DATING THE DUDA

DATING THE DUDA

QueenDee

0

Seorang gadis dengan make up tebal dan lipstik merah merona tampak keluar dari sebuah salon kecantikan. Dengan mini dress dan high heels nya membuat gadis itu tampak sangat waw. 

Namanya Aletta Abbas, seorang gadis dari pasangan Britania dan Luke. Aletta berusia 19 tahun sekarang, baru kemarin gadis itu lulus dari internasional high school. Aletta adalah anak tunggal dari pasangan pekerja keras, dimana Luke sang Papa adalah seorang pengusaha mebel dan Ibu nya bernama Britania seorang pengacara. 

Jadi bisa dibilang hidup Aletta sangat berkecukupan. Dia bahkan tidak perlu khawatir bagaimana nasibnya nanti. Karena sudah pasti warisan juga akan jatuh kepadanya sebagai anak satu satunya. 

Aletta berjalan menuju sebuah mobil pajero hitam diparkiran. 

"Mau kemana nona?"tanya sang supir saat Aletta sudah duduk manis dikursi belakang.

"Boleh antar aku ke kantor Papa? Uang yang kupegang habis."kata Aletta.

"Sure nona."kata supir paruh baya itu langsung menancap gas menuju ke sebuah kantor dengan 7 lantai dimana itu adalah perusahaan milik Papa Aletta yang sudah berdiri puluhan tahun.

"Papa dikantor kan?"tanya Aletta pada sang supir.

"Sepertinya dikantor nona, karena hari ini jadwal Bapak hanya mengecek barang yang akan di ekspor keluar negeri."jelas Jackson, sang supir.

Jackson memang menjadi supir pribadi keluarga Aletta, bukan supir pribadi Aletta. Jadi wajar saja jika Jackson tau jadwal Papa Aletta karena dia juga bertugas mengantar jemput sang Papa.

"Lucu sekali."celetuk Aletta kala mereka berhenti di traffic light dan banyak anak playgroup tengah menyeberang jalan bersama guru mereka.

"Kau sangat suka anak anak, pasti besok kau adalah Mama yang baik untuk anak anakmu."kata Jackson membuat Aletta tertawa kecil.

"Kau tau Jackson, aku sebenarnya tidak mau menikah."kata Aletta membuat sang supir menatap anak majikannya itu dengan mata melotot sampai sampai Jackson membalikkan badannya menghadap Aletta dibelakang.

"Kau disakiti pria mana nona? Bilang pada saya, akan saya uruskan."kata Jackson.

Aletta malah tertawa.

"Lihat kedepan Jackson, lampu sudah hijau."kata Aletta membuat Jackson memalingkan wajahnya dan benar saja traffic light sudah berganti menjadi hijau. 

Cepat cepat Jackson menancap gas karena mobil dibelakang mereka sudah tidak sabar berulang kali mengklakson. 

"Kau tau orangnya, dia anak CEO perusahaan makanan Jackson. Lebih kaya dari Papa, tidak mungkin kau bisa mengurusnya."kata Aletta membuat Jackson menganggukkan kepalanya.

"Sudah nona, tidak perlu memikirkan pria brengsek itu lagi. Dia kan sudah mengkhianatimu, cari saja pria baik. Apa perlu saya bantu carikan nona?" 

Aletta menggeleng kan kepala nya. 

"Sudahlah jangan bahas pria Jackson, aku masih 19 tahun."kata Aletta.

"Tapi Bapa dan nyonya ingin nona cepat cepat menikah bukan?" 

Aletta memutar bola matanya malas. 

"Bodo, aku tidak perduli. Biarkan saja, aku masih muda. Masih ingin bermain, nongkrong dengan teman teman, me time"

"Kalau begitu kuliah saja, pasti tidak akan disuruh cepat cepat kuliah"balas Jackson.

"Jackson! Saat di high school saja kepalaku hampir meledak. Big no kuliah"kata Aletta membuat Jackson tertawa.

Tak lama kemudian mobil pajero hitam itu memasuki gerbang besar sebuah perusahaan yang dijaga beberapa security. 

"Sana kalau mau main catur Jackson, aku akan lama disini."kata Aletta membuat Jackson mengacungkan jempolnya pada Aletta.

Aletta lalu keluar dari mobil nya dan berjalan menuju perusahaan sang Papa. Perusahaan dengan nama Aletta group itu sangat menjelaskan betapa Luke, Papa Aletta sangat menyayangi anak tunggalnya itu.

"Hai Aletta, mencari Papa mu?" 

Aletta menoleh mendapati seorang pria sekretaris Papa nya bernama Jhonny. 

"That's right! Dimana Papa sekarang?"tanya Aletta.

"Di ruangannya, sekalian bawa kopi ini untuknya."kata Jhonny membuat Aletta mendengus. 

Jhonny adalah adik dari Mama Aletta, itu mengapa dia berani memerintah anak bos nya. Karena Aletta adalah keponakan Jhonny.

"Kapan kau akan menikah?"tanya Aletta pada paman nya membuat pria dengan setelan hitam itu mendengus.

"Bocah berisik, sana temui Papa mu."kata Jhonny mengusir Aletta.

"Bye!"seru gadis itu sembari mengambil dua cup coffe yang tengah Jhonny pegang.

"KOPI KU!"teriak Jhonny namun Aletta malah terkikik melihat sang paman berteriak. 

"Thankyou Uncle, aku akan menikmati kopi ini."kata Aletta lalu hilang ditelan lift khusus untuk Papa nya.

Sampai di lantai lima lift berhenti dan Aletta langsung berjalan menuju sebuah ruangan. 

"Tok tok, your sweet heart in here Daddy" 

Aletta masuk kedalam dan nampak didalam tengah ada dua orang duduk di sofa bersama Papa nya. 

Aletta langsung meringis. 

"Jhonny sialan!"desis Aletta menyumpahi paman nya, karena pasti Jhonny sengaja tidak memberitahu Aletta kalau sedang ada tamu diruangan Papa nya. 

"Aletta ini teman Papa."kata Luke membuat Aletta yang ingin keluar dari ruangan itu akhirnya berjalan menghampiri Papa nya.

"Ini anak gadis saya satu satunya, nama nya Aletta." 

"Cantik, sangat cantik."kata wanita paruh baya pada Aletta.

"Thankyou Bibi."kata Aletta. "But you more beauty than me" lanjut nya membuat ketiga orang itu tertawa mendengar ucapan Aletta. 

"Putrimu sangat pandai berbicara Luke."kata seorang pria paruh baya disamping Bibi tadi.

"Oh ya, ini Paman Arman dan ini Bibi Kris. Mereka suami istri."kata Papa Aletta.

Aletta hanya manggut manggut.

"Aletta mau bertemu teman teman Aletta, Papa. Uang dong."kata Aletta menodongkan tangan kosongnya.

Bibi Kris dan Paman Arman tertawa mendengar ucapan Aletta sedangkan Luke menggelengkan kepalanya.

"Sebentar ya," kata Luke pada Bibi Kris dan Paman Arman. 

Papa Aletta itu lalu berjalan menuju sebuah pintu, Aletta sendiri membuntuti sang Papa dengan wajah girang. 

Keduanya masuk kedalam private room yang berada diruangan Luke. 

"Papa nanti lembur sampai malam, Mama juga ada sidang malam. Kamu dinner sendiri ya?" 

Aletta mengerucutkan bibirnya. 

"Aletta kerumah Charlotte saja." 

Luke mengangguk, pria itu lalu mengeluarkan segepok uang merah dari brankasnya.

"10 juta yang kesekian untuk bulan ini."kata Luke membuat Aletta terkikik.

"Tapi kan Aletta gunakan untuk beli keperluan melukis juga" kata Aletta.

Luke tertawa lalu mengelus puncak kepala sang anak.

"Ya ya, Papa percaya padamu. Anything for my sweat heart."kata Luke. "Papa mau ke toilet sebentar, kalau pergi pamit dulu dengan Bibi Kris dan Paman Arman didepan." 

"Ay ay Daddy!"balas Aletta lalu mengecup pipi Luke dan berlari keluar dengan segepok uang yang sudah dia masukkan kedalam tas branded nya.

"Paman, Bibi Aletta pamit dulu."kaya Aletta pada pasangan teman Papa nya itu.

"Hati hati ya cantik." 

Aletta mengangguk.

"Oh ya, Papa sedang ke toilet sebentar."ujar Aletta. 

"Ya, akan Paman dan Bibi tunggu."kata Paman Arman. 

Aletta lalu berjalan keluar dari ruangan besar milik Papa nya. 

"Siang Nona Aletta," 

"Siang."balas Aletta pada karyawan sang Papa yang menyapa nya.

Tentu saja Aletta ikut menjadi orang yang disegani, selain Aletta anak Luke, Aletta juga satu satunya orang yang akan menerima warisan dari sang Papa. 

Sesampainya diparkiran, Aletta melihat Jhonny sedang menyeruput kopi nya sembari bersandar di mobil. 

"Tadi bilang akan lama."kata Jackson.

"Papa ada tamu."kata Aletta. "Antar aku kerumah Charlotte, kau boleh istirahat setelah mengantarku. Papa dan Mama lembur nanti malam."

"Kalau begitu aku akan bermain golf, awas saja kau menelpon ku untuk mengantarkanmu lagi nona." 

Aletta berdecak.

"Tidak akan Jackson,"kata Aletta.

Keduanya pun masuk kedalam mobil. 

"Kau pasti dapat kopi dari Paman ku kan?" 

Jackson mengangguk. 

Jackson adalah sahabat Jhonny. Sebelum jadi sopir pribadi keluarga Aletta, keluarga nya sudah mengenal siapa Jackson karena Jhonny seringkali membawa nya kerumah. 

Tak lama mobil pajero putih itu pun meninggalkan perusahaan Aletta group. Sampai tak lama kemudian sampai lah mereka di sebuah rumah yang bak istana megah dengan warna kuning keemasan. 

"Paman, ini Aletta."teriak Aletta pada security yang menjaga gerbang rumah Charlotte. 

Dengan cepat gerbang terbuka lebar setelah Aletta berteriak.

"Aku pergi ya nona." 

Aletta mengangguk pada Jackson.

"Thankyou Jackson, aku akan menginap disini malam ini."

Jackson mengacungkan jempolnya lalu memutar stir mobilnya untuk berbalik arah. 

Baru saja Aletta masuk kedalam rumah besar Charlotte, Aletta langsung mendengus melihat ada siapa disana.

"Hai, Chris."seru Aletta pada seorang pria muda yang duduk bersama dua temannya diruang tamu. 

Aletta berjalan melewati ruang tamu besar Charlotte, tak memperdulikan ada yang memanggilnya.

Aletta malah masuk kedalam 

"Le?" 

"Charlotte sedang beli snack di supermarket Le,"

Aletta mengangguk. Pandangan Aletta berganti ke dua teman Chris. 

Aletta terdiam melihat siapa salah satu diantara mereka. 

"Aletta.."

"Whut loser?"balas Aletta padanya. 

"Bisa kita mengobrol sebentar?"

"Nope."kata Aletta lalu berjalan pergi meninggalkan tiga pria itu. 

Aletta lalu sampai depan suatu ruangan, Aletta membuka pintu nya dan langsung merebahkan dirinya dikasur yang ada didalam. Ruangan bernuansa ungu itu adalah kamar Charlotte. 

Tak lama seseorang masuk kedalam kamar Charlotte. Aletta melirik, ternyata Chris. 

"Kau tidak mau bicara dengan Felix sebentar?" 

"For what, Chris?"

Chris duduk disofa sembari menatap Aletta. 

"Dia khilaf dulu Le."

"Aku tidak perduli Chris. Sana keluar."ucap Aletta membuat Chris menghela napas. 

Pria dengan setelan santai itu lalu keluar dari kamar Charlotte meninggalkan Aletta yang terbaring di ranjang sendiri. 

"Siapa yang mau diajak balikan setelah memergoki cowok nya berciuman dengan sahabatnya sendiri."celetuk Aletta dengan kesal.