Sokcho, Gangwon-Do, South Korea, 2015
Semilir angin yang berhembus menelusup masuk ke dalam kamarku ketika aku membuka jendela, membawa banyak atmosfer baik ke dalam diriku di pagi hari ini. Wangi embun pagi yang punya harum khas itu ternyata belum hilang. Aku pun menghirupnya dengan bahagia sambil memejamkan mata. Setelah beberapa detik mengisi paru-paruku dengan oksigen segar serta memanjakan indra penciumanku dengan wangi favoritku, aku pun beralih pada seperangkat benda yang sudah beberapa tahun terakhir ini menemaniku dengan setia. Monitor, keyboard, CPU, dan perangkat lainnya yang secara singkat kusebut PC.
Aku pun duduk di sebuah kursi yang menghadap langsung ke layar monitor itu. Kuhidupkan benda yang kerap disebut PC itu dan tak butuh waktu lama, aku kembali masuk ke dalam duniaku. Dunia dimana aku bergelut dengan ratusan kata-kata dan jutaan imajinasi. Sungguh menyenangkan ketika melihat kedua hal itu bersatu padu kemudian membentuk sebuah cerita. Dan kalian perlu tahu, inilah pekerjaanku. Ya, aku berprofesi sebagai sutradara sekaligus penulis.
Pagi itu aku masih berkutat dengan PC-ku dan serangkaian imajinasi yang melintas di otakku. Aku hampir saja lupa waktu, sampai pada akhirnya...
“Sooyoung-ah? Apa kau akan terus bersarang di kamarmu seharian? Duduk di depan komputer kesayanganmu itu dan mengetik naskah selama berjam-jam di hari libur seperti ini tanpa memperdulikanku?”
Seluruh imajinasiku buyar, diinterupsi oleh suara seseorang yang begitu aku kenal. Aku menoleh ke arah pintu kamarku yang sedikit terbuka, ada seseorang yang sedang berdiri sambil menatapku di ambang pintu. Aku tersenyum padanya.
“Jika iya, apa kau akan menghukumku dengan sihirmu itu?” Kataku. Dia terkekeh pelan lalu berjalan masuk ke dalam kamarku.
“Yak Sooyoung-ah! Aku Kim Joon Myun bukan Suho! Aku manusia biasa dan bukan monster, dan satu lagi...” Dia menatapku sebal kemudian mendekatkan wajahnya pada wajahku.
“Hmm?”
“I’m your husband, and not your beloved fictional character.”
Tawaku pecah saat itu juga. Rupanya pria ini cemburu pada sosok karakter favoritku dalam novel milik pamanku.
“Hahahahaha, ternyata kau cemburu pada karakter novel ha? Kau ini benar-benar! Hahahaha.”
“Berhenti mentertawakanku, matikan PC-mu dan lekas lah turun ke bawah. Aku sudah menyiapkan sarapan pagi untukmu.” Dia mengacak-acak rambutku lalu berjalan meninggalkan kamarku.
“Kuberi waktu 5 menit! Jika kau tidak turun juga aku akan menyihirmu! Poof!” Serunya dengan suara yang semakin mengecil karena ia semakin jauh dari kamarku. Dasar Joon Myun, sudah hampir kepala tiga tapi tingkah polah masih seperti bocah. Ah dia memang orang yang lucu. Itulah Kim Joon Myun, wujud anugerah Tuhan yang paling indah yang pernah kumiliki.
Ah ya, aku sampai lupa untuk memperkenalkan diri. Namaku Park Sooyoung atau kalian bisa memanggilku dengan nama kerenku Park Joy. Saat ini usiaku hampir menginjak dua puluh lima tahun. Aku adalah anak tunggal dari salah seorang produser film terkenal di Korea Selatan, Park Jung Soo namanya. Ayahku juga memiliki rumah produksi sendiri, jadi aku tidak perlu susah-susah untuk mencari pekerjaan. Bukan manja, akan tetapi Ayah memintaku untuk bekerja untuknya.
Perlu kalian tahu, aku bukanlah seorang gadis yang suka bergelut dengan kata-kata atau imajinasi, apalagi membaca buku. Aku benci semua itu. Aku ini adalah seorang gadis metropolitan yang mencintai kehidupan glamour. Aku senang berfoya-foya bersama Seulgi, Wendy, Irene dan si bocah tengik Yeri. Ya mereka adalah teman-teman seper-bolosanku semasa kuliah. Lalu bagian selanjutnya kalian akan bingung mengapa aku bisa menjadi seorang sutradara sekaligus penulis seperti sekarang ini. Oke tenang, akan kujelaskan semuanya.
Pertama-tama Ayah, dan Paman Kyu adalah dua orang yang punya banyak andil dalam hal ini. Mereka banyak mengubahku. Kalian pasti ingin tahu siapa sebenarnya Paman Kyu itu. Paman Kyu adalah adik dari Ayah. Nama lengkapnya Park Kyuhyun. Dan aku memanggilnya Paman Kyu. Dia adalah seorang pecinta puisi, novel, dan bentuk karya sastra lainnya. Paman Kyu juga seorang pecinta alam dan binatang. Sungguh kepribadian yang jauh berbeda denganku. Dia tinggal dan menetap di mansion milik keluarga Park yang berada di pedalaman hutan di provinsi yang sama denganku, provinsi Gangwon. Mansionnya besar dan pemandangannya sungguh menakjubkan karena dekat sekali dengan Gunung Seorak. Paman Kyu paling anti dengan kehidupan modern di Seoul. Dia bukan kuno, dia tahu sosial media dan perkembangannya yang sangat pesat. Hanya saja dia adalah spesies manusia introvert stadium akhir yang akan merasa stress bahkan gila jika lama-lama berada di dalam sebuah suasana ingar-bingar. Dia juga pribadi yang cukup misterius namun punya segudang keunikan dan bakat yang luar biasa. Bisa kusimpulkan dia adalah salah satu spesies manusia langka di dunia ini yang harus dilestarikan. Paman Kyu memutuskan untuk menetap di mansion pribadi milik keluarga Park. Mansion yang dibangun oleh mendiang nenek dan kakekku untuk kedua putra mereka.
Sebenarnya bukan hanya itu penyebab Paman Kyu membenci kehidupan modern di Seoul dan enggan untuk kembali lagi kesana. Lebih tepatnya lagi Paman Kyu pernah punya pengalaman buruk-maksudku trauma yang mendalam saat ia tinggal di Seoul. Sedikit cerita tentang Paman Kyu, dia pernah mengalami trauma berat ketika istrinya-Bibi Seo meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan maut di Seoul. Kata Ayah, saat itu mereka baru saja menikah dan Bibi Seo sedang mengandung anak pertama dari Paman Kyu. Namun, nasib naas menimpa keluarga kecil mereka. Dan Paman Kyu adalah satu satunya orang yang selamat dari kecelakaan maut itu. Dia kehilangan keluarga kecilnya. Paman Kyu sempat melewati masa-masa tersulit dalam hidupnya sebelum akhirnya ia menjadi penulis yang sukses seperti sekarang ini.
Setelah kecelakaan maut itu menimpa Paman Kyu dan keluarga kecilnya, Paman Kyu mengalami depresi berat bahkan kata Ayah, dia hampir gila. Dokter pribadi keluarga Park menyarankan agar Paman Kyu dibawa ke suatu tempat yang jauh dari Seoul demi kesembuhan dirinya. Oleh karena itu, Ayah tak punya pilihan lain selain membawa Paman Kyu ke mansion milik keluarga Park.
Yah kurang lebih seperti itulah gambaran seorang Park Kyuhyun. (tentunya ditinjau dari sudut pandangku) kau bisa menafsirkannya sendiri saat kau sudah mengenalnya. Dia cukup baik, sangat baik malah. Hatinya begitu lembut. Akan tetapi jangan heran jika dia agak sedikit freak dengan hobi-hobinya.
Lalu, bagaimana cara Ayah dan Paman Kyu mengubah diriku?
Semuanya berawal dari peristiwa yang terjadi tujuh tahun lalu. Saat aku masih berusia delapan belas tahun, saat aku masih menjadi mahasiswi semester awal yang sering berbuat kenakalan. Membolos kuliah, pergi ke klub malam dan menghamburkan uang bersama teman-temanku. Dan karena kenakalanku itu aku dihukum oleh Ayah.
Dan kalian tahu apa hukuman yang diberikan oleh Ayah untukku?
“Karena kau sudah melanggar janji untuk tidak pergi lagi ke klub malam, maka ayah akan memberikanmu hukuman.”
“Ayolah ayah, kupastikan ini tidak akan terjadi lagi. Ini yang terakhir kalinya. Aku bersumpah!”
“Tidak usah panik sayang, ayah tidak akan menghukummu dengan hukuman yang berat.”
“Benarkah? Lalu apa hukumanku?”
“Tidak ada festival musim panas untukmu tahun ini. Dan tahun ini ayah akan mengirimmu liburan ke rumah Paman Kyu.”
“APA?! Rumah Paman Kyu?!” (bagian yang di sorot kuning itu flashback ya)
Ayah melarangku untuk mengikuti festival musim panas dan mengirimku ke rumah Paman Kyu. Yah, kalian bisa bayangkan bagaimana kecewanya seorang Park Joy-queen of summer festival- itu pada ayahnya. Saat itu, aku benar-benar kecewa, kesal, dan marah pada Ayah. Bahkan aku sempat enggan bicara dengannya selama beberapa hari. Dan ketika Ayah benar-benar mengirimku ke rumah Paman Kyu, dimana saat itu aku disuguhi oleh pemandangan hutan liar yang sama sekali asing bagiku, disitu aku merasa bahwa liburan musim panasku saat itu benar-benar akan menjadi liburan musim panas terburuk yang pernah ada. Bahkan aku masih ingat kalimat yang diucapkan oleh Paman Kyu saat ia menyambut kedatanganku.
“Selamat datang di dunia baru Joyie-ah! Paman tahu kau akan sedikit kesulitan menyesuaikan segalanya disini. Akan tetapi percayalah pada paman itu tidak akan berlangsung lama. Kau akan segera menyukainya. Menyukai segala yang ada disini.”
Begitu katanya, dan aku-yang masih sok tahu dengan ekspektasiku- hanya membalas sambutan ramah Paman Kyu dengan anggukan malas.
Rasanya lelah untuk terus merengek pada Ayah agar segera dipulangkan ke Seoul, toh Ayah tidak akan memperdulikanku. Ia masih tetap setia pada dalihnya mengirimku kesini untuk mempelajari segala sesuatu. Karena mulai merasa lelah merengek untuk dipulangkan, aku mulai mencari-cari sesuatu yang bisa membuatku sedikit betah disini. Yah meskipun sikap Paman Kyu sudah membuatku sedikit nyaman disini, setidaknya aku harus mencari sesuatu yang lebih dari itu.
Mansion ini memang sangat besar. Bahkan untuk mengelilingi setengahnya saja sudah membuat kakiku lelah setengah mati. Tapi itu bukan berarti aku lelah menjelajah mansion ini untuk mencari sesuatu yang unik dari rumah ini. Aku terus mencari dan mencari, hingga pada akhirnya aku menemukan sebuah hal yang fantastis dari rumah ini.
Aku menemukan sebuah perpustakaan rahasia yang sepertinya ‘disembunyikan’ di balik sebuah pintu kecil yang ada di samping tangga menuju kamarku dan kamar Paman Kyu. Jika dilihat dari namanya, tentu perpustakaan bukan sesuatu yang mengagumkan untukku. Tapi kali ini berbeda, perpustakaan yang kutemui ini sangat besar untuk berada dalam ukuran rumah sebesar ini.
“Wow, ini sangat mengagumkan!” Ujarku pada saat itu.
Sebelumnya aku bukan pecinta buku, namun hari itu aku sukses menjadi pecinta buku dalam sehari. Ku akui buku-buku yang ada disana cukup menarik. Hari itu aku merasa aku telah menemukan sesuatu yang membuatku betah untuk tetap tinggal di mansion Paman Kyu.
Ada satu lemari kaca di ruangan itu. Di lemari kaca itu pun tertulis larangan untuk membaca semua buku yang ada di lemari kaca itu. Namun aku mengindahkannya karena aku beranggapan buku-buku itu pasti spesial. Karena iseng, aku pun membuka lemari kaca itu dan mengambil satu buku tua dengan judul “The Story Of Emerald & Ruby” dan dengan kertas-kertas yang sudah menguning. Dan aku tidak pernah tahu buku itu adalah buku ajaib. Setahuku buku ajaib hanyalah mitos yang sering ditampilkan dalam film atau novel fiksi.
Aku terlalu larut dalam euphoria, sampai aku lupa akan satu hal. Aku lupa kalau aku telah melakukan kelancangan. Mengapa aku bisa berpikir begitu? Itu karena Paman Kyu tidak pernah menjelaskan atau memberitahu ruangan ini sebelumnya. Dan kalian harus tahu, aku langsung mendapat hukumannya hari itu juga.
Semua yang kupikir hanya mitos itu benar-benar terealisasikan dengan sangat nyata di hari itu. Mahluk-mahluk yang berada di dalam buku itu keluar dan menjadi nyata. Membuat ruangan perpustakaan yang semula rapi dan sunyi menjadi kacau balau. Aku mulai takut. Dan ketakutanku bertambah setelah aku bertemu dengan sosok Kris. Mahluk buas dengan tubuh besar dan kekar yang hampir menyerupai tubuh manusia namun setengah wajahnya adalah tengkorak. Oh, jangan lupakan taring dan kuku-kuku panjangnya yang siap membunuh siapa saja yang ia inginkan.
Hari itu, Kris hampir saja membunuhku. Dan aku sempat berpikir bahwa mungkin saja hari itu adalah hari terakhir aku hidup di bumi jika saja ‘mahluk aneh’ itu tidak datang menyelamatkanku. Ya, aku diselamatkan oleh sesosok mahluk aneh dengan wujud menyerupai manusia namun tidak seutuhnya seperti manusia. Mahluk itu bertelanjang dada, bersayap, bersurai putih dan memiliki tanduk seperti rusa. Aku juga tidak akan pernah melupakan manik mata emerald nya yang indah itu. Sungguh manik mata yang sangat memikat. Dia Suho, karakter favoritku yang sempat kuceritakan tadi. Dan seperti itulah pertemuan pertamaku dengan dirinya.
Kembali lagi pada Paman Kyu dan reaksinya setelah mengetahui kekacauan yang terjadi akibat kelancanganku. Paman Kyu sempat memarahiku dan pada akhirnya menjelaskan semuanya.
“Joyie-ah, sulit untuk menjelaskan ini semua. Kau tahu aku ini seorang yang freak bukan? Meski ini akan terdengar tidak masuk akal, kali ini kau harus percaya pada kata-kata pamanmu ini.”
“Apa yang akan terjadi paman?”
“Kris dan beberapa pengikutnya tidak benar-benar pergi Joyie-ah. Waktu itu kau hanya sedang beruntung saja. Karena kau dianggap telah membebaskannya, Kris dan pengikutnya akan mencarimu. Dia akan menjadikanmu pengikutnya juga.”
“Pengikutnya?”
“Dia akan membawa jiwamu ikut bersamanya. Ikut pergi ke dunianya. Atau dengan kata lain, ragamu tetap hidup namun jiwamu telah mati.”
Saat mendengar penjelasan Paman Kyu, aku menjadi takut. Satu hal yang saat itu terlintas di benakku adalah Suho. Entah mengapa saat itu aku begitu merindukan sosok aneh itu. Setiap kali aku merasa terancam, aku merasa selalu saja ada sesuatu yang melindungiku dari kejauhan. Aku merasa itu Suho. Dan aku berharap dia bisa datang lagi untuk melindungiku. Pernah ada satu hari dimana Suho benar-benar menemuiku dan memintaku untuk melakukan sesuatu.
“Nona, ini aku. Mahluk yang sempat kau temui beberapa hari lalu. Aku datang kemari hanya ingin meminta sesuatu padamu.”
“K...kau? Apa yang kau inginkan?”
“Demi keselamatanmu dan demi takdir bangsa kami, tolong musnahkanlah buku itu. Aku memohon kepadamu. Akan terjadi kekacauan yang lebih besar lagi jika kau mempertahankan buku itu untuk waktu yang lebih lama lagi.”
“Lalu... Jika aku musnahkan buku itu, apa yang akan terjadi?”
“Kami akan meninggalkan dunia manusia dan kembali ke dunia kami. Kami akan kembali pada takdir kami yang sebenarnya.”
“Kau juga akan musnah dari duniaku? Begitu?”
“Kau benar nona.”
“Tunggu, apakah kau yang selama ini melindungiku dari ancaman atau teror yang dikirimkan Kris padaku?”
“Ya itu aku nona. Aku adalah bagian dari klan emerald. Sifat kami adalah saling menjaga satu sama lain, terutama menjaga hal apapun yang menjadi sasaran klan ruby. Termasuk dirimu nona. Kau adalah bagian dari incaran para ruby saat ini. Maka dari itu kau harus segera musnahkan buku itu agar kau selamat dan kami semua bisa kembali pada takdir kami.”
Kukira itu hanya mimpi, namun aku bisa membuktikan pada diriku sendiri jika pertemuanku dengan Suho adalah nyata dan bukan sekedar bunga tidur atau lucid dream. Aku sempat menyimpan beberapa helai bulu sayapnya yang jatuh ke dalam sebuah toples bening.
Jujur, saat itu aku tidak ingin memusnahkan buku itu. Karena kupikir jika aku memusnahkan buku itu, maka Suho akan menghilang untuk selamanya. Dan sebenarnya aku tidak mau itu terjadi. Namun ternyata, Paman Kyu pun mengatakan hal yang sama. Ia juga mengatakan bahwa ia akan membakar buku itu untuk menyelesaikan semuanya. Tak ada lagi yang bisa kulakukan selain benar-benar membakar buku itu. Aku dan Paman Kyu pun akhirnya membakar buku itu. Menjadikannya abu yang tak lagi berharga.
Pertanyaannya, mengapa aku begitu cemas saat Suho menghilang dari hidupku? Ya, karena semenjak pertemuan pertamaku dengannya, dan sejak aku merasa dia melindungiku, perasaan aneh itu hinggap di hatiku. Ya, aku menyukai mahluk aneh itu.
Dan intinya, seperti itulah cara Ayah dan Paman Kyu dalam mengubah kepribadianku. Sangat apik dan unik sekali. Aku ingin berterimakasih banyak pada mereka berdua. Khususnya pada Paman Kyu. Darinya aku banyak belajar hal-hal menarik tentang sastra dan imajinasi. Begitu pula tentang kesederhanaan. Tak tanggung-tanggung aku juga sempat dibuat freak karena pernah jatuh cinta pada mahluk yang ada di bukunya.
Satu hal lagi yang menarik dari ceritaku ini adalah soal keterkaitan antara sosok Suho dengan sosok Kim Joon Myun-pria yang saat ini telah resmi menjadi pendamping hidupku. Mengapa aku mengatakan bahwa Joon Myun adalah anugerah terindah yang diberikan Tuhan untukku? Ya, karena Joon Myun memiliki wajah yang begitu mirip dengan Suho yang pernah kucintai sebelumnya. Dia itu seperti versi manusia biasa dari Suho. Semenjak Suho pergi, aku merasa patah hatiku ini adalah hal yang cuma-cuma. Karena Suho bukanlah manusia, sampai kapanpun aku tidak akan pernah bertemu dengannya lagi.
Namun Tuhan berkata lain, dia paling tahu bagaimana cara terbaik untuk menghibur hati hambanya. Tuhan menghadirkan sosok Kim Joon Myun-pria tampan, penyayang, cerdas, dan baik hati itu untukku. Jangan mengira bahwa Joon Myun adalah pelampiasanku saja, karena aku benar-benar mencintainya. Soal perasaanku pada sosok Suho, anggaplah itu sebagai penambah rasa cintaku pada Joon Myun.
“Jadi, apa proyekmu selanjutnya nona Park?” Tanya Joon Myun sambil memotong daging.
“Selanjutnya adalah kisah pribadiku. Kisah antara aku, kau, dan Suho. Aku akan mengangkatnya menjadi sebuah film atau novel.” Ujarku, lalu tersenyum mantap.
“Pastikan di bagian ending nya kau jadi menikah denganku. Aku akan menjadi kritikus dengan komentar terpedas jika di bagian ending kau menikah dengan mahluk aneh itu.” Lagi-lagi ia cemburu.
“Tentu saja sayang. Aku mencintaimu, dan ‘pernah’ jatuh cinta pada karakter novel oke?” Aku mengerling, berusaha membujuk Joon Myun yang mulai sebal kembali.
“Dasar genit.” Hujatnya, kemudian kami tertawa bersama.
-THE END-