Dua tulang rusuk

Dua tulang rusuk

Lek Nii

5

Panggil saja aku Metta. Waktu itu aku baru saja merayakan kelulusan sekolah dasar. Aku sangat senang karna aku mendapat nilai ujian nasional yang tertinggi se Indonesia. Dan karena itu aku mendapatkan beasiswa dari sekolah favorit yang menjadi impian semua temanku. Aku sangat beruntung dengan hal itu, namun kedua orang tuaku memilih pergi  sebelum acaranya selesai. Mereka pergi untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku tak heran karna bagi mereka pekerjaan memanglah sepenting itu. Akhirnya aku pulang sendirian. Tapi agar aku tidak mendapat banyak perhatian dari orang tua siswa lain ataupun guru guru, aku memilih untuk bersembunyi dulu di dalam kelas. Setelah dirasa sepi akupun berjalan menuju luar sekolah. Jarak dari sekolah menuju rumahku cukup dekat. Hanya butuh waktu lima belas menit berjalan kaki. Aku berjalan dengan riang seraya memegang piala kelulusanku. Aku bersenamdung di srpanjang perjalanan. Aku sangat senang aku akan melanjutkan sekolah di sekolah favorit. Aku membayangkan bagaimana senangnya bisa belajar disana.

"metta" panggil seseorang ketika aku hampir sampai rumah. Aku menoleh ke asal suara.

Deg.

Aku terkejut karna orang yang memanggilku adalah Kak Ben. Dia adalah kakak kelasku. Dia terkenal sangat nakal. Dia adalah pembuat onar. Aku perlahan mundur ketika dia berjalan maju ke arahku. Aku mulai ketakutan.

 "iyya, kak?" cicitku kemudian menunduk. Jujur aku sangat takut untuk melihat wajahnya.

"kamu mau gak jadi pacar aku?" tanya Kak Ben seraya menyodorkan sebatang coklat. Aku terkejut. Kemudian menatap ke arahnya.

 Aku menggeleng.

"aku masih kecil" jawabku kembali menunduk. Sebenarnya bukan itu alasan utamaku menolaknya.

"kamu udah lulus SD. Itu artinya kamu udah remaja, udah gak papa pacaran" ucap Kak Ben kemudian memegang tanganku dan meletakkan coklat itu di tanganku. Aku terkejut dan semakin ketakutan. Aku hampir menangis karna rasa takutku.

 "kamu mau ya jadi pacarnya aku?"

Aku menggeleng takut takut.

"kenapa gak mau?"

Aku tak menjawab. Tangan kak Ben masih memegang tanganku. Aku terdiam mematung.

"aku takut sama kakak-" cicitku namun tak sempat ku lanjutkan karna aku sudah terisak.

"segitu takutnya kamu ke aku sampe nangis?" tanya kak Ben.

Aku mengangguk.

"aku gak bakal jahatin kamu kok. Kamu mau ya jadi pacar aku?"

Aku kembali menggeleng.

"bukan itu. Aku takut ketularan nakalnya kakak" tukasku membuat kak Ben langsung melepaskan tanganku.

"maaf-" ucapku ketika menyadari tatapannya begitu menakutkan.

"aku tiak peduli. Mulai sekarang kamu pacar aku" ucap Kak Ben sebelum akhirnya pergi.

 Aku langsung memasuki rumah dan berlari menuju kamar. Sungguh aku tidak tahu harus bagaimana. Ingin sekali aku menolak permintaan kak Ben namun itu sia sia. Aku tak ingin jika aku bersamanya aku akan menjafi nakal seperti dia. Aku tak ingin kehilangan prestasiku. Tapi aku bisa apa? Aku sangat takut kepadanya.

 Hari hari betlalu. Dan ini adalah hari senin pertamaku setelah menjalani MOS. Hari ini aku berangkat pagi karna ada upacara. Kini aku sudah berbaris rapi dengan seragam yang lengkap. Aku sangat bersemangat untuk mulai belajar.

 Di tengah upacara berlangsung, terdengar suara gaduh dari belakang. Ternyata itu berasal dari dua orang siswa yang tidak memakai seragam dengan lengkap. Mereka disuruh maju ke depan oleh guru pembina.

 Aku terkejut ternyata itu adalah Kak Ben dan temannya. Kak Ben bukan hanya tidak memakai atribut lengkap, tapi dia juga memakai celana jeans sebagai ganti celana seragamnya. 

 Aku langsung menunduk ketika kak Ben melihatku. Aku srmpat melihat senyumannya.

 Seketika keadaan lapangan mulai riuh dari bisikan para siswa.

 "anak anak! Dimohon diam" intrupsi guru pembina membuat  suasana kembali tenang.

"Ben, kemana celana seragam kamu?" tanya guru pembina.

"hilang pak" jawab kak Ben santai.

"setelah upacara kamu beli celana di koprasi sekolah sekaligus atribut yang lengkap. Itu berlaku juga untuk kamu, Will. Dan hukuman untuk kalian berdua adalah  hormat di samping tiang bendera sampai istirahat"

 Dan benar saja kak Ben dan temannya berdiri horhlmat di samping tiang bendera setelah mereka selesai membeli atribut. 

 Namu saat istirahat, aku hanya melihat kak Ben berdiri sendirian. Wajahnya sudah dipenuhi keringat karna dia berjemur hampir tiga jam di bawah matahari yang cukup terik. Aku yang tengah memegang minuman kaleng pun menimang nimang. Apa aku kasih aja ini minuman untuk kak Ben? Setelah lama berfikir aku merasa kasihan melihatnya kepanasan. Aku berjalan ke arahya. Aku menyodorkan minuman kaleng itu kepadanya.

"minum, kak" ucapku membuatnya tersenyum.

"kenapa masih berdiri kan udah istirahat?" 

"nungguin kamu" jawabnya sebelum akhirnya mengandaskan minuman kalengnya.

"maksud kakak?"

"nunggu di samperin kamu. Eh, ternyata bener di samperin" ucapnya tergelak.

"aku masuk dulu" ucapku seraya berlari meninggalkan kak Ben ketika menyadari ada beberapa siswa yang menatap kami.

"metta! Ini adalah terakhir kalinya kamu ngeliat aku dihukum. Aku janji bakal berubah biar kamu gak malu ngakuin aku sebagai pacar" 

Kali ini aku benar benar malu.