We Love You Papa

We Love You Papa

Eka Nanda

4.5

“Oppa… Eris… sarapan dulu yuk”

Kulihat suamiku berjalan menghampiriku dengan menggendong putri kecil kami yang sudah memakai seragam TK nya.

 

“Wah… Putri papa sekarang sudah besar, semakin berat. Pundak papa sakit nih kalau terus-terusan menggendong Eris. Hihihi…”

“Tidak boleh! Papa harus terus menggendong Eris selamanya” Rajuk putri kecilku yang memang sangat manja kepada papanya.

“Eris sayang, sekarang Eris sudah besar sekarang. Walau papa tidak menggendong Eris bukan berarti papa tidak sayang kepada Eris kan?” Pelan-pelan aku membantu suamiku mendudukkan Eris di kursi makan kesayangannya.

“Eris tidak mau menjadi besar. Kalau Eris besar nanti Eris bukan putri kecil papa lagi” Tampak air mata sudah menggenangi pelupuk mata Eris.

 

“Sudah-sudah… Kalau begitu papa akan berolahraga agar apa kuat menggendong Eris sampai kapanpun. Bagaimana? Sekarang kita makan ya, papa lapar”

“Yeeee! Siap papa!”

 

Aku hanya bisa tersenyum di tengah-tengah suasana hangat ini. Byun Baekhyun menikahiku tepat setelah kami lulus kuliah 6 tahun lalu. Saat ini kami sudah dikaruniai putri kecil yang sangat cantik dan manis bernama Byun Eris yang hampir memasuki usia 5 tahun. Suamiku bekerja sebagai dosen dan salah satu konsultan pemerhati anak di pemerintahan. Tidak heran kan jika suamiku sangat bisa menjaga perasaan putri kami?

 

“Eris, belajar yang pintar. Tidak boleh membantah ibu guru ya. Jangan mau jika diajak oleh orang asing, jangan percaya kepada ajakan dan kata-kata dari orang asing. Jika di sekolah, dengarkan kalimat dari ibu guru. Tapi jika di luar sekolah, hanya percayalah kepada papa dan mama. Mengerti?” Baekhyun oppa menasehati Eris dari dalam mobil setelah mengantar kami ke sekolah.

“Iya papa. Eris hanya akan mendengarkan kalimat papa dan mama. Eris janji”

“Anak pintar. Cepatlah masuk, nanti kalian terlambat”

 

Setelah suamiku pergi, Eris langsung berlarian menghampiri teman-temannya. Aku dan suamiku tidak melarang Eris berlarian, berteriak dan bermain bersenda gurau dengan temannya karena itulah yang mereka butuhkan, anak-anak membutuhkan sosialisasi namun dengan pengawasan kami sebagai orang tua tentunya.

 

Setelah pulang sekolah, aku langsung mengajak Eris pulang namun entah mengapa kali ini Eris sangat manja. Ia merengek mengajak ke kedai ayam goreng yang berada di dekat sekolah. Aku sudah berusaha membujuknya untuk makan di rumah namun Eris malah menangis sangat kencang. Di tengah-tengah itu suamiku menelfonku.

 

“Ya oppa? Ada apa?”

“Apa kau dan Eris Sudah pulang?”

“Belum, Eris merengek mengajak makan di kedai ayam goreng dekat sekolah. Maaf aku tidak bisa membujuknya”

“Tak apa, sesekali tak ada salahnya kan? Oh iya, aku memiliki waktu sebelum aku berangkat ke kampus siang ini. Aku akan kesana sekarang ya. Kita makan siang bersama”

“Benarkah? Oke, kami menunggumu”

“Oke, love you honey”

“Love you too”

-----

 

Suamiku menyusul dan makan siang bersama kami tapi mungkin kali ini Eris benar-benar memiliki emosi yang sedikit terlewat batas. Ia tidak mau menghabiskan makannya padahal ia sendiri yang memintanya, ia terus bermain ayunan dan prosotan yang ada di tempat itu.

 

“Oppa… Ada apa dengan Eris? Mengapa ia sangat bandel?” Rajukku yang nyaris menangis.

“Hey, jangan menangis. Wajar kalau dia bandel dan nakal karena memang usianya adalah usia bermain. Yang penting kita harus mengawasinya. Mengerti?”

“Hm, terima kasih oppa”

“Terima kasih sudah mengandung, melahirkan dan merawat putri kecilku sampai sekarang. Maaf aku tidak bisa membantu banyak. Pasti kau kerepotan ya? Apa kau lelah? Jangan sampai stress ya sayang”

“Tidak oppa. Aku bahagia bisa menjadi mama dari putrimu. Kau sudah sangat membantuku. Jangan merasa bersalah seperti itu. Aku lelah tapi aku menikmatinya karena memang ini tugasku”

“Hm, kau luar biasa”

 

Baekhyun oppa menenangkanku dengan merangkul lalu menciumku. Tiba-tiba Eris menarik baju papanya itu dan lagi-lagi merengek meminta boneka Pikachu besar yang dijual di toko seberang jalan.

 

Kami berusaha mengalihkan perhatiannya namun lagi-lagi gagal. Eris menangis semakin kencang. Ia baru saja membeli boneka beberapa hari yang lalu sehingga kami mempertahankan pendirian kami untuk tidak membelikannya boneka itu. Baekhyun oppa menggendong Eris menuju mobil dan aku masih sibuk mengemasi barang-barang dan tas Eris.

 

Setelah aku keluar dari kedai, kulihat suamiku berdiri di sebelah mobilnya sambil mengangkat telfon. Tidak kulihat Eris di sana. Apa Eris sudah masuk ke mobil? Tiba-tiba perasaanku tidak enak, kuarahkan pandanganku ke sekeliling dan benar saja, kulihat Eris berlari menuju toko boneka tersebut. Aku berlari mendekatinya dan tiba-tiba dari arah kanan kulihat ada sedan hitam melaju cukup kencang.

 

“Astaga! ERIIIIS!!!!”

 

Brak…

 

Mobil itu menabrak putri kecilku. Putri kecilku kini mengeluarkan darah dari tangan dan kepalanya. Baekhyun oppa yang terkejut juga langsung berlari menghampiriku yang kini sudah memangku kepala Eris.

 

“OPPA! ERIS… HIKS… BAGAIMANA INI?  HIKS…” Aku histeris sambil berusaha menutup luka kepala Eris berharap kepalanya berhenti mengeluarkan darah.

“Kita ke rumah sakit sekarang! Tenanglah, Eris pasti baik-baik saja”

 

Aku menggendong Eris menuju mobil. Aku terus terisak sedangkan suamiku terlihat sangat panik saat menyetir mobil. Kami belum bisa saling menguatkan karena kami masih kalut.

 

Sesampainya di rumah sakit, Eris segera ditangani oleh Dokter dan Perawat. Tubuhku berlumuran darah. Baekhyun oppa memelukku dan kami berdua sama-sama menangis. Suamiku hanya mengucapkan “maaf” dan “maaf”. Ia sangat merasa bersalah karena tidak memperhatikan Eris saat mengangkat telfon. Aku sadar sepertinya aku juga harus menenangkan suamiku karena daritadi yang ia katakana hanya “maaf”.

 

Tangisku sudah berhenti, kini Eris sudah dipindah ke kamar rawatnya. Tapi kulihat pandangan suamiku masih kosong. Ia memandangi Eris dengan pilu.

 

“Oppa. Jangan salahkan dirimu. Luka Eris masih bisa diobati dan kata dokter cidera kepalanya tidak parah” Ucapku kepada suamiku namun tetap tidak ada jawaban darinya. Ia masih diam dengan pandangan mata yang kosong.

 

Aku pulang untuk mengambil beberapa baju ganti untuk suamiku karenai ia bilang ingin menunggui Eris. Tadi suamiku tertidur sehingga terpaksa aku pulang dengan bus. Saat perjalanan kembali ke rumah sakit, aku melihat sebuah berita online melalui ponselku dengan judul “Seorang Pemerhati Anak Lalai dan Tidak Memperhatikan Anak Kandungnya Sendiri”, ada pula berita berjudul “Seorang Pemerhati Anak Asyik Menerima Telfon, Hingga Tak Sadar Anaknya Tertabrak Mobil”, dan yang paling parah adalah “Seorang Pemerhati Anak Ternyata Tidak Menyayangi dan Memperhatikan Anaknya Sendiri”.

 

Air mataku menetes, betapa kejamnya pemberitaan ini. Suamiku tidak seperti itu. Semoga suamiku tidak membaca berita ini.

 

Aku berlari menuju kamar rawat Eris berharap suamiku belum membaca berita itu. Tapi aku terlambat, aku melihat suamiku sedang mengamati layar ponselnya dengan tubuh gemetar. Aku segera berlari mengambil ponselnya dan memeluknya.

 

“Tak apa oppa. Berita itu bohong. Kau tidak seperti itu. Jangan dipikirkan. Kau adalah papa terbaik untuk Eris”

“…” Suamiku tidak menjawab bahkan tidak membalas pelukanku.

 

Tiba-tiba aku mendengar suara rintihan Eris dan kami langsung mendekati Eris.

“Eris sayang, tak apa. Eris anak pintar, ini akan sakit namun tidak akan lama” Aku berusaha menghibur Eris yang menangis dan mengusap tangannya yang bebas luka.

“Maaf… papa… hiks”

“Kenapa sayang?” Tanya suamiku.

“Maaf… papa” Eris hanya mengucapkan kata-kata itu dari tadi.

“Eris merasa bersalah karena tidak menurut kepadamu oppa” Ucapku.

“Darimana kau tahu?”

“Aku mamanya. Aku tahu sifat Eris”

“Eris sayang, papa juga minta maaf ya. Papa tidak memperhatikan Eris”

“Eris… nakal… Eris membuat papa susah. Hiks… Maaf, pa”

 

Tubuh suamiku semakin lemas, ia pun terduduk di lantai sebelah ranjang Eris sambil menicumi tangan Eris dan ia masih mengucapkan kata “maaf”.

 

 

Setelah 4 hari dirawat, Eris sudah boleh pulang ke rumah. Namun ada yang berubah dari suamiku. Ia menjadi diam, sangat diam. Suami yang biasa membuatku semangat kini hilang. Ia murung dan mengurung diri di dalam kamar, bahkan walau aku tidur di sebelahnya pun ia tidak menganggapku ada. Sesekali kugenggam tangannya dan memeluknya namun hasilnya tetap sama.

 

Tok tok tok

“Papa…” Panggil Eris dari luar kamarku dan suamiku.

“Oppa, Eris merindukanmu” Ucapku yang hanya dibalas dengan lirikan suamiku ke arah pintu. Ia belum mau membukakan pintu untuk putrinya sendiri.

 

Aku memutuskan membukakan pintu untuk Eris, Eris yang masih tertatih dalam berjalan langsung memelukku dan memandangi papanya.

 

“Dekati papa pelan-pelan ya” Ucapku

Eris hanya mengangguk dan mendekati papanya. Eris terlihat memeluk kaki suamiku yang saat ini duduk di kursi kerjanya. Biasanya ia akan langsung menggendong Eris namun kali ini tidak. Bahkan melihat Eris pun tidak.

 

“Apa papa marah kepada Eris? Eris minta maaf, pa. Eris janji tidak akan nakal. Eris akan menurut kepada perintah papa. Eris tidak akan meminta makan ayam goreng lagi, Eris tidak akan meminta boneka lagi, Eris akan menjadi anak yang baik. Tapi tolong gendong Eris lagi. Eris rindu papa”

 

Aku menangis melihat anakku diabaikan oleh papanya sendiri. Tapi hatiku lebih sakit karena pemberitaan-pemberitaan itu. Suamiku menjadi bahan gunjingan serta olokan mahasiswanya dan rekan kerjanya. Belum lagi komentar-komentar netizen dunia maya yang masih senantiasa melontarkan tuduhan, hujatan dan kata-kata kasar yang tidak patut di dengar. Padahal kenyataannya, suamiku mungkin lalai saat itu, tapi ia tidak sampai “tidak menyayangi dan tidak memperhatikan” anaknya sendiri. Bahkan suamiku beberapa kali dengan terbuka meminta maaf jika ada orang yang mengoloknya. Suamiku orang baik dan hatinya tulus.

 

 

~2 hari selanjutnya~

“Oppa, Eris demam, dia selalu memanggilmu. Tolong oppa. Bicaralah dengannya”

“Papa macam apa aku ini? Aku memperhatikan anak orang lain tapi anakku sendiri kulukai”

“Tidak oppa. Bukan seperti itu. Orang-orang itu asal bicara karena mereka tidak tahu. Lihat mataku oppa” Terpaksa aku menangkup pipinya dan mengarahkan wajahnya kedepan wajahku.

 

“Siapa yang kau percaya? Aku dan Eris atau orang-orang bermulut kejam itu? Kau yang selalu mengatakan kepada kami jangan mempercayai orang asing, kami hanya percaya kepadamu. Jadi saat ini, tolong, percayalah kepada kami bahwa kau tidak sepenuhnya salah. Jika kau memang salah dan lalai saat itu, setidaknya hal itu bisa menjadi pelajaran untuk kita semua. Oppa, temani aku mendidik dan merawat Eris. Aku tidak bisa sendiri. Aku membutuhkanmu. Kembalilah kepada kami, temui Eris. Betapa sayangnya Eris kepadamu sampai dia demam karena beberapa hari kau abaikan”

“Aku melukai anakku sendiri!”

 

Baekhyun oppa memelukku sangat erat. Ini pertama kalinya ia menangis setelah terakhir kali ia menangis di rumah sakit karena ia menahan air mata dan emosinya selama ini.

 

Baekhyun oppa berjalan menuju kamar Eris. Dilihatnya putri kecil kami tertidur dan lemas dengan handuk kecil yang kuletakkan di keningnya.

 

“Maaf…papa…maaf…papa” Racau Eris dalam tidurnya.

“Eris sayang. Papa disini. Papa memaafkanmu. Papa juga minta maaf ya” Baekhyun oppa mencium kening dan pipi Eris.

 

Eris membuka matanya dan langsung duduk lalu memeluk papanya.

“Jangan langsung duduk sayang, nanti kepalamu pusing”

“Maafkan Eris, pa. Jangan marah kepada Eris. Eris sayang papa. Eris cinta papa. Hiks…”

“Jangan menangis sayang. Papa tidak marah, papa juga sayang kepada Eris. Cepat sembuh ya”

 

Kulihat Eris dan Baekhyun oppa saling melempar senyum. Hal yang tidak kulihat selama 1 minggu ini.

 

“Ingatlah oppa, kamilah yang ada untukmu, kamilah yang bersamamu, jadi kami yang tahu bagaimana dirimu. Jangan terlarut dalam kesedihan hingga mengorbankan kehidupanmu. Aku tahu kau butuh waktu untuk sendiri, untuk merenung, tapi tolong jangan terlalu lama. Aku butuh oppa, Eris juga butuh papanya. Jangan terlalu memikirkan kata-kata mereka karena kenyataannya tidak seperti itu”

“Maafkan aku, sayang. Maafkan papa, Eris. Terima kasih sudah berada disampingku setiap saat”

We love you papa” celetuk Eris yang membuat kami terkejut

“Wah, Eris sudah bisa berbahasa Inggris? Ulangi lagi sayang” Pinta Baekhyun

“Eris and mama love papa. We love you, papa”

I love you too, sayang”

 

THE END