnya!”
“ya ya ya,”
Ocehan Jun selalu membuat telingaku sakit. Sungguh, ia lebih cerewet dari bibi-bibi yang ada di pasar. Atau tukang Cervice AC langganan kami, dia melebihi ibu-ibu kalau sudah menyangkut urusan mengoceh seperti ini.
Aku menaiki sepedaku dan pergi meninggalkan kawasan rumah tersebut. Rumah ini ada beberapa penunggu asli yang tidak bisa di usir. Mereka ada sebelum rumah ini terbentuk, tanah itu sudah di huni oleh mereka jauh sebelum peradaban manusia ramai di tempat ini.
Tetapi, mereka yang baik tidak akan mengusik mereka yang masih hidup. Karena sejatinya mereka hidup berdampingan.
Namun untuk masalah Valencia tadi, ia selalu membuat onar karena ingin dendamnya terbalaskan. Ia selalu mempengaruhi orang-orang yang tinggal di rumah itu terdahulu untuk melakukan hal-hal gila.
Yang ku dengar sudah 2 kali terjadi insiden pembacokan di rumah ini, tapi untungnya tidak ada yang meninggal. Karena itulah tuan Choi ingin menjual rumah ini. Tapi tidak kunjung laku, padahal sudah 5 tahun.
Setiap ada pembeli yang ingin melihat-lihat. Maka hantu Valencia itu akan mengganggu mereka dengan berbagai cara. Maka dari itu, aku hanya menyingkirkan Valencia, dan tidak mengganggu mereka yang baik.