Malam-malam kelam juga diisi dengan jerit jeritan tak hentinya di desa itu. Menyiratkan bahwa kehadiran tak terlihat menghuni disetiap bayangan yang dijuluki "desa terkutuk" Itu. yang membuat trauma para warga desa, bayangan gelap merayap ganas dan mengerikan. Desa itu bernama desa karto yang dipeluk oleh gunung Merapi yang penuh misteri.
Seorang pemuda bernama Dito kembali ke desa kelahirannya setelah beberapa tahun mengabdi di kota besar. Dia diberitahu oleh orangtuanya untuk tidak pulang karena desa sedang dilanda keadaan yang mencekam. Namun, rasa penasaran Dito tidak bisa dibendung. Dia memutuskan untuk pulang kedesa itu dan menjelajahi desa di malam hari, menyelidiki kebenaran di balik julukan "Desa Terkutuk".
Ketika malam tiba, Dito menyelinap keluar dari rumahnya dan mulai menjelajahi desa yang sunyi. Desa Karto terlihat seperti kota hantu dengan rumah-rumah yang ditinggalkan dan jalan-jalan yang kosong. Pohon-pohon besar di pinggir desa menari-nari diterpa angin malam, menciptakan suasana yang mencekam.
Dito memasuki hutan yang mengelilingi desa. Kabut tebal mulai menyelimuti hutan, membuatnya sulit untuk melihat. Namun, dia terus berjalan, terdorong oleh dorongan aneh untuk mengetahui kebenaran di balik cerita-cerita horor yang mengitari desanya.
Tiba-tiba, Dito mendengar suara langkah ringan di belakangnya. Dia berbalik, tetapi tidak ada siapa-siapa di sana. Jantungnya berdebar kencang tidak beraturan, namun dia memilih untuk melanjutkan perjalanannya. Semakin dalam dia masuk ke dalam hutan, semakin terasa aura kegelapan dan ketakutan.
Ketika dia mencapai sebuah pohon besar yang konon menjadi tempat bertemunya makhluk gaib, Dito melihat sesuatu yang membuatnya kaku. Di bawah pohon itu, terdapat bayangan sosok perempuan tua dengan rambut panjang dan mata yang memancarkan cahaya keunguan. Perempuan tua itu mengangkat tangannya ke udara, dan angin malam berputar-putar di sekitarnya.
"Dito..." bisik perempuan tua itu, suaranya menggema di antara pepohonan. "Kau seorang anak yang hilang..."
Dito merinding. Dia mencoba berbicara, tetapi kata-kata tidak keluar dari bibirnya. Perempuan tua itu melangkah mendekatinya, dan Dito bisa melihat wajahnya yang penuh keriput.
"Kau harus meninggalkan tempat ini sebelum terlambat. Desa ini telah terkutuk oleh kekuatan yang tak terlihat," kata perempuan tua itu dengan suara serak.
Dito meminta penjelasan, tetapi perempuan tua itu hanya tersenyum pahit. "Ketahuilah, anak muda, bahwa ada sesuatu yang tidak bisa dijelaskan di balik gunung ini. Kekuatan gaib yang tak terduga mengendalikan nasib desa ini."
Dito mencoba memahami kata-kata perempuan tua itu sambil menyimak setiap kata yang diucapkannya. Namun, sebelum dia bisa bertanya lebih lanjut, suasana tiba-tiba berubah. Angin berhembus kencang, dan kabut semakin tebal. Perempuan tua itu lenyap seperti kabut malam.
Dalam kegelapan, Dito melihat bayangan-bayangan aneh bergerak di sekelilingnya. Suara desiran dan bisikan gaib terdengar di telinganya. Dengan langkah cepat, dia berusaha keluar dari hutan.
Ketika Dito kembali ke desa, dia menemukan penduduk desa yang bersiap-siap untuk meninggalkan tempat itu. Mereka membawa barang-barang mereka, tampak panik dan ketakutan. Dito bergegas mencari orangtuanya dan menemukan mereka bersama dengan beberapa warga desa lainnya di tengah kerumunan.
"Kita harus pergi dari sini sekarang juga," seru seorang tetua desa. "Kekuatan gelap semakin kuat, dan kita tidak bisa lagi tinggal di sini."
Dito menceritakan pengalamannya di hutan dan apa yang dikatakan perempuan tua tadi malam. Orang-orang desa saling berpandangan dengan ekspresi cemas, seolah-olah mereka mengerti lebih banyak tentang misteri yang terkandung di Desa Karto.
Desa Karto pun dilanda kegelisahan bercampur ketakutan yang amat mendalam. Penduduk desa meninggalkan tempat yang sudah lama mereka panggil sebagai rumah. Dito berusaha memahami apa yang baru saja terjadi di hutan dan mengapa warga desa begitu panik. Dia memutuskan untuk mencari Aya, penjaga hutan yang konon bisa memberikan penjelasan lebih lanjut. Dengan langkah cepat, Dito meninggalkan desa yang hampir ditinggalkan itu dan menuju ke dalam hutan sekali lagi.
Setelah berjalan sejenak, Dito mendengar suara langkah di belakangnya. Kali ini, langkah itu lebih berat dan menggetarkan. Dito mempercepat langkahnya, tetapi bayangan yang mengikutinya tetap ada di belakang. Saat dia berbalik, dia melihat sesosok bayangan hitam yang cepat melintas di antara pepohonan.
"Tunggu!" seru Dito, tetapi bayangan itu menghilang dalam kegelapan. Dengan hati yang berdegup kencang, Dito melanjutkan perjalanannya menuju kedalaman hutan. Sesekali, dia merasa seperti diawasi oleh sesuatu yang tak terlihat, dan suara-suara gaib terus merayap di telinganya.
Saat Dito mencapai daerah yang lebih gelap dan terpencil di hutan, dia melihat Aya. Seorang wanita dengan rambut panjang dan pakaian hijau tua, Aya duduk di atas batu besar di tengah hutan yang dipenuhi oleh aura keanehan.
"Dito," sapa Aya dengan suara lembut. "Akhirnya, kamu datang."
Dito bingung, "Aya, apa yang terjadi di desa ini? Mengapa semua orang ketakutan?"
Aya mengangkat kepalanya dan memandang Dito dengan mata yang penuh kebijaksanaan, "Desa ini terkutuk oleh kekuatan kuno yang telah lama terlupakan. Kekuatan itu telah lama bangkit dan menghantui Desa Karto."
Dito mencoba mengerti, "Apa yang bisa kita lakukan?"
Aya bangkit dari batunya dan berjalan mendekati Dito. "Kita harus mencari sumber kegelapan ini dan menghadapinya. Kekuatan ini tak terbendung dan terlalu besar, kita harus bersama, mungkin kita bisa mencari cara untuk mengusirnya."
Bersama-sama, Dito dan Aya mulai menjelajahi hutan yang semakin gelap. Mereka harus menghadapi berbagai rintangan dan makhluk gaib yang mencoba menghentikan mereka. Suara-suara aneh dan bayangan-bayangan mengerikan terus mengganggu perjalanan mereka.
Ketika mereka mendekati pusat kegelapan, mereka menemukan situs kuno yang dikelilingi oleh batu-batu kuno dan simbol-simbol aneh. Di tengah situs itu, ada sesuatu yang membuat bulu kuduk merinding. Sebuah portal gelap terbuka, mengeluarkan aura kegelapan yang mencekam.
"Aya, inikah sumbernya?" tanya Dito.
Aya mengangguk, "Ya, portal ini merupakan pintu menuju dimensi kegelapan. Kita harus menutupnya sebelum kekuatan ini merasuk lebih dalam ke dunia kita."
Dengan keberanian dan pengetahuan Aya, mereka mencoba menutup portal tersebut. Namun, makhluk-makhluk gelap terus menyerang, mencoba menghentikan upaya mereka. Suasana semakin tegang, dan Dito merasa beban kegelapan yang sangat besar. Mereka saling meyakinkan. dengan tekad yang kuat, Dito dan Aya terus berjuang melawan gelombang makhluk-makhluk gelap yang mencoba menghalangi mereka. Namun, semakin lama, semakin jelas bahwa kekuatan di sekitar portal semakin kuat, melebihi apa yang mereka perkirakan.
"Kita harus lebih kuat, Dito!" teriak Aya sambil menggagahkan dirinya. Tangan mereka bersatu untuk menciptakan perlindungan, tetapi energi kegelapan terus melawan.
Tanpa peringatan, sebuah gelombang kegelapan meledak dari dalam portal. Dito dan Aya terlempar ke belakang, terpisah oleh kekuatan mengerikan yang tak terbendung.
Ketika mereka bangkit dari tanah, mereka menyadari bahwa portal kegelapan semakin melebar. Gelombang kegelapan menggulung keluar, menyebarkan teror ke seluruh desa. Penduduk desa yang masih tinggal berteriak ketakutan dan berusaha melarikan diri.
Aya menatap Dito dengan ekspresi kesedihan, "Kekuatan ini terlalu besar. Kita butuh bantuan lebih banyak."
Dito menyadari bahwa mereka tidak bisa melawan sendiri. Mereka memutuskan untuk mencari bantuan dari tetua-tetua sakti yang konon tinggal di lereng Gunung Merapi. Dengan hati yang penuh rasa tanggung jawab, Dito dan Aya meninggalkan desa yang dilanda kegelapan, menuju perjalanan berbahaya ke dalam gunung yang misterius.
Selama perjalanan, mereka bertemu dengan berbagai makhluk gaib dan mengumpulkan pengetahuan tentang cara melawan kegelapan. Tetapi semakin dalam mereka masuk ke dalam gunung, semakin terasa aura aneh dan mengerikan yang mengelilingi mereka.
Akhirnya, mereka sampai di lereng yang tersembunyi, di mana para tetua sakti dikabarkan tinggal. Namun, alih-alih menemui bantuan, mereka disambut oleh keheningan misterius. Sebuah suara bersahut di antara pepohonan, "Kalian datang terlambat. Kekuatan yang kalian hadapi sudah tak terkendali."
Dari kegelapan, muncul seorang tetua sakti dengan jubah putih bersih. Dia menatap Dito dan Aya dengan mata yang penuh kebijaksanaan.
"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Dito dengan nada putus asa.
Tetua itu tersenyum pahit, "Kalian harus mencari Batu Kekuatan. Hanya dengan batu itu, kalian dapat menutup portal kegelapan dan mengembalikan kedamaian pada desa kalian."
dito dan aya menarik dan menghenduskan nafas kasar.