Direinkarnasi menjadi Pangeran

Direinkarnasi menjadi Pangeran

Jichuriki Shukaku

0

"Bisa kau ulangi lagi, apa yang sudah kau katakan itu?" tanyaku pada orang yang mengaku sebagai penasehat.

"Iya, Anda adalah Pangeran Sanjaya. Saat ini wilayah kita baru saja dikembalikan dari kerajaan Sriwijaya, dan kita memiliki banyak masalah yang harus diselesaikan Tuan Sanjaya." ucap penasehat itu.

Kepalaku seperti mau meledak saat menerima kabar tersebut, harusnya aku berada di rumah sakit karena telah menyelamatkan seorang gadis dari perampok.

Tapi entah bagaimana, aku malah di lahirkan kembali menjadi seorang Pangeran. Yang wilayahnya baru dikembalikan karena melakukan penyerangan.

Bodohnya lagi, hal tersebut melanggar perjanjian suci dari deklarasi Perjanjian Damai Antar Ras. Dimana telah disetujui oleh seluruh anggota untuk tidak melakukan perebutan kekuasaan atau melakukan serangan kepada negara lain, selama masa kekacauan melawan Kerajaan Iblis.

Kalau di reinkarnasi itu coba ya, jadi raja yang enak atau jadi pahlawan yang keren punya pedang hebat. Ini malah di reinkarnasi jadi pangeran yang bodoh dan sekaligus punya banyak masalah.

Apa ini karma ya? karena aku suka menjahili orang-orang semasa hidup dulu. Aduh tapi sudahlah, menyesal juga tidak berguna lebih baik fokus untuk menghadapi masalah yang ada sekarang.

"Ah baiklah, lalu permasalahan apa yang harus kita selesaikan ini. Tuan penasehat?" ucapku yang sudah bisa atau mencoba untuk menerima keadaan yang terjadi.

"Baiklah Yang Mulia, masalah pertama adalah banyak terjadi pemberontakan, karena perbuatan ayah anda yang melakukan penyerangan terhadap kerajaan Sriwijaya." Ucapnya

Kalau yang ini sudah pasti sih, andai aku juga menjadi rakyat dari wilayah ini. Pasti akan marah, karena sudah tahu ada perjanjian untuk tidak menyerang negara lain, malah melakukan serangan juga.

"Oke aku terima itu, lalu selanjutnya apalagi masalahnya?" tanyaku lagi

"Yang kedua, para bangsawan wilayah kita sudah melarikan diri mengamankan posisi. Mereka membawa seluruh kekayaan ke kerajaan yang mau menampung." Balas si Penasehat.

Yah situasi wilayah ini yang kacau balau, membuat para pemerah sapi itu akhirnya keluar. Cukup miris sih, karena kondisinya sama seperti keadaan di negara yang pernah kutinggali sebelum di reinkarnasi.

"Sebelum ke masalah selanjutnya, bisa kau sebutkan berapa banyak bangsawan yang tersisa? Maksudku yang masih setia pada wilayah ini?" Tanyaku.

"Kita memiliki 12 bangsawan untuk mengurusi ibu kota, satu Garnisun, dan 6 desa yang tersebar diantara ibu kota dan Garnisun. Lalu entah bagaimana dari 12 bangsawan, yang tersisa hanya 3 bangsawan." Jawab Penasehat dengan wajah bersalah.

Artinya hanya seperempat dari jumlah keseluruhan bangsawan yang masih mau mempertahankan keutuhan dari wilayah ini.

"Catat 9 orang bangsawan yang melarikan diri itu dan pastikan tiga bangsawan yang masih bertahan. Untuk menghadap kepadaku segera, lalu laporkan masalah kita selanjutnya?" Tanyaku.

"Akan hamba lakukan tuan, lalu masalah kita selanjutnya adalah..."

Penasehat itu terus membobardir diriku dengan sejumlah permasalahan, entah itu jumlah pasukan yang berkurang drastis karena terserap oleh kerajaan Sriwijaya.

Ada juga pengambilan buku-buku sejarah tentang wilayah ini, serta pengambilan dari bola penyiar yang mungkin mirip-mirip fungsinya seperti TV jika di dunia asliku.

Ada juga masalah tentang pangan, sandang dan keadaan keuangan kerajaan yang hancur berantakan. Akibat kegagalan dari invasi yang dilakukan oleh Ayahku.

Dalam kasus ini ayahku meninggal dunia dalam perang. Aku mau mengutuk, itu Ayahku. Tapi tidak mengutuk, dia meninggalkan begitu banyak masalah pada diriku sungguh dilematis.

"Baiklah itu saja permasalahan yang bisa saya laporkan, jika ada perkembangan lebih lanjut akan saya kabari lagi Tuan Sanjaya." Ucap Penasehat.

"Yah kau boleh kembali dan jika tidak keberatan, tolong bawakan diriku buku sejarah dari Wilayah ini. Itu jika masih ada yang tersisa dan juga tentang sepak terjang apa saja yang terjadi. Serta bagaimana Ayahku memerintah? Aku butuh semua data-data itu, kau mengerti!" Ucapku.

"Ah akan aku ambilkan Tuanku, sepertinya data-data seperti itu tidak diambil. Akan kukirim orang untuk memberikannya pada Tuanku," jawab Penasehat.

"Terima kasih dan kalau tidak keberatan tolong bawakan teh dan juga camilan. Juga jangan lupa beritahu para bangsawan yang masih tersisa untuk rapat besok." Perintahku.

"Baik Pangeran Sanjaya, kalau begitu saya permisi!" Jawab Penasehat. 

"Ya," balasku.

Kepalaku serasa mau pecah karena begitu banyak sekali menerima informasi. Garis besarnya adalah aku di reinkarnasi ke tubuh seorang pangeran bernama Sanjaya dengan nama wilayah Mataram.

Saat ini situasinya adalah pangeran yang bernama Sanjaya ini, telah mengusahakan untuk mengambil kembali hak atas ibukota negaranya dari tangan musuh.

Dalam diskusi pengambilan hak ibukota Kepangeranan bernama Medang, terdapat beberapa poin penting di mana negara yang mengobarkan perang yaitu Mataram harus membayarkan ganti rugi sebesar 10% selama 20 tahun.

Ada juga sebuah kebijakan di mana kerajaan Sriwijaya, menyita buku-buku penting yang ada di perpustakaan dan bola penyiar untuk kepentingan pribadi mereka.

Bodohnya Sanjaya di sini malah mengizinkan hal tersebut, entah otaknya dongo atau aku nggak tahu. Tapi sepertinya, dia tidak paham maksud dari diambilnya buku-buku tersebut.

Kalau situasinya sudah seperti ini, sama saja aku di reinkarnasi untuk digorok. Raja Kerajaan Sriwijaya pasti sudah menyusun rencana, untuk menggulingkan diriku kembali dari tahta saat ini.

Jika aku tidak menemukan cara untuk keluar dari situasi ini, maka aku sama seperti tikus yang sudah terjerat di dalam perangkap yang sudah dipasang.

Masalah pertama yang harus aku atasi adalah pemberontakan rakyat, aku pernah membaca sebuah kutipan seperti ini. Sebuah pemerintahan tidak bisa berdiri tanpa rakyat, tapi rakyat bisa hidup tanpa pemerintahan.

Saat aku berkerut dengan pikiranku yang kacau, pintu ruanganku diketuk dari luar.

"Siapa itu?" Tanyaku

"Aku diperintah oleh Tuan penasehat untuk membawakan buku sejarah Kepangeranan Mataram dan beberapa camilan." Ucap suara feminim.

"Ah masuklah!" Perintahku.

"Baik," jawabnya sembari membuka pintu.

Ketika pintu itu terbuka hal yang pertama terlintas di benakku, saat melihat Maid itu adalah kata cantik meskipun dia adalah seorang maid.

Rambut hitam panjang terurai, bola mata coklat yang nampak cerah dan senyum sehangat mentari yang mampu menghangatkan pandangan mataku.

Secara refleks wajahku saat ini melukis sebuah senyum kecil, dibarengi hatiku yang gembira karena kehadiran dari sosok maid ini.

"Maaf jika kedatanganku ini mengganggu Tuan Sanjaya. Silakan ini barang-barang yang tuan minta," ucapnya menyerahkan buku sejarah dan camilan.

"Ah terima kasih, kau benar-benar membantuku. Ngomong-ngomong siapa namamu?" Tanyaku

Pelayan ini sedikit terlonjak ketika aku bertanya seperti itu, apa mungkin pemilik tubuh ini sebelumnya cukup kasar pada seorang pelayan?

"Ini sesuatu yang lucu, padahal saya cukup lama kerja di sini. Tapi tak apa, perkenalkan namaku adalah Elishia pelayan dari keluarga Mataram. Salam kenal, Pangeran Sanjaya!" ucapnya seraya menunduk hormat.

Pada saat dia mengucapkan itu dan melakukan gerakan hormat, ada rasa kesal dan jengkel serta malu. Kesal karena aku dikatakan tidak mengenalnya meski sudah bekerja lama di sini, jengkel karena aku adalah orang lain bukan jiwa asli dari tubuh ini dan malu karena secara tidak langsung dia menyindir diriku.