GIVE YOUR SADNESS

GIVE YOUR SADNESS

Vhin

0

JUMAT, 23 Maret 2012 | Hujan yang turun dari pagi mulai berubah menjadi gerimis, aspal jalan yang menghitam pekat basah terguyur derasnya air hujan, kian membuat sore ini kelabu. Pintu-pintu rumah banyak yang tertutup pertanda sang pemilik rumah enggan menyaksikan sore yang mendung ini. Aku menghirup napas dalam-dalam dan menerima gerimis. Namun aku tak merasa gerimis memelukku. Hal itu membuatku sakit yang menyelusup masuk di relung hati yang membuatku tersadar.  Bahwa ku ingin kembali menjadi sosok manusia bernama Jeon Jungkook lagi.

“Waktu kematian Jeon Jung Kook, Rabu, 18 Mei 2011, pukul 10:00." Aku melihat kedua orang tuaku menangis menciumi tanganku. Aku sangat ingin bertanya, Kenapa kalian menangis sekarang. Aku melihat diriku terbujur kaku. Aku lelah lalu menyerah dengan kehidupan. Duniaku dipenuhi kebisingan orangtua, tak ada yang peduli padaku.Tapi anehnya sekarang aku sedih melihat jasadku. Aku merasakan tangan dingin meraih lenganku, mengajakku menjauh dari ragaku. Tanpa ragu aku mengangguk dan mengikutinya. Di sepanjang pandangan yang dapat aku lihat, begitu banyak orang namun tatapan mereka kosong. bahkan bola matanya pun metatap satu tujuan, hanya kedepan. Tiba-tiba orang di depanku berhenti dan membalikkan badannya, aku hanya berdiam dan mulai menundukkan pandanganku.

“Ini adalah tempat para joseong-saja [malaikat maut].”

Joseong-saja? Apa aku akan menjadi joseong-saja?”

“Manusia yang menyerah dengan hidupnya akan berakhir menjadi joseong-saja.

Aku hanya terdiam menatap kesibukan joseong-saja, wajah mereka terlihat begitu tegar akan tugasnya. Joseong saja Il Woo menjelaskan, manusia yang terpilih menjadi joseong-saja adalah manusia yang melakukan dosa besar dan manusia yang menyerah dengan hidupnya. Manusia pembuat dosa besar dapat bereinkarnasi setelah 200 tahun, sedangkan manusia yang menyerah dengan hidupnya dapat berinkarnasi setelah 300 tahun. Dia juga memberi tauku besok adalah hari pertamaku menjadi joseong-saja dan joseong-saja Il Woo yang akan mendampingiku. Aku menggangguk pelan tanda mengerti. Setelah tau jawabanku lalu dia pergi, meninggalkan aku di tempat yang sibuk dan dingin ini. Sesaat aku hanya terdiam dan mematung lalu aku memutuskan untuk berjalan-jalan melihat sekeliling.

Hari ini adalah hari pertamaku bertugas sebagai joseong-saja. Joseong-saja Il Woo memberikan daftar nama kematian kepadaku dan menyuruhku berjalan dulu. Kubaca daftar itu, aku melihat banyak sekali nama yang tercantum namun memiliki lokasi yang sama. Setelah sampai di lokasi, aku masih belum tau apa yang akan terjadi. Saat aku masih sibuk dengan nama-nama itu sebuah bus melaju kencang, sopir bus tampak kebingungan dengan situasinya, dia berulang kali membunyikan klakson, pertanda kendaraan didepannya harus menyingkir. Kulihat di bangku penumpang juga sangat panik dan ketakutan. Namun apa yang telah digariskan akan tetap terjadi, bus itu kehilangan keseimbangan dan terguling. Ini pertama kalinya aku menghadapi manusia dipeluk kesedihan. Mereka memandangi raganya. Air yang menggenang di pelupuk mata hampir jatuh namun langsung diseka dengan bajunya sebelum mengalir di pipi, mereka mencoba menjadi sosok yang tegar.

MINGGU, 15 Agustus 2013 | Matahari dunia belum seutuhnya tenggelam kusempatkan menyusuri jalan setapak penuh ilalang sendiri dengan tangan merentang  menyambut angin, mata terpejam membuang kenangan. Hati kian lama selayak air terjun menghantam bebatuan, berderum gaduh dan mengalir jatuh. Hampir dua tahun di setiap harinya aku melihat wajah-wajah manusia yang memelas penuh keputusasaan. Berjalan dengan terhuyung-huyung mengikutiku dan sesekali menoleh kebelakang. Keadaan itulah yang membuatku merasa sakit, mereka begitu sangat menghargai hidupnya, tak sepertiku.

Malam ini aku bertugas di sekitar sungai Han. Daftar nama menunjukan dia berusia 25 tahun bernama Min Yoon Gi. Dia datang berjalan dengan tangan memainkan korek apinya, menyalakan lalu meniupnya, dia mengulangnya beberapa kali. Aku yang melihatnya mulai bosan dengan apa yang dia lakukan. Aku memutuskan memejamkan mata menunggunya tertabrak mobil apa yang telah di gariskan untuknya. Aku mendengar dia menyalakan lagi koreknya namun aku tak kunjung mendengar suara dia meniupnya, muncul bau gosong yang sangat menyengat. Ku buka mataku, betapa kagetnya aku secara tak sadar otot mataku mengencang, tak percaya apa yang di lakukan manusia ini. Dia membakar rambutnya. Aku melayangkan tamparan keras di bagian rambut yang terbakar namun yang terjadi hanya hembusan angin yang lumayan kencang. Dia kaget dengan angin yang datang tiba-tiba mampu memadamkan api di kepalanya. Tak sadar aku membentaknya dengan kata-kata yang mengganguku “ Hidupmu sangat berharga, kau masih bisa merubah hidupmu” . Dia menunduk seolah dia mendengarku, dia membuang koreknya yang bertuliskan .Y.K. dan menginjaknya, lalu dia melangkah pergi tanpa melihat kebelakang tempat koreknya berada.

Apa yang aku lakukan pada manusia bernama Min Yoon Gi membuatku sangat sibuk, Aku harus membuat catatan kehilangan kematian. Pada dasarnya percobaan bunuh diri Min Yoon Gi yang bembuat dia mati tertabrak mobil. Tindakanku termasuk menghentikan jiwa yang akan mati.  Jika apa yang aku perbuat pada manusia diketahui oleh pasukan kematian aku pasti akan terkena masalah.

RABU, 10 September 2013 | Jang Ho Seok laki-laki umur 5 tahun mati karena kelaparan di komidi putar. membaca catatan kematian petama hari ini membuatku malas melangkahkan kaki menuju ke tempat komidi putar. Ku lihat anak yang bernama Jang Ho Seok sudah menungguku, dia datang lebih awal. Biasanya akulah yang selalu menunggu kedatangan jiwa yang akan mati. Anak itu duduk dengan memegangi perutnya, bibirnya kering dan pucat. Kucoba mendekati anak itu, ternyata dia menggenggam sebatang coklat.

“Kenapa kau tak memakan cokelatmu?” tanyaku tanpa peduli dia bisa mendengar atau tidak.

“Aku ingin memakannya bersama mamaku. Kulihat ahjusshi [paman] dari tadi memandangiku, apa ahjussi mengenalku?” jawaban itu sontak membuatku mundur satu langkah.

“Kau bisa melihatku?”

“Aku bisa melihat apa yang orang lain tak bisa lihat. Aku menunggu mamaku apa ahjussi bertemu mamaku?”

Aku terdiam memikirkan apa yang terjadi pada anak ini. Mungkin ibunya sengaja meninggalkannya di komidi putar ini karena dia mempunyai sesuatu yang tak seharusnya dia miliki dan ibunya hanya meninggalkan sebatang cokelat untuknya. Namun anak ini malah tak memakannya memilih menunggu ibunya datang karena dia ingin memakan cokelat bersama ibunya.

Ahjussi kau sangat tampan tapi wajahmu memucat. Apa kau lapar?”

“Tidak. Kenapa?”

“Kalau ahjussi lapar, ahjussi bisa memakan cokelatku. Nanti aku bisa membeli lagi dengan mama.”

Aku tercengang dengan kata-kata anak ini. Dia masih memikirkan orang lain dan kukuh akan menunggu ibunya, padahal ketara sekali ibunya tak mengingnginkannya. Dia menunggu ibunya disini hampir 2 hari. Aku harus menemukan cara agar dia pergi.

“Kau yakin akan memberiku cokrlatmu?”

“Ya, makanlah ahjussi,” jawabnya tanpa berpikir dangan menyodorkan coklatnya.

“Taruhlah cokelatmu di kursi”

“ Ini makanlah ahjussi.” Dia patuh mengikuti perintahku.

“Aku punya benda yang bagus sebagai ganti barang yang kau berikan padaku, tapi kau harus memakannya. Kau mau melakukannya?”

“Hm,” angguknya penuh semangat seperti mengharapkan sesuatu yang besar.

Ahjussi hanya punya cokelat ini, makanlah,” tunjukku ke arah cokelat yang di kursi.

“Ini kan milikku. Aku tak mau memakannya.”

“Kata siapa ini milikmu? Ini kan sudah jadi milikku. Jika kau tak menepati janjimu akan aku panggilkan joseong-saja untuk bertemu denganmu.

Dia diam seperti memikirkan sesuatu. Lalu dia mengambil dan membuka coklatnya, dia  makan tanpa berbicara kepadaku. Dia sangat fokus dengan cokelatnya, Aku memandanginya tanpa dia sadari. Setelah dia mengabiskan cokelatnya dia mendongkakkan wajahnya kepadaku.

“Sekarang apa joseong-saja masih akan menjemputku, ahjussi?”

“Tidak, karena kau sudah menepati janjimu. Joseong-saja sudah pergi selagi kau makan tadi.”

“Benarkah?” pertanyaan yang penuh selidik.

“Aku pastikan dia pergi.”

Aku membujuknya agar pergi bersamaku, tapi dia tetap bersikap kukuh akan berada komidi putar untuk menunggu ibunya. Aku mengancam akan memanggilkan joseong-saja lagi untuknya. Dia seperti memikirkan sesuatu lalu mengangguk pelan tanda setuju dia akan ikut denganku. Aku mengajaknya ke panti asuhan terdekat. Aku membisikkan bahwa didalam rumah itu ada banyak makanan dan teman, dia langsung bersemangat. Dia tersenyum dengan memperlihatkan jajaran gigi yang salah satunya sudah berlubang.

“Apa ahjussi benar-benar mengenal joseong-saja?”

“Tentu, apa mau ku panggilkan?”

“Jangan. Mulai sekarang akan ku patuhi semua perkataan ahjussi, katanya joseong-saja itu menakutkan, ahjussi harus berteman baik dengan joseong-saja yaa”

KAMIS, 7 September 2014 | Cahaya matahari sudah mulai lenyap dan tiba-tiba cuaca berubah sejuk oleh tiupan angin. Ku pandangi awan yang bergerak lamban yang menghitam dari balik cendela. Perlahan gerimis juga mulai berjatuh. Aku masih tetap menunggu dua jiwa yang akan mati, namun hampir satu jam aku menunggu mereka berdua tak kunjung datang. Kim Nam Joon umur 24 tahun dan Kim Tae Hyung umur 23 tahun, mereka mati tertusuk serpihan kaca. Ruangan ini nampak kotor dan berbau. Banyak kaleng cat, ban bekas berserakan, terdapat sebuah alat mengagambar tato dan kaca besar yang  menempel didinding. Di tengah kaca terdapat tulisan need to sursurvive dengan ukuran yang sangat kecil. Tiba-tiba pintu terbuka menghantam keras ke dinding, mereka berdua datang bersama. Salah satu dari mereka tangannya penuh darah dan bergetar.

“Nam Joon hyung [kakak laki-laki untuk adik laki-laki],  aku takut”

Dengan tergesa-gesa Nam Joon menuangkan air ketangan Tae Hyung, namun darah itu tak bisa menghilang dengan sempurna. Dia terus menggosok tangan Tae Hyung dengan kecepatan yang lebih. Tapi darah itu masih tetap ada. Dia menghentikan usahanya, berlari kearah kaca dan memukulnya. Kaca itu pecah berkeping-keping, terdapat dua serpihan yang agak lebih besar dari yang lain. Dia mengambil dua serpihan kaca itu, salah satunya yang terdapat tulisan. Dia memberikan satu untuk Tae Hyung.

“Percuma kita di dunia,  kita tak akan bisa hidup. Ayo lakukan bersama, kau menusukku dan aku akan menusukmu”

Hyung, aku takut”

Aku yang melihat perbuatan mereka tak habis pikir, ini sama saja mereka bunuh diri, walau tak memakai tangan sendiri. Setelah membunuh kalian memutuskan bunuh diri, apa kalian sanggup menanggung hukuman yang dobel itu, gerutuku dalam hati. Kalian harus hidup dan bayar kesalahan kalian di dunia saja. Aku mengayunkan tanganku, angin yang berhembus membuat kegaduhan dengan benda-benda dalam ruangan, usahaku cukup sukses membuat mereka merinding dan berlari tergesa-gesa meninggalkan ruangan.

SENIN, 14 September 2015 | Park Ji Min laki-laki umur 23 tahun. Mati karena tenggelam di kolam renang. Seperti biasa akulah yang menunggu. Kolam renang hotel yang Ji Min tempati masih kosong. Sekitar lima menit, rombongan remaja keluar dari bilik, aku melihat Park Ji Min ikut dalam rombongan. Mereka menjeburkan diri bersama dan tertawa bersama kecuali Park Ji Min. Teman-temannya merangkul Ji Min dan menjatuhkannya ke dalam air, semua tertawa. Ji Min muncul kembali ke permukaan air dengan mengusap wajahnya. Kejadian itu terulang sampai tiga kali, mnamun pada saat yang ketiga kalinya Park Ji Min tak kunjung muncul ke permukaan. Teman-temannya tertawa lalu meninggalkan kolam. Aku berfikir inilah saatnya aku mulai bekerja, setelah melihat permainan anak-anak yang nakal itu. Aku mendekati pinggir kolam. Tak kusangka Park Ji Min muncul kembali. Dia mencoba naik dari kolam dengan terbatuk-batuk, tangannya tak henti menepuk dadanya dan matanya sangat merah. Dia merebahkan tubuhnya di pinggir kolam sebentar, lalu beranjak pergi.

 Aku mengikutinya dari belakang. Dia sibuk menyiapkan peralatan mandi lalu memasuki kamar mandi kamarnya. Dia mengisi air ke bathtub dan masuk kedalamnya, menenggelamkan seluruh tubuh sampai tak terlihat di permukaan air. Namu dia tak kunjung muncul, tak kusangka dia akan melakukan ini. Aku membuat kegaduhan namun percuma saja dia tak akan mendengar. Aku menjatuhkan benda-benda di atas bathtup, agar dia sadar ada yang mengusiknya. Ji Min bangun dari bathtupnya mungkin dia terkena benda yang aku jatuhkan. Dia melihat benda-bendanya berjatuhan dengan sendirinya, dengan tenang dia keluar dari bathtup, berjalan keluar dari kamar mandi lalu mengunci pintu kamar mandinya dari luar. Kau tak boleh terbully lagi Park Ji Min, ini tidak adil bagimu gumamku.

SELASA, 13 September 2016 | Tempat yang begitu lembab, tak ada secercah cahayapun yang masuk. Dinding biru menjulang tinggi, banyak lukisan dalam bingkai yang terpajang namun lukisan itu buram, hanya menunjukkan garis tegasnya saja. Sebuah apel yang mengering berada dilantai dengan bebasnya dan terdapat enam kelopak bunga datura dalam vas disisi pojok meja, begitu indah namun mematikan.

Pintu terbuka dan pemilik kamar melangkah memasuki kamarnya. Kim Seok Jin umur 26 tahun mati karena keracunan. Dia menuju tempat tidurnya dan meringkuk cukup lama. Terlihat dia tertidur menggunakan [IEM = in ear monitor] ditelinga kirinya. Beberapa jam kemudian dia terbangun dan berjalan menuju meja untuk mengambil enam kelopak bunga datura lalu dia membakarnya. Dia mungkin akan mengalami halusinasi atau kejang-kejang jika terus menghirup asap bunga itu. Bunga datura memiliki racun alkaloid dan zat nikotina. Belum terbakar habis bunga daturanya, dia melangkah pergi meninggalkan bunganya. Melepas IEM yang dia pakai dan meletakkan di atas meja. Dia berjalan menuju ke arah pintu lalu berbalik dan berkata  “Aku belum selesai” dia pergi dengan menutup kembali pintu kamarnya.

Dia meninggalkan kata-kata yang seolah dia dapat melihatku dan mengenalku sebagai joseong-saja. Sepertinya dia memiliki Alter ego [kepribadian ganda]. Apa yang dia lalukan saat tidur dan membakar bunga datura itu bukanlah dirinya. Dirinya yang asli adalah saat dia yang melepas IEM dan meninggalkan kamarnya dan saat dia berkata “Aku belum selesai.” Sebenarnya dia berkata pada dirinya sendiri menegaskan dia akan berjuang membuang karakter-karakter buruk dalam dirinya. Karakter-karakter itu dapat membahayakan dirinya dengan melakukan percobaan bunuh diri, namun karakter aslinya mengambil alih dan segera beranjak pergi.

JUMAT, 11 Mei 2018 | Langit yang redup, suasana gelap dan kelam mulai terasa nyaman bagiku. Alam yang hanya memiliki satu waktu, waktu malam. Malam yang memiliki udara yang dingin dan tempat yang memiliki banyak jiwa yang berpakaian serba hitam, alam ini penuh joseong-saja yang sibuk. Keputusan yang salah aku pilih dulu, tentu aku masih menyesalinya, tapi aku tak akan membiarkan manusia memilih keputusan yang sama sepertiku. Aku ingin melihat manusia hidup bahagia tanpa menyesali apapun. Mungkin suatu saat tindakanku di ketahui oleh pasukan kematian dan aku akan mendapat hukuman. Korek api, cokelat, pecahan kaca, air dan EIM adalah benda lambang kesedihan manusia yang aku simpan. Aku akan menahan semuanya meskipun akan terluka, aku akan tegar hanya untuk mereka.