Catatan Kelam

Catatan Kelam

Izzan Atika

0

Prolog


Bismillahirahmanirrahim


Kuhelakan nafas panjang untuk menulis catatan panjang ini. Hari ini hujan turun cukup deras, disertai angin kencang yang berhasil menumbangkan satu pohon didekat rumahku. Aku yang tadinya berdiri diteras rumah, memilih masuk kedalam rumah karna tidak kuat dengan dinginnya angin malam yang masuk menusuk sampai ke tulang-tulang. Mataku tetap tertuju kerintik hujan yang turun membasahi bumi melalui jendela kamarku.Pikiranku menerawang,terlintas wajah seorang wanita yang tak pernah sedetikpun hilang difikiranku. Wanita itu adalah bundaku, seseorang yang sampai akhirnya hidupnya menderita.

Namaku Muhammad zaim Al-rasyid ,usiaku 14 tahun. Aku dilahirkan dari keluarga bahagia kala itu,ya bisa dikatakan kebahagiaanku hanya sampai umurku 6 tahun.Setelah itu semuanya berubah suram. Masalah demi masalah ku lalui bersamaan dengan bertambahnya usiaku. Aku dihadapi oleh kenyataan hidup yang sampai saat ini sangat sulit untuk ku terima.Aku memang tidak terlalu tau apa yang terjadi saat itu,karna usiaku masih 6 tahun, yang aku ingat bunda diusir dari rumah,setelah itu duniaku berubah. 

 Masih jelas tergambar dipikiranku, Bunda memeluk erat tubuh mungilku, mengelus dan mencium kepalaku berkali-kali. Sungguh aku merindukan pelukan hangat itu. “Bunda pergi dulu ya nak, abang jaga Aya ya”ucap bunda, air mata mengalir di pipi indahnya. Ku lihat bunda menghampiri Aya adikku, yang sedang tertidur pulas. Bunda mengelus rambut aya ,mencium dan memeluk anak perempuannya yang saat itu baru berumur 4 tahun. Bunda benar-benar kalut,rumah yang dibangunnya dengan cinta dan ketulusan telah hancur malam itu. “maafin Bunda ya nak” berkali-kali ucapan itu keluar dari mulutnya. Bunda mengendong Aya ,seraya mengayunkan tubuhnya, agar Aya tetap terlelap dan nyaman dalam dekapannya.

 Tak lama berselang, Nenda datang mengambil paksa Aya. Nenda adalah Ibu dari Abiku.

“Kasih Rahma waktu bersama anak-anak ma” Bunda bersimpuh dikaki Nenda. Bunda benar-benar putus harapan sampai mengorbankan harga dirinya. 

“Aaalahh,, sekarang baru ingat anak. waktu kamu melakukan itu, kamu ingat anak gak?” ucap nenda dengan suara keras. Maafin Abang bun, waktu itu Abang tidak ada kekuatan untuk membela bunda.

Bunda memilih pergi,tanpa menjawab pertanyaan Nenda karna hal itu akan percuma, tidak akan mengubah keadaan.


***

Aku tidak ingat begitu jelas apa yang terjadi, yang aku tau bunda pergi dari rumah. Sebelum memberanikan diri menulis kisah kelam ini, aku meminta Mbak Lina untuk menceritakan apa yang terjadi kala itu. Mbak Lina adalah orang yang membantu mengurus pekerjaan rumah di kediaman Nenda. Mbak Lina salah satu orang yang menyaksikan bagaimana hancurnya hidup Bunda. Aku sangat berterimakasih kepada Mbak Lina karna sudah banyak membantu bunda. 


 Malam itu suasana begitu tegang. Bunda dimaki-maki, tamparan entah berapa kali melayang kepipinya. Aku tidak melihat kejadian itu. Bu de Kia, kakaknya Abi, membawa Aku dan Aya kekamar. Mataku memang tidak melihat kejadian itu, tapi suara teriakan Opa dan isak tangis bunda terdengar begitu jelas. Menurut cerita dari Mba Lina,Bunda ditampar sama Opa Rizal, ayah dari bunda karna ketahuan selingkuh dan hamil. Bunda dianggap telah memalukan keluarga. 


***

Abi dan bunda, sama-sama dari keluarga terpandang dan terhormat.Peristiwa ini membuat nama dua keluarga ini rusak. Orang-orang akan memandang rendah dua keluarga ini. Bukan hanya bunda yang akan jadi bahan gunjingan,tapi seluruh keluarga besar Abi dan Bunda akan menjadi buah bibir. Itulah yang ada dibayangan keluargaku, mungkin bagi mereka nama baik lebih penting dari pada harus melindungi anggota keluarganya yang tertimpa masalah besar. 


Abi hanya terdiam, tak satupun ucapan keluar dari mulutnya karna menurut Mbak Lina, seandainya Abi melampiaskan amarahnya,mungkin keadaan akan lebih runyam lagi. 


 Bunda memulai hidup barunya disebuah kontrakan sederhana di kawasan kota jakarta. Bunda hanya membawa satu buah tas kecil dan handphonenya.


“Ibu untuk sementara tinggal disini dulu ya” Ucap Mba Lina. Mba Lina lah yang membantu bunda mencari kontrakan. keluarganya menganggangap bunda sampah tapi Mba lina menolong dingan iklas


“tolong jualin ini Lin,untuk biaya kontrakan ” bunda mengeluarkan handphonenya

“gak usah buk, ibuk gak perlu mikirin biaya kontrakan. semuanya sudah Lina bayar,Ibuk istirahat aja “

“jangan Lin, ini bukan tanggung jawab kamu. Tolong lin aku gak mau kamu ikut susah”

“Lina ikhlas buk,InsyaAllah Lina sebisa mungkin akan bantu selalu ibuk ” 

“kenapa lin kamu mau menolong saya, keluarga saya saja jijik melihat saya linnn”bunda tak kuasa menahan tangisnya ,mba lina memeluk erat bunda mencoba berusaha menenangkan bunda.


“Aku ingat kakakku buk, dulu dia juga senasib seperti ibuk ini. Dijauhkan keluarga,dibenci bahkan dikucilkan buk,tapi yang namanya keluarga memiliki rasa cinta yang sangat besar. seiring berjalannya waktu orang tuaku mulai memaafkan kesalahan kakkakku dan menjemput kakak kembali untuk tinggal bersama lalu mencoba kembali menata hidup baru”

“Tapi ibuk tenang aja, lina yakin ini gak akan lama kok buk,nanti juga keluarga ibuk bakal jemput ibuk kok. InsyAllah mereka akan menerima dan memaafkan Ibuk,hanya butuh waktu aja. Nanti ibuk bisa main lagi deh sama zaim dan Almahira” Mendengar perkataan mba lina, membuat bunda sedikit lebih tenang.Bunda percaya keluarganya akan menjemputnya pulang.


“Terimakasih Lin, terimakasih banyak”

“Sama-sama Ibuk”

“Tapi kamu tetap jual ini ya Lin, dan jual anting ini juga” Bunda mengambil anting yang masih terpasang ditelinganya.hanya itu satu-satu perhiasan yang dibawanya

“kenapa dijual semua buk, gak usah buk nanti ibuk kalau rindu zaim sama Aya gimana? gak bisa telfonan”

“untuk biaya melahirkan dan biaya hidup disini ,nanti sisanya kamu bisa tolong beliin hp yang khusus untuk telfonan aja”


“ya ampun buk, gak akan selama itu. Bapak dan anak-anak akan jemput ibuk pulang”

“ aku percaya dan sangat berharap anak-anak dan Mas Rasyid akan menjemputku untuk pulang. Tapi aku juga harus siap, jika hal itu hanya menjadi angan-angan. “

“tolong yang lin, dijual untuk jaga-jaga” mbak lina tidak bisa menolak permintaan bunda.  

nyatanya sampai bunda melahirkan seorang bayi perempuan yang sangat cantik, keluarga tidak pernah menjemput bunda pulang.