Namaku Hanin, aku ingin menceritakan kisahku saat aku masih menjadi mahasiswi dan masih menjadi anak kost. Aku memiliki pengalaman yang mungkin cukup menyeramkan bagi beberapa orang. Pengalaman ini kudapatkan saat satu kamar kost dengan sahabatku, Dinda. Kami sudah berteman sejak kelas 1 SMA, ia seorang gadis yang pintar dan baik hati, namun ia terkadang tidak percaya diri. Ia juga seorang yatim piatu yang menambah ketidakpercayaan dirinya. Ia selalu mengeluh karena tidak memiliki wajah yang cantik. Ia juga cukup sulit dalam hal percintaan. 3 tahun berteman dengan Dinda aku sering sekali mendengar curhatannya, ia selalu gagal dalam mendekati seorang laki-laki.
“jadi pengen ke dukun” kata-kata yang selalu ia ucapkan, dan selalu ku tertawakan, jaman sekarang siapa yang masih percaya hal seperti itu, jawabku.
Aku melalui masa SMA dengan cukup baik, hingga kami lulus. Aku pergi kuliah keluar kota dan tinggal di sebuah kost-kostan sederhana. Aku dan Dinda sudah berjanji untuk tinggal satu kost, agar menghemat biaya. Selama liburan aku menghabiskan waktu di kampung halamanku, begitu juga Dinda. Hingga beberapa bulan setelah liburan, kami bertemu di kota tempat kami akan berkuliah, tentu sangat antusias membayangkan bagaimana serunya kami akan satu kost. Namun saat bertemu dengan Dinda aku merasa ada yang berubah dalam dirinya, aku merasa wajahnya tampak lebih bersinar dari biasanya.
“ciee yang selama dikampung perawatan, makin bersinar aja kamu Din” yang hanya dibalas tawaan kecil oleh Dinda.
Kami merapikan barang-barang dan duduk di ruang tengah. Kost yang kami tinggali memiliki satu kamar yang cukup luas, satu dapur, satu kamar mandi dan satu ruang serba guna. Aku duduk diseblah Dinda yang sedang melipat pakaiannya.
“Belum selesai aja Din?” tanyaku padanya.
“iyaa nih, kayanya aku kebanyakan bawa baju deh, hahaha” aku tertawa. Dinda terdiam, dan menatapku. Aku bingung kenapa ia menatapku seperti itu, dan -memasang wajah seolah-olah bertanya “ada apa?”. Dinda tersenyum dan menggeleng “gapapa kok”. Aku diam dan mengangguk pelan.
Masa ospek kami lalui dengan lancar, dan kulihat Dinda kini menjadi pusat perhatian, aku senang melihatnya apalagi itu adalah yang diinginkannya sejak dulu. Dinda juga kelihatan bahagia akhir-akhir ini yang membuatku juga tentunya bahagia. Setelah beberapa hari menjalani masa kuliah, aku mendengar kabar bahwa Dinda sekarang sudah memiliki kekasih. Setelah selesai membersihkan wajah dan bersiap tidur, aku menghampiri Dinda
“ciyee yang akhirnya punya pacar, PJ (pajak jadian) dongg” aku menggoda Dinda yang sedang duduk membaca novel di kost.
“apaan sih Han, biasa aja kok” Dinda menjawab dengan malu, aku tertawa melihat wajah malunya.
“kemaren juga ada yang nanyain kamu loh Din” aku mengingat seorang laki-laki yang menanyakan Dinda saat aku di kantin kemaren.
“ohya? Siapa?” Dinda menjawab tanpa menatap wajahku.
“Andika” jawabku yang hanya dijawab dengan anggukan oleh Dinda.
Aku memperhatikan wajah Dinda, kali ini aku tidak salah, memang ada yang berubah dari wajahnya. Wajah Dinda bersinar dan semakin cantik. Namun ada sedikit yang mengganjal, di lehernya ada garis melingkar. Namun itu karena alergi kalung ketika kutanyakan pada Dinda. Aku mengangguk dan beranjak ke tempat tidur.
Malam harinya aku terbangun karena suara berisik, melihat Dinda tidur nyenyak ditutupi selimut aku kembali tidur. Keesokan harinya aku bertanya pada Dinda apakah dia mendengar suara berisik semalam, dan kata Dinda ia tidak mendengar suara apa-apa tadi malam. Kemudian Dinda berpamitan untuk pergi ke kampus, karena katanya Ia hari ini ada kelas pagi. Sedangkan aku tidak ada kelas hari ini. aku mengunci pintu kost dan mengambil sapu. Aku mulai membersihkan dari kamar. Namun saat aku membersihkan didekat tempat tidur Dinda, perhatianku tertuju pada botol kecil yang ada dibawah bantalnya. Aku mengambil botol itu dan melihat isi didalamnya, sejenis minyak. Aku meletakkan kembali dan berpikir itu minyak urut.
Ketika Dinda pulang, aku menanyakan minyak apa yang ada dibawah bantalnya. Dinda terlihat gugup dan wajahnya memucat. “gak kamu pakai kan Han?” Ia bertanya, dan membuatku semakin bingung. “enggak kok, gak kupakai. Emang itu apa Din?” Dinda menghela nafasnya lega, ia menggeleng dan pergi ke kamar mandi. Kemudian aku pergi keluar membeli makanan ke depan gang. Selama dijalan aku menelepon ibu ku dan menceritakan tentang Dinda. Terdengar dari seberang sana bahwa ibu ku terkejut. Kemudian ibu ku menyuruhku untuk bangun tengah malam dan melihat keadaan Dinda. Aku tentu bingung kenapa Ibu ku menyuruhku melakukan hal tersebut. Dan ibu hanya mengingatkan ku agar tidak takut dan tidak terkejut.
Malam harinya aku tidur lebih awal dan menyalakan alarm tepat pukul 23.30. Aku tidak yakin dengan apa yang kulakukan, namun aku hanya mengikuti apa yang dikatakan oleh Ibu. Aku terbangun karena suara alarm tepat disebelah telingaku. Aku menatap tempat tidur Dinda dan melihat Dinda tidur dengan ditutupi selimut. Aku bangun dan menyibak selimut yang menutupi Dinda, aku memekik ketika melihat yang dibawah selimut adalah guling. Aku berjalan kearah dapur siapa tau Dinda kelaparan tengah malam, dan tidak ada orang didapur. Mataku tertuju pada pintu kamar mandi yang tertutup, aku berjalan pelan dan membuka pintu kamar mandi, namun lampunya mati.
Aku menyalakan lampu dan berteriak saat melihat badan Dinda yang berdiri tanpa kepalanya. Aku berlari dan menelpon Ibu sambil menangis. Ibu coba menenangkanku dan menyuruhku untuk tidur, ibu juga mengatakan bahwa minyak milik Dinda adalah minyak Kuyang. Aku keluar dan pergi ke kamar kost disebelah, Aisya. Aku meminta tolong untuk tidur dikamarnya satu malam ini dan Ia memperbolehkan tanpa bertanya kenapa, yang membuatku tenang tanpa harus menjelaskan padanya. Aku tidur dengan gelisah, tidak tau harus apa. Keesokan harinya aku kembali ke kamar kost ku dan melihat Dinda sudah tidak ada dikamar. Ya aku kembali ke kamar pukul 8 pagi, aku mengatakan pada Aisya bahwa aku sedikit berselisih paham dengan Dinda, Aisya memakluminya.
Aku mengambil laptop dan mencari di internet apa itu minyak kuyang. Menurut informasi yang kudapatkan, minyak kuyang biasanya digunakan oleh perempuan yang ingin terlihat cantik dimata laki-laki. Orang yang memakai minyak kuyang biasanya terdapat garis dilehernya. Orang yang memakai minyak kuyang juga pada malam hari akan terpisah antara kepala dan tubuhnya. Kepalanya akan melekat dengan bagian dalam tubuhnya akan terbang mencari darah orang yang baru melahirkan. Aku terkejut ketika pintu kost terbuka dan ada Dinda, aku langsung menutup laptopku.
“nonton apa Han? Curiga deh” katanya mengejek. Aku tersenyum bingung harus menjawab apa.
“ohiya, tadi malam kemana Han? Kok pas aku bangun kamu gaada ditempat tidur?” Dinda bertanya sambil menatapku. “tadi pagi ke ATM Din, cek uang transferan Ibu” jawabku setenang mungkin. Dinda tersenyum seolah tau aku sedang berbohong. Jelas saja Ia tau aku berbohong, ia pasti melihatku tidak ada ditempat tidur saat Ia kembali ke tubuhnya.
Setiap malam aku selalu menahan diri karena mendengar suara berisik. Aku menebak pasti itu Dinda yang keluar dari tubuhnya. Sudah 2 minggu aku menahannya, aku tidak tau harus apa. Hingga suatu kali kami duduk sambil menonton TV.
“Din, kenapa kamu jadi gini sih?” aku bertanya pelan dan menatap Dinda hati-hati. Ia menatapku yang membuatku gugup.
“maksudnya?” Dinda menatapku tajam.
“ya kenapa kamu harus pake minyak-minyak segala sih?” aku menjawab pelan dan dapat melihat reaksi terkejut Dinda.
“jadi kamu udah tau Han?” Dinda tersenyum. “aku sebenarnya mau bilang ke kamu dari awal kita satu kost, tapi aku pikir kamu gaakan siap, jadi ya gak kubilang. Lagipula aku pikir kamu juga jarang bangun tengah malam” Dinda menjawab dengan tenang yang membuatku semakin marah.
“kamu pikir enak nahan diri tiap malam ngeliat badan kamu gaada kepala gitu Din? Gaenak tau! Apalagi orang-orang sini sudah mulai takut karena ada penampakan kamu!” aku membentaknya. Dinda tersenyum.”yaudah sih gausah dilihat Han” ia kemudian beranjak pergi. “Aku akan balik badan kamu Din” jawabku setengah berteriak yang membuat Dinda berhenti dan menatapku tajam. “jangan berani-berani ya Han” jawabnya lagi yang sukses membuatku gemetar ketakutan.
Aku menelpon Ibu dan mengatakan semuanya, aku juga mengatakan rencanaku untuk membalik tubuh Dinda. Karna jika tubuhnya dibalik, kuyang tidak akan bisa kembali tubuhnya.
Ibu mengatakan bahwa semua terserah kepadaku, dan ia mengatakan jika aku memang ingin membalik tubuhnya, aku harus bersembunyi agar dia tidak menemukanku.
Malam hari aku terbangun dan melihat Dinda sudah tidak ada dikamar. Aku pergi ke kamar mandi dan menemukan tubuhnya yang hanya sampai leher, tidak ada kepalanya. Aku membalik tubuhnya, aku menangis mengingat kebersamaanku dengan Dinda, setelah memastikan tidak terjatuh, aku berlari kerumah Aisya dan minta temani kerumah Ibu kost. Aku menceritakan semuanya ke Ibu kost ku, dan tentunya Ia sangat terkejut. Ibu kostku menelpon ketua RT, dimana seluruh warga RT berkumpul dirumah Ibu kost. Aku menangis. Sekitar pukul 3 pagi, ada salah seorang warga mengatakan ada sinar merah yang berputar mengelilingi kost mereka. Aku yakin itu Dinda yang mencari tubuhnya. Aku mengatakan kepada warga bahwa kuyang akan terbakar ketika terkena sinar matahari. Kami bersama-sama dirumah ibu kostku. Aku masih menangis yang ditenangkan oleh Aisya, aku memeluk Aisya sedih.
Pada pagi hari aku ada seorang warga yang berlari kearah rumah Ibu Kost dan mengatakan bahwa kepala dan bagian dalam tubuh Dinda ada dipohon pisang belakang kamar kost kami. Aku menangis sejadi-jadinya. Kepala dan bagian dalam tubuhnya menghitam karena terbakar. Aku menyerahkan semuanya ke warga. Aku menelpon Ibuku memberi kabar ini, Ibu juga menyarankan ku untuk pulang ke kampung dan menenangkan diri, aku mengikuti kata-kata ibu dan meminta cuti kuliah. Aku merapikan barang barang milik Dinda, dan membuang botol berisi minyak kuyang itu di laut saat penyebrangan menuju kampungku. “maafkan aku Din”.
TAMAT