Dear Devil

Dear Devil

Adlet Almazov

0

Sang Raja Iblis duduk di singgasananya, mencoba untuk tetap mendengarkan keluhan-keluhan para iblis yang tampak panik dan ketakutan atas ulah manusia yang semakin hari bertindak diluar akal sehat mereka. Seorang anak membunuh ibu yang melahirkannya, seorang ayah yang tega melecehkan anaknya, saling membunuh karena cinta, hanya beberapa dari sekian banyak perbuatan manusia di era modern yang membuat para iblis merasa sangat malu, tak berdaya dan rendah diri.

Ya, manusia kini membuat para iblis mulai takut. Takut tidak dibutuhkan dan takut bahwa neraka terlalu penuh dan hanya diisi oleh para pendosa yang masuk ke dalam neraka tanpa perantara mereka. 

"Kita akan kehilangan tujuan, mungkin ini akhir dari kejayaan kita."

"Bagaimana mungkin bisa manusia-manusia itu? Agh, mereka sudah mempelajarinya, bahkan sebelum mereka mengenal kita!"

"Apa aku harus menetap di neraka sekarang? Dunia ini bukan tempat kita lagi."

"Berisik...!" Lucifer berteriak kesal saat mendengar para iblis sibuk beradu argumen mengenai eksistensi mereka di dunia ini. 

Dia pikir ini konyol, omong kosong macam apa yang mengatakan bahwa ini bukan lagi era mereka? Sekarang masih tahun 2023 dan tidak banyak yang berubah. Manusia lahir dan mati setiap hari dan selama itu pula, keberadaan mereka masih dibutuhkan untuk menyeret manusia-manusia masuk ke dalam neraka. 

Lucifer bangkit dari singgasananya, berjalan melewati altar dengan seluruh perhatian tertuju padanya. Bukankah dia terlihat indah? Dia bisa menjadi seperti apa yang dia inginkan, bahkan bisa menjadi lebih rupawan daripada manusia yang paling tampan di dunia sekalipun. Ya, dia adalah raja dari neraka dengan api yang paling panas dan paling membakar. 

"Aku benci keluhan seperti ini, kalian tahu? Ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Aku pikir kalian sudah tidak berguna!"

"Tapi, Yang Mulia- "

"Siapa yang memintamu berbicara? Panggil Leviathan! Kenapa dia tidak pernah datang saat pertemuan seperti ini?"

"Apa yang anda harapkan darinya, Yang Mulia? Sudah 5000 tahun dia tidak pernah datang, aku bahkan lupa kalau ada iblis seperti dia." Celetuk Damballa. Tampaknya dia cukup kesal karena perhatian Lucifer langsung tertuju pada sosok yang tak ada didekatnya, dibandingkan ratusan iblis yang dengan setia mendengar kekesalannya.

"Si brengsek itu, berani-beraninya dia tidak datang lagi kali ini. Harus diberi pelajaran!"

"Ya, menurutku juga begitu. Sesekali iblis seperti dia harus diajarkan kedisiplinan agar tidak bertindak semaunya sendiri!" Damballa kembali berkomentar dengan nada yang lebih sinis. Entah dendam apa yang terpendam dalam jiwanya pada iblis penguasa lautan itu.

"Aku pikir kau punya dendam pribadi pada Leviathan. Apa aku benar, Tuan Damballa?" Beelzebub menunjukkan seringainya karena menyadari pria paruh baya yang duduk di sampingnya ini terus berbual mengenai Leviathan.

"Wanita sepertimu tidak akan bisa mengerti, para pria seperti kami sangat menyukai persaingan!"

"Ahahaha... aku pikir kau bercanda, Tuan Damballa yang Agung. Persaingan seperti apa yang kau maksud? Dia bahkan tak pernah kembali ke neraka selama ribuan tahun. Jadi sebenarnya, dengan siapa kau bersaing?" 

"Cih, dasar pirang sialan!" Gumamnya kesal. Dia kehabisan kata-kata untuk beradu argumen.

"Aku punya ide, Yang Mulia Lucifer Sang Raja Iblis yang Agung!" Beelzebub mengangkat tangannya sembari berdiri. 

Dengan santai, ia melangkah menghampiri Lucifer yang masih berdiri di depan singgasana dan menatapnya. Beelzebub tersenyum menggoda, dia tahu bahwa dia punya kedudukan yang cukup tinggi untuk menyela pembicaraan para iblis lainnya.

"Kau punya ide? Katakan padaku, apa itu?"

"Tunggu dulu, Yang Mulia!" Asmodeus langsung menginterupsi sebelum Beelzebub mengemukakan ide di kepalanya. 

Pria bertubuh tinggi dan kekar dengan raut wajah sangar itu berdiri dengan tatapan yang sangat tajam. Sang iblis dari segala nafsu kotor ini mencoba mengintimidasi Beelzebub dengan tatapannya. 

"Ada apa, Asmodeus? Kau juga punya ide yang tak kalah cemerlangnya dari mantan kekasihmu ini?" 

"Cih, aku hanya tidak bisa membiarkan dia terus memperdaya para pria lebih banyak lagi!" 

Asmodeus dan Beelzebub saling melempar pandangan cinta dan benci yang hanya mereka berdua saja yang tahu. Tampaknya ini cukup menyita waktu Lucifer untuk mendapatkan ide bagaimana harus menyeret penguasa lautan itu untuk datang ke tempat ini.

"Baiklah, aku pikir biar aku sendiri yang akan melakukannya. Karena sepertinya ini bukan urusan para iblis seperti kalian. Kalau begitu, pertemuan hari ini kita akhiri sampai di sini."

"Tapi Yang Mulia, mengenai hasil pertemuan kita. Apakah akhirnya kita semua bisa mendapatkan solusi untuk mempertahankan kedudukan kita sebagai iblis?" 

"Saya juga berpikir begitu, para manusia itu bahkan melakukan hal yang kita saja tak pernah lakukan. Aku pikir ada makhluk pendatang yang ingin melengserkan kita."

Tampaknya pembicaraan ini masih belum berakhir, meski Lucifer sudah memberi instruksi untuk mengakhiri pertemuan tak berguna ini. Karena ia menyakini, satu-satunya yang bermasalah di sini hanyalah kepercayaan diri mereka yang sebagian besar adalah para anggota serta kaki tangan iblis-iblis yang memiliki kedudukan tinggi seperti Asmodeus, Astaroth atau Behemoth.

"Cih, dasar! Apa kalian tidak dengar apa yang aku katakan? Pertemuan ini cukup sampai di sini. Sebaiknya kalian pikirkan sendiri bagaimana caranya agar manusia-manusia itu tergoda untuk menyembah kalian dari pada terus merengek seperti bayi," 

Lucifer yang kesal langsung pergi begitu saja, menghilang bersama kobaran api yang panas. Sementara para iblis yang belum menemukan jawaban dari kegelisahan mereka hanya terdiam dan terpaksa menonton pertengkaran sepasang kekasih.

"Sekarang apa?"

***

Lucifer menginjakkan kakinya di gua terdalam dari perut bumi yang memancar uap yang sangat panas. Sebuah lembah yang dipenuhi bebatuan berwarna hitam yang berkilau. 

"Bau menyengat, ck, sudah kuduga!" Gumamnya sembari melangkah masuk ke mulut gua yang sangat besar, mungkin dua kali lipat lebih besar dari ukuran monster yang tinggal di dalamnya. 

Tempat ini sangat gelap dan Raja dari segala api ini tidak suka tempat yang gelap. Ia hanya bisa melihat warna lautan terdalam yang tak mendapatkan sedikitpun sinar matahari.

"Leviathan, ayolah! Aku tahu kau melihatku. Berhentilah bersikap konyol dan keluarlah! Biarkan aku melihat wajah menjijikkanmu itu!" Teriaknya kesal. 

Groooaaarrr

Suara geraman terdengar dan rasanya sungguh memekakkan telinga. Sambutan yang sudah bisa ia tebak, seperti inilah iblis sombong itu memperlakukan rajanya. 

"Dasar sial." 

"Kau kesal?" Tanya seorang pria yang muncul dari dalam gua gelap yang perlahan terang, berjalan menghampiri Lucifer yang berdiri di depan mulut gua.

"Tak bisakah kau menghormatiku saat aku datang? Aku adalah rajamu!" 

"Cih, kau raja bagi iblis-iblis bodoh itu. Jangan samakan aku dengan para pengikutmu!" Bukannya menghampiri Lucifer, Leviathan malah duduk dengan santai di kursinya sambil menghisap sebatang rokok.

"Sejak kapan kau merokok? Dari mana pula kau mendapatkannya?" 

"Entahlah, mungkin sudah 300 tahun. Aku mendapatkannya dari para pelaut!"

"Sepertinya kau punya hubungan yang baik dengan manusia," ucapnya sambil menyeringai dan mengambil tempat di seberang Leviathan. 

"Sebenarnya, ada tujuan apa kau datang ke sini? Bukankah biasanya kau meminta iblis-iblis bodoh itu untuk menyampaikan pesan padaku."

"Menurutmu, sudah berapa lama kau tidak memenuhi panggilanku?"

"Entahlah, sudah berapa lama?"

"Kita sedang ada masalah, karena itu aku yang langsung mendatangimu ke tempat ini."

"Masalah? Sejak kapan raja dari para iblis memiliki masalah? Bukankah seharusnya kau sudah tahu sebelum kami semua tahu?"

"Di luar sana, ada banyak manusia yang sudah tidak membutuhkan pengaruh dari kita untuk membawa mereka ke neraka. Sepertinya mereka sudah cukup cerdas untuk mengambil paksa tugas kita!"

"Bukankah itu bagus? Aku pikir, sudah saatnya para iblis mendapat waktu istirahat panjang setelah pekerjaan melelahkan yang tidak ada habisnya. Aku pikir kau bisa memberi mereka tiket untuk tur ke surga!"

"Dasar sialan, aku sedang serius! Berhentilah bermain-main!"

"Ya, baiklah. Kali ini aku mencoba untuk mendengarkan keluh kesahmu, Bung!" 

Meski Leviathan mengatakannya, namun Lucifer tahu bahwa dia tidak benar-benar serius. Leviathan adalah iblis yang paling egois dan keras kepala. Bahkan iblis sombong seperti Asmodeus saja masih menunjukkan rasa hormatnya pada Lucifer, namun yang satu ini selalu bertingkah seenaknya sendiri. 

"Aku ingin memberimu tugas dan kali ini, aku tidak ingin kau menolaknya."

"Aku akan mempertimbangkannya jika kau memberitahuku tugas itu. Apa aku harus menenggelamkan seribu kapal yang ditumpangi manusia? Atau membuat badai besar untuk menghancurkan pemukiman?"

"Tidak, aku tidak ingin kau melakukan itu. Kau hanya perlu naik ke darat dan bekerja seperti iblis lainnya, menggoda manusia-manusia untuk melakukan kejahatan dan jadikan mereka pengikutmu di neraka."

***