Hari demi hari berikutnya, setelah makan malam, Jaehyun tetap pergi ke rumah besar dan terang benderang tersebut sekedar memerhatikan kehidupan indah keluarga kecil yang sepertinya bertambah satu orang? Dia tidak begitu yakin, orang baru tersebut adalah wanita, apa si pemilik rumah beristri dua? Atau mungkin, wanita itu adalah kerabat?
Jaehyun tidak tahu tapi yang jelas tidak tampak keretakan di dalam sana, mereka berempat masih bisa bercanda menderaikan tawa, "rumah itu tidak cocok untukku, terlalu... terang." Gumam Jaehyun lagi sebelum beranjak pergi dari pohon tempatnya duduk.
Hari berganti minggu hingga menjadi bulan, daerah pedesaan yang semula damai kini dihinggapi ketakutan karena semakin lama semakin banyak orang yang meninggal secara tidak wajar dengan ciri yang sama yaitu terdapat dua gigitan kecil di leher serta tubuh yang kehabisan darah.
Terdapat rumor sosok vampir-lah biang keladi dari kematian aneh di desa mereka terutama bagi para wanita penghibur yang paling banyak jumlah korban berjatuhan, "sebelum mereka berdua mati di dalam kamar, aku lihat mereka dengan seorang pria tampan berkulit pucat masuk ke sana bersama-sama." Aku seorang pria paruh baya yang memiliki usaha bar tempat dua wanita penghibur yang mati itu bekerja.
"Pria tampan berkulit pucat?" Taeyong mengerutkan dahi, sebagai tuan tanah dari lahan-lahan perkebunan dan pertanian di sini, tentu Taeyong tidak bisa menutup mata dari beberapa pekerja dia dan warga desa yang meninggal dengan cara yang tidak biasa. Saat ini mereka tengah rapat untuk membahas cara menanggulangi teror mengerikan di desa mereka, "bagaimana kalian menguburkan jasad korban?" dengan hati-hati dia bertanya lagi.
"Kami tidak ingin ambil risiko menyebarkan virus atau hal buruk lainnya jadi kami memutuskan untuk membakar mayat-mayat itu." Kali ini Taeyong meneguk ludah dengan berat begitu mendengar cara mereka membereskan orang-orang tak bernyawa tersebut.
"Untuk saat ini jangan pergi keluar rumah saat malam hari. Jika terpaksa pergi tolong jangan sendiri, bawalah tiga atau empat orang untuk menemani perjalanan. Jangan membuka pintu untuk orang asing yang mencurigakan terutama pria tampan kulit pucat yang menurut rumor adalah pelaku dari kejahatan. Selama ini para korban diketahui diserang saat tidak berada di dalam rumah dan bersama orang tidak dikenal, semoga ini dapat menjadi solusi jangka pendek, untuk jangka panjangnya kita belum dapat mengetahuinya." Sebagai orang berpendidikan tinggi yang di mana jarang ditemukan di desa tempatnya tinggal, Taeyong memberi penjelasan dengan dibalas anggukan puas dari para peserta rapat kecuali si pria paruh baya pemilik bar yang merasa solusi tersebut akan merugikan usaha dia.
"Sangat sulit menolak alkohol kan, tuan? Lagipula tidak mudah bagi para wanita haus akan sentuhan lelaki menolak tuan tampan yang sepertinya bangsawan, seperti penampilanmu sekarang." Si pria paruh baya menelisik penampilan tuan tanah yang berkelas, sedang Taeyong hanya tersenyum canggung karena dia tidak menyukai alkohol dan apa yang dibilang si tua bangka tadi? Orang yang diduga vampir memiliki kesamaan penampilan dengan dia?
Serius? Wow.
"Desa ini sudah tidak aman." Sesaat setelah sampai di rumah, Taeyong mengumpulkan istri dan kakak sepupunya di ruang tengah, "kita harus pindah dari sini, tadi malam pembunuhan aneh terjadi lagi. Kali ini korbannya adalah dua wanita penghibur di sebuah kamar penginapan di atas bar." Ungkap dia serius yang sukses menunjukkan raut gelisah dan cemas dari dua wanita lain.
"Jadi, kapan kita akan pindah? Di desa mana?" Seulgi membuka suara, mendukung penuh keputusan Taeyong karena dia pun berpendapat sama, tidak mungkin dia menempatkan keluarga mereka di posisi sulit apalagi menyangkut nyawa.
"Kalau bisa kau dan nuna pergi besok pagi-pagi, aku sudah memesan tiket kereta untuk kalian pergi ke desa lain yang jauh dari sini. Aku dan Minhyung akan menyusul besok lusa karena ada banyak hal yang harus kuselesaikan termasuk mengurus kepindahan sekolah anak kita." Taeyong menjelaskan dengan lebih rinci namun kali ini Seulgi nampak tersinggung, tidak setuju.
"Kenapa kita tidak berangkat bersama saja? Kau ingin kami pergi menyelamatkan diri tapi meninggalkan keluarga kami yang lain dalam cengkraman monster penghisap darah?!" wanita cantik itu meninggikan suara, "tidak, itu tidak akan pernah terjadi! Bagaimana aku bisa pergi sedangkan suami dan anakku terancam mati?!"
"Taeyong benar, Seulgi." Yuri yang dari tadi diam akhirnya angkat bicara, "aku mengerti perasaanmu sebagai seorang istri. Aku juga tidak ingin meninggalkan adik dan keponakanku tapi, Taeyong berbeda dengan kita. Dia kepala keluarga sekaligus orang terpandang di tempat ini, dia mengemban banyak tanggung jawab di pundaknya yang tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Biarkan dia menyelesaikan urusan di sini terlebih dahulu, lagipula kita akan membersihkan rumah baru dan memasakkan makanan lezat untuk mereka saat menyusul kita, hanya berbeda satu hari, kalian berpisah hanya satu hari, tidak lebih dari itu." Yuri menjelaskan lebih sabar sedang Taeyong memberikan senyum terima kasih pada kakak sepupu dia yang mengerti posisi Taeyong sebagai tokoh pemuka di tempat mereka.
"Mereka bertengkar?" tiga orang yang sibuk berdebat tersebut tidak menyadari sosok lain yang selama berminggu-minggu ini memerhatikan mereka setelah memperoleh makan malam, itulah Jung Jaehyun yang menyeka sedikit darah dari sudut bibir dia, "sepertinya tidak lagi." Lanjutnya begitu salah seorang wanita meninggalkan pasangan tersebut dengan pandangan menggoda, dapat Jaehyun lihat tatapan penuh cinta di antara suami istri yang berbagi kecupan dan pelukan.
...
Saat menjelang siang, Taeyong mengendarai mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata begitu mendengar kabar kereta yang membawa istri dan kakaknya terbalik. Ini bahkan baru lima jam sejak kepergian mereka, bagaimana bisa? Apa yang terjadi? Dalam hati Taeyong bertanya-tanya apa yang salah sembari berdoa untuk keselamatan anggota keluarga dia selama perjalanan menuju tempat kejadian perkara.
Untung tidak dapat diraih dan malang tidak dapat ditolak, di depan dia kini terbujur kaku mayat istrinya berselimut sehelai kain putih. Isak tangis tidak dapat dibendung lagi begitu dia membuka kain tersebut dan mengenali siapa yang berada di baliknya, "maafkan aku Taeyong, aku tidak dapat menyelamatkannya, andai saja kaca-kaca besar itu tidak menembus dada Seulgi, dia pasti bisa selamat, hiks." Di sampingnya ada Yuri yang penuh luka di sekujur tubuh namun beruntung masih dapat menjaga kesadaran dia, setidaknya kakak perempuannya masih bisa selamat.
Hari-hari berikutnya di lalui Taeyong dengan lambat dan penuh siksaan.
Dia sudah tidak peduli dengan teror vampir, pindah ke tempat baru, lahan miliknya sudah terabaikan bahkan pada Minhyung sekalipun, dia nyaris tidak pernah menghabiskan waktu bersama darah dagingnya setelah pemakaman yang di lakukan beberapa waktu lalu. Si bangsawan tidak dapat hidup tenang ketika mengingat jika dialah alasan Seulgi tewas dengan mengenaskan, bagaimana bisa seorang suami dapat mengantarkan istrinya sendiri pada kematian dengan cara mengerikan? Bagaimanapun Taeyong-lah yang menyuruhnya untuk naik kereta maut meski Seulgi menolak harus pergi lebih dahulu, harusnya mereka pergi bersama dan mati bersama juga!
Hal yang dapat membuat Taeyong lupa atas insiden kereta terbalik yang menewaskan istri cantiknya -di mana semua itu adalah kesalahan Taeyong- adalah alkohol, setiap malam dia pergi ke bar untuk menenggak berbotol-botol minuman yang dulunya tidak pernah ingin dia sentuh, sekarang menjadi benda yang paling candu bagi dia.
Tidak ada lagi Lee Taeyong yang tokoh pemuka yang kharismatik, pemilik tanah yang bijaksana, suami dan ayah yang baik. Yang ada hanyalah Lee Taeyong si pecandu alkohol namun tentu saja sederet perempuan di desa masih rela antri panjang untuk menggantikan posisi Kang Seulgi si nyonya rumah mewah, hanya saja menjadi istri kedua Taeyong bukanlah hal mudah.
Menjadi penghangat di ranjang Lee Taeyong bahkan cukup sulit karena pria itu cenderung tidak tertarik lagi berhubungan dengan perempuan untuk urusan kamar, dia lebih suka bersama mereka di meja bar, menemaninya minum sampai fajar menjelang.
Yuri tidak banyak komentar atas perubahan adik sepupunya, dia pikir kecanduan Taeyong akan alkohol hanyalah pelampiasan sesaat. Dia yakin adiknya itu akan membaik bahkan akan kembali seperti semula jika masa berkabung dia sudah selesai, Taeyong tidak mungkin mengabaikan Minhyung terlalu lama, tentu saja kematian Seulgi bukan salah Taeyong, adiknya itu akan sadar seiring berjalan waktu.
Selagi menunggu hal itu, Yuri memutuskan untuk merawat lukanya sekaligus membesarkan Minhyung dan mengurus rumah besar milik adiknya tersebut. Suami dia meninggal beberapa bulan lalu tanpa meninggalkan anak, alasan itulah dia tinggal di rumah Taeyong untuk membantu Seulgi merawat Minhyung.
Siapa sangka tanggung jawab untuk mengurus rumah dan keponakan sekarang jatuh ke tangan dia seorang? Hal ini baru akan berakhir begitu Taeyong memiliki istri baru lagi.
"Hidupnya hancur, benar-benar hancur." Jaehyun yang tetap memerhatikan Taeyong dari jauh dan diam-diam, menggelengkan kepala ketika melihat pria itu berjalan dengan langkah terseok menuju tempat tinggalnya, "apa begitu menyakitkan sampai kau berubah sangat banyak? Kau hanya perlu memilih perempuan di tepi jalan untuk menggantikan istrimu, bodoh." Gumamnya saat Taeyong menangis kencang, bisa ditebak karena mengingat mendiang sang istri.
Jaehyun menyernyit tidak senang saat pria yang selalu dia perhatikan didatangi seorang pria yang sepertinya tidak punya niat baik, dia menggeledah tubuh Taeyong tanpa perlawanan dan mengeluarkan kantung uang yang menjadi incaran, "kasihan sekali tuan tanah ini, setidaknya dia tidak akan tahu kalau aku mencuri uangnya."
"Mau kemana hiks? Kenapa tidak membunuhku saja? Aku pantas mati." Taeyong yang sudah sangat putus asa, memohon pada orang yang merampok dia sambil menangis, "aku yang membunuh istriku, ini salahku hiks." Perampok itu mengabaikan Taeyong, menendang tubuh yang kehilangan banyak berat badan sambil berbalik namun langsung berhenti saat mendengar, "kalau kau menancapkan pisau itu di dadaku, aku akan mengatakan tempat peti harta yang selama ini kusimpan."
Jaehyun tidak bisa memerhatikan saja saat ujung pisau itu sudah mulai melukai objek perhatiannya selama beberapa minggu terakhir, bagaimanapun memerhatikan Taeyong yang semula sangat bahagia sampai seperti hidup di neraka adalah hiburan tersendiri bagi dia.
Pria bangsawan itu mengerang keras saat benda tajam terus memaksa masuk ke rongga dada dia sampai rasa sakit itu tidak bertambah lagi karena ada yang mendorong si perampok dan dapat dia lihat dalam waktu singkat orang itu sudah tidak bergerak lagi.
Mata Taeyong membelalak, apa sosok yang menolong dia adalah vampir? Tapi, kenapa? Bagaimana?
Jaehyun berbalik dengan banyak darah di mulutnya, menyeka dengan cepat sebelum mendatangi Taeyong yang sekarat, "dasar manusia bodoh!" umpatnya yang tidak dapat membuat Taeyong untuk mengalihkan pandangan dengan penuh rasa terkejut dan takut, meski sakit di dada dia terasa sangat menyesakkan.
Kulit pucat, mata tajam namun kosong, gigi taring dan mulut penuh darah.
Di depan dia adalah sosok vampir yang dibicarakan orang-orang, monster yang meneror warga desa sekaligus alasan dia ingin pindah, tepat di menatap dia dengan dalam.
Jaehyun tidak tahu harus berbuat apa, erangan dan tatapan kesakitan itu membuatnya enggan untuk meninggalkan pria ini apalagi Jaehyun yang masih lapar, lagipula tanpa dia hisap darahnya pun Taeyong akan mati, jadi sama saja, 'kan?
Tanpa pikir panjang vampir yang berpenampilan khas bangsawan ini menancapkan kedua taringnya di leher Taeyong, membelalakkan mata besar pemilik leher untuk kedua kali dengan desir darah yang ditarik paksa membuatnya mengerang lebih hebat.
"Kau ingin hidup kembali? Terlahir sebagai vampir? Aku akan membantumu jika kau menginginkannya." Di detik-detik terakhir Jaehyun melepas Taeyong, menyisakan sedikit darah pada tubuh ringkih yang menggelinjang hebat karena tidak dibiarkan mati begitu saja.
"Akulah yang paling tahu kehidupanmu Lee Taeyong, kau merasa berada di neraka, bukan? Aku akan menunjukkan neraka sesungguhnya padamu. Apa kau benar-benar ingin mati? Sepertinya tidak, cukup mengatakan kau akan melakukan apapun yang kusuruh dan aku akan mengangkat rasa sakit di tubuhmu lalu menjadikanmu orang yang baru." Jaehyun terus mempengaruhinya, mengelus rambut dia lembut menikmati erangan sakit dari mulut Taeyong yang memerhatikan dia dengan marah.
"kenapa melihatku seperti itu, sayang?" tanya si vampir seolah tidak mengerti, senyum kejam terpatri di bibir dia, "ini baru pertama kita bertemu tapi sepertinya kau sudah sangat marah padaku, apa kau menyalahkanku atas kematian istrimu? Ayolah, itu sudah takdirnya mati di dalam kereta terbalik, jangan menyalahkan diri sendiri atapun orang lain, ya?" pandangannya melembut, mengelus bibir merah yang sebentar lagi berubah pucat entah karena kehilangan nyawa atau, berubah menjadi makhluk haus darah seperti dia.
"Kau masih belum membuat keputusan? Hanya tinggal sedikit waktu sebelum kau menjadi bangkai, sayang. Kau tidak boleh mati, siapa yang akan menjaga anak dan kakakmu nantinya? Mereka sangat merindukanmu saat ini, para wanita pun bersedia melemparkan diri mereka ke ranjangmu dengan senang hati. Lihat, betapa irinya aku pada kehidupan sempurna yang kau miliki, Lee Taeyong. Hal-hal bodoh yang kau lakukan setelah kematian wanita tidak berguna itu membuatku sakit karena aku sangat ingin berada di posisimu." Tanpa menunggu persetujuan Taeyong, Jaehyun merobek pergelangan tangannya sendiri untuk meminumkan darah vampirnya pada mulut pria sekarat yang terbuka lebar.
Tidak ada gunanya meminta persetujuan dari manusia keras kepala ini, toh saat sudah berubah menjadi vampir, Lee Taeyong hanya akan mengikuti perintahnya saja.
Taeyong memerhatikan kedua tangan dan meraba wajahnya dengan panik, mereka berada di pinggir sungai saat ini dan dia menggunakan sinar bulan untuk bercermin pada air, "apa yang kau lakukan padaku?" raungnya marah pada Jaehyun yang acuh saja, Taeyong menangis lagi penuh sesal karena bertemu dengan monster yang telah mengubah hidupnya seratus delapan puluh derajat.
"Sayang sekali kita harus pergi, matahari sebentar lagi akan terbit. Akan sangat konyol untukmu yang meskipun vampir baru, mati karena sinar matahari. Ayo kita ke rumahmu, aku tidak sabar menutup semua jendelanya dengan tirai tebal dan gelap, akhirnya aku punya tempat tinggal yang layak." Jaehyun berkata santai, memerintah Taeyong seolah dialah pemilik rumah. Agak heran juga karena meskipun berstatus vampir, Taeyong masih bisa bersikap emosional layaknya manusia, apa cara Jaehyun salah dalam mengubah manusia menjadi vampir? Sepertinya tidak, mungkin karena dulunya Taeyong adalah manusia yang baik entah itu sebagai pemimpin, saudara, suami dan ayah selama hidupnya.
Jaehyun mengedik bahu tidak peduli, nanti juga vampir baru ini hanya akan haus pada darah, darah dan darah. Dia akan menjadi predator hebat bagi manusia.
"Kenapa kau sangat percaya diri? Aku tidak akan pergi! Aku tidak akan membunuh manusia seperti yang kau lakukan! Aku bukan monster! Aku akan tetap di sini, lebih baik mati daripada menjadi pembunuh!" Jaehyun melihatnya terkejut, apa dia baru saja menciptakan vampir pecundang?
"Pertama, kau harus meminum darah sebentar lagi karena bagaimanapun tenggorokanmu pasti kering, 'kan? Kedua, kau tidak akan tahan berada di bawah matahari jika masih bisa menyelamatkan diri. Ketiga, kau akan jadi pembunuh sebentar lagi. Keempat, aku akan mengajarimu cara bertahan hidup dan sebagai gantinya kau harus menampungku di rumahmu, uangmu adalah uangku, apapun yang menjadi milikmu adalah milikku, tentu saja kau harus melindungiku karena desa ini sudah mulai tidak aman bagiku dan kau adalah pelindung paling cocok untukku." Jaehyun tahu, sekuat dan sekeras apapun usaha Taeyong untuk menolaknya maka berujung kegagalan karena pada akhirnya mereka berada di rumah besar milik vampir baru itu setelah Jaehyun menculik manusia dalam sebuah rumah untuk dipersembahkan sebagai hidangan pertama Taeyong.
"Taeyong, apa yang terjadi? Siapa dia? Kenapa kau berdarah-darah?!" Yuri berseru panik begitu melihat adiknya bersama pria asing dengan kondisi yang jauh dari kata baik.
"Menjauh dariku!" Taeyong yang masih sangat kesulitan mengendalikan insting berburunya, menutup hidung dan berusaha berdiri sejauh mungkin dari kakak dia, tidak ingin memangsa kakak perempuannya, tidak akan pernah!
"Perkenalkan, aku Jung Jaehyun, kami berteman. Sebenarnya kami baru mendapat kecelakaan tapi tenang saja, kami baik-baik saja, ini bukan darah kami. Untuk sementara aku akan tinggal di sini bersama kalian." Jaehyun yang memang memiliki pengendalian diri yang baik, mampu memberi penjelasan pada Yuri yang masih merasa aneh.
"Bukan darah kalian?" dia bertanya bingung dan Jaehyun hanya tersenyum tampan.
"Sebelum pagi datang, sebaiknya kita harus memasangkan tirai-tirai agar sinar matahari tidak masuk. Kulit kami sangat sensitif mulai sekarang. Taeyong, kau setuju, 'kan?" belum lima menit berada di rumah keluarga Lee, Jaehyun sudah sangat memerintah yang tentu diprotes Yuri, "Taeyong, kau setuju, 'kan?" ulang Jaehyun untuk mengintimidasi perempuan menyebalkan di depan mereka, tersenyum penuh kemenangan saat Taeyong menyuruh si perempuan untuk mengerahkan semua pelayan agar menghalau semua sinar matahari yang masuk ke dalam rumah.
"Ini sangat sempurna!" Jaehyun bersorak riang setelah melempar tubuh yang mengkaku biru di sisi ruangan. Dia dan Taeyong saat ini berada di ruang makan di mana meja panjang di penuhi hidangan yang menggugah selera manusia, bukan vampir. "Bagaimana bisa kau bersikap tenang saat memakan sampah itu? Kau bahkan tidak dapat menelan mereka!"
"Diamlah dan singkirkan mayat itu, yang lain akan curiga jika ketahuan." Taeyong menjawab acuh, memasukkan sepotong daging sapi ke dalam mulutnya dan berpura-pura mengunyah, "bersikaplah senormal mungkin, bisakah kau menekan rasa hausmu?!" dia menaikkan intonasinya sedang Jaehyun hanya tertawa keras setelah memasukkan mayat ke dalam peti, dia akan membuang jasad itu nanti malam.
Taeyong memijit dahi, perlahan tapi pasti, penyamaran mereka pasti akan terbongkar. Dalam waktu tiga hari, orang hilang terus bertambah dan tentu saja Jaehyun adalah pelakunya. Taeyongpun tidak akan lupa manusia yang dia hisap darahnya saat pertama kali menjadi vampir, dia tidak dapat mengendalikan diri waktu itu.
Benar-benar sebuah kemalangan, untuk itu dia menyantuni keluarga korban dengan banyak uang berharap sepeninggalnya kepala keluarga tidak terlalu membebani dari segi ekonomi, hanya itu yang dapat Taeyong lakukan untuk menebus dosanya bersama dengan dosa Jaehyun pada orang-orang tidak bersalah namun harus menjadi santapan vampir.
Yuri dan Minhyung berjalan menuju ruang makan dengan si perempuan yang menggenggam erat tangan anak kecil yang agak berjengit, "sakit bibi."
"Maafkan bibi sayang, kita makan di dalam kamar saja, ya? Biarkan ayahmu bersama temannya dulu." Yuri berjongkok untuk memberi pengertian pada Minhyung, perempuan ini tidak dapat menahan rasa takutnya. Sejak kepulangan Taeyong di pagi buta bersama pria aneh berkulit pucat itu, rumah mereka terasa sangat menyeramkan. Di banyak waktu dia mencium bau anyir darah dan bangkai terutama saat melewati kamar Jaehyun dan bahkan di kamar Taeyong, belum lagi tubuh adiknya yang semakin memucat dan sangat anti pergi keluar rumah di siang hari, semua pekerjaan dilakukannya di dalam ruangan yang berpenerangan minim.
Minhyung menggeleng, "aku ingin makan bersama ayah." Yuri menghela napas, tidak mungkin dia membiarkan keponakannya masuk ke ruang makan sendirian, memberanikan diri dia berdiri lagi untuk menemui adik dan pria asing yang telah menjadi penghuni baru rumah mereka.
"Ayah!" Taeyong dan Jaehyun menoleh ke asal suara, Yuri tersenyum saat Taeyong menyambut anak semata wayangnya dan menggendong dengan cara memutar, membunyikan derai tawa dari anak umur sembilan tahun tersebut.
"Ingin sarapan dengan ayah?" Taeyong bertanya dengan senyum mengembang, Minhyung mengangguk dengan riang lalu Taeyong mendudukkan anak itu ke kursi yang agak jauh kemudian memotong-motongkan daging untuk dia.
"Aku ingin duduk di pangkuan ayah seperti dulu!" Minhyung merengek dan Jaehyun malah meledakkan tawa yang tidak disukai Yuri, Taeyong melihat Jaehyun tajam, menyuruhnya untuk berhenti tertawa karena tidak ada hal yang lucu.
"Biar paman saja yang memangkumu, ya? Kita harus mengakrabkan diri jadi lebih seringlah bermain dengan paman." Jaehyun lagi-lagi mengambil alih, dia membawa piring berisi daging sapi yang sudah dipotong-potong oleh Taeyong menuju tempat Minhyung, mendudukkan anak itu di pangkuannya dan berusaha menarik perhatian si putra mahkota yang akan mewarisi kekayaan ayah dia.
"Apa salahnya permintaan dia, Taeyong? kenapa kau selalu menolak untuk dekat dengan anakmu sendiri? Apa kau sakit? Kita dapat ke dokter sekarang juga." Yuri berkomentar khawatir, meski perempuan ini sangat menyebalkan tapi Jaehyun akui, dia juga sangat perhatian pada Taeyong dan Minhyung, tapi tetap saja Kwon Yuri adalah batu sandungan dan ancaman bagi keselamatan mereka, dia harus disingkirkan sebentar lagi.
Jaehyun hanya perlu waktu dan alasan yang tepat untuk melakukannya.
"Aku tidak sakit, nuna. Hanya perlu memakan vitamin saja, tolong tambahkan stok vitamin untukku dan untukmu juga, pasti berat menjaga Minhyung seorang diri, maaf karena sangat merepotkanmu." Taeyong memberi jawaban yang tidak dapat diterima Yuri begitu saja, dia sangat kecewa mengetahui adik sepupunya memiliki banyak rahasia darinya.
"Anak pintar." Ungkap Jaehyun tersenyum senang pada Minhyung saat Yuri meninggalkan ruang makan dengan kesal, mengendus-endus leher bocah di depannya sambil menjilat bibir yang nyaris di lempar pisau oleh Taeyong yang marah besar akan tingkah menyebalkan tersebut, "aku hanya bercanda! Tidak mungkin aku memangsa anakmu, tenang saja, itu tidak akan terjadi."
Jaehyun menyernyit jijik sambil mengikuti barisan panjang tikus mati, "tidak perlu usaha keras untuk mencarimu, aku hanya perlu berjalan berdasarkan bangkai-bangkai hewan pengerat ini!" marahnya pada Taeyong yang melemparkan tikus di tangannya pada Jaehyun lalu menangkap lagi untuk dihisap darahnya sampai habis, "apa kau tidak jijik, Lee Taeyong?!"
"Lebih baik menahan mual sedikit dibanding merasa bersalah seumur hidup." Vampir baru telah selesai dengan makan malamnya, menyeka mulut dia dengan sapu tangan yang selalu berganti-ganti, dia memiliki banyak stok sapu tangan omong-omong.
"kau benar-benar luar biasa!" Decak kagum Jaehyun sambil bertepuk tangan, senyumnya dengan cepat berganti dengan raut masam akan jawaban Taeyong yang tidak keren sama sekali, Jaehyun benar-benar telah menciptakan vampir pecundang!
"Sepertinya Minhyung sakit, kau tidak ingin menemuinya?" Jaehyun berkata lebih pelan namun menyedot seluruh atensi Taeyong yang tiba-tiba khawatir, tanpa berkata apapun vampir baru itu pulang ke rumah diikuti senyum penuh makna dari Jaehyun yang mengekori dia.
Taeyong memasuki kamar anaknya dengan sedih yang terbaring lemah di tempat tidur, menyentuh kening dan dapat dia rasakan panas tubuhnya meningkat banyak, bibirnya memucat dengan bunyi menggeletuk, "apa yang terjadi, sayang? Kenapa tiba-tiba kau seperti ini?" sadar jika putranya sedang sekarat entah karena apa, Taeyong tidak dapat menahan isak tangis dan saat itulah Jaehyun bergabung dengan mereka, mengelus dengan sayang surai gelap Minhyung yang tidak berdaya.
"Kasihan sekali jika anak sekecil ini harus mati sekarang, kau dapat mengubahnya menjadi sama seperti kita, dengan begitu tidak ada yang dapat memisahkan kita bertiga lagi nantinya. Kalau kupikir-pikir, aku mulai menyayangi bocah ini seperti kau yang menyayanginya." Jaehyun memulai lagi namun Taeyong tidak menggubrisnya, "cepat gigit dia sebelum terlambat, apa kau ingin kehilangannya seperti kau kehilangan istri tercintamu? Aku yakin Minhyung juga ingin hidup lebih lama, kau dapat memberi kehidupan abadi pada darah dagingmu."
Senyum penuh kemenangan kembali terukir di bibir Jaehyun saat Taeyong yang memeluk anaknya yang nyaris kehilangan nyawa, mengeluarkan taring dan menggigit leher kecil itu sambil menangis.
Jaehyun ikut membantu, dia menggigit lengan lalu menyuruh Taeyong minggir. Dengan tetesan darah dari lengan Jaehyun, Taeyong melihat dengan jelas anaknya terus mengecap dengan rakus sampai membuka kembali mata yang semula coklat gelap menjadi kosong tak bernyawa dan Taeyong sadar dia telah membuat keputusan yang salah.
"Kau anak yang sangat kuat." Jaehyun memuji vampir cilik ciptaannya dengan posisi memeluk tubuh kecil itu di pangkuannya, "apa kau haus? Kau akan mendapatkan makanan pertamamu jika memanggil bibi dengan keras, teruslah panggil namanya dan kau tidak akan kehausan lagi." Berujar riang yang bahkan melupakan eksistensi Taeyong yang masih mematung meski hanya berjarak beberapa langkah dari mereka.
Jaehyun membaringkan Minhyung lagi, menutupi lehernya yang terluka dengan selimut lalu memberi pesan, "panggil bibi dengan keras, ya?" dijawab dengan anggkukan patuh dari vampir kecil.
Jaehyun menghampiri Taeyong seolah menyadarkan dia dari kejadian barusan, membungkam mulutnya dengan sebelah tangan saat pria itu ingin bersuara mencegah Minhyung untuk memanggil Yuri, membawa keduanya ke balik lemari dan menyaksikan semua hal yang terjadi di balik punggung kakak perempuannya.
"Apa yang terjadi? Kenapa kau sangat pucat?" Yuri hampir menangis melihat kondisi keponakan dia yang seperti tidak berwarna, anak itu berusaha memeluknya dan Yuri mematuhi itu dengan Taeyong yang tidak dapat melakukan apapun saat Minhyung menancapkan taring pada bibinya.
"Tolong selamatkan kakakku! Dia dapat menjaga Minhyung, kumohon ubah juga dia menjadi vampir!" Taeyong memohon ketika berhasil melepaskan tangan Jaehyun dari mulutnya. Pria lainnya menyernyit tidak senang, dia hanya memerlukan Minhyung agar Taeyong tidak meninggalkannya.
Dari awal Jaehyun tidak berniat mengubah Yuri menjadi vampir, dia hanya ingin membunuh wanita cerewet itu.
"Ups, sepertinya terlambat." Jaehyun bergumam senang saat tubuh wanita itu tergeletak begitu saja di lantai, dia menghampiri Minhyung dengan mulut penuh darah, "bagaimana rasanya? Enak? Kau makan dengan lahap, sayang. Memang benar darah bangsawan adalah yang terbaik! Kau beruntung makanan pertamamu adalah wanita terhormat bukan pelacur rendahan." Jaehyun tidak dapat menyembunyikan rasa senangnya mendapati Minhyung sangat mirip dia saat menjadi vampir, anak ini adalah pelipur lara bagi dia dan Taeyong nantinya.
Taeyong jatuh terduduk meratapi mayat kakak perempuannya dengan tragis, "maafkan aku, hiks! Ini semua salahku." Ungkapnya yang menjelngkelkan Jaehyun, sebenarnya kapan hati nurani Taeyong menghilang? Jaehyun sudah muak dengan vampir pecundang satu ini!
"Lee Taeyong, sudahlah, ya? Tangisanmu tidak akan menghidupkannya lagi, dia sudah mati. Lagipula tidak buruk mati di tangan keponakan yang berharga." Jaehyun beralasan untuk membenarkan aksi Minhyung membunuh bibi yang berjasa merawatnya selama ini.
"Mulai sekarang, kau harus mengikuti apa perintahku ya, anak kecil? Aku akan jadi ayah keduamu, panggil aku ayah dan aku juga yang akan mengajarimu bagaimana cara berburu. Kau tidak boleh meminum darah tikus, itu menjijikkan, hanya vampir pecundang yang melakukannya. Kau hanya boleh meminum darah manusia karena mereka adalah santapan kita, mengerti?" Jaehyun tertawa saat Minhyung menunjukkan dua gigi taring yang menawan.
Dia menoleh pada Taeyong yang masih meratapi mayat perempuan di bawah mereka, "apa kau ingin menyerah sekarang, Lee Taeyong? kau ingin menyusul kakak dan istrimu atau merawat anakmu yang perlu bimbingan orang tua ini? semua terserah padamu tapi pikirkanlah Minhyung, bagaimanapun dia darah dagingmu, 'kan? Mulai sekarang kita akan menjadi keluarga yang bahagia."
"Apa yang ingin kau lakukan?" Taeyong menanggapi setelah beberapa saat, menyeka air mata dia seraya berdiri, menghampiri Jaehyun dan Minhyung lalu mengambil anak kecil itu untuk dia dekap, "sudah sangat lama sejak ayah memelukmu seperti ini, ya?" tanya dia dengan lembut pada putranya, "ayah janji tidak akan membiarkanmu seorang diri lagi, ayah akan menjagamu selamanya."
"Jual aset kekayaanmu dan pergi dari desa ini, kita akan berkeliling sebagai keluarga bangsawan. Kau akan ketagihan dengan darah mereka, Taeyong-ah. Untuk uang, pakaian dan perhiasan, kita bisa membawanya dengan banyak peti." Taeyong mengangguk mengiyakan hal tersebut masih dengan Minhyung dalam pelukan dia.
"Kami dapat percaya padamu? Apa ada yang kau sampaikan pada kami sebelum kita pergi dan menjadi keluarga?" Taeyong bertanya dan Jaehyun hanya menjawab jika mereka dapat memercayainya.
Dua hal yang tidak akan pernah Jaehyun katakan pada Taeyong dan Minhyung sampai kapanpun adalah, pertama dia menyabotase kereta yang akan Seulgi naiki pada malam hari. Kedua, dia juga yang memasukkan kalajengking ke dalam selimut Minhyung sebelum mencari Taeyong beberapa saat lalu.
Selesai