"Sayang."Ucap Riko sambil berbisik di telinga sang istri, saat ini memang Nuna sedang membuat sarapan untuk mereka berdua, Nuna tidak menyangka kalau suaminya yang masih tertidur lelap pun kini malah menyusulnya ke dapur, bahkan saat ini tengah memeluknya dari belakang, berbisik di telinganya dengan suara seraknya dan sesekali mengecup pundak polosnya, astaga.. apa yang di lakukan suaminya ini? Sungguh mampu membangkitkan hasrat Nuna di pagi hari ini.
Suaminya memang selalu bisa membuatnya seperti itu, karena tak ingin membuat masakannya gosong, Nuna dengan menghela nafasnya pendek pun mematikan kompor lalu secepatnya ia berbalik, bibirnya yang cemberut pun menjadi tersenyum begitu di dapatinya sebuah kecupan dari sang suami.
"Morning kiss my wife."Serunya sambil kembali mengecup bibirnya, Nuna balas tersenyum kecil lalu meringsek ke pelukan suaminya, Nuna selalu tidak pernah bisa marah kepada suaminya ini.
Hm.. Nuna memang sangat mencintai suaminya ini dan begitu pun sebaliknya, usia pernikahan mereka sudah berjalan satu tahun, namun keduanya masih seperti pasangan pengantin baru yang masih sangat mesra dan menggebu, memang tak jarang mereka bertengkar, namun pertengkaran mereka pun selalu berhasil dengan perdamaian, dan tentu saja perdamaian yang di maksud adalah di atas ranjang, ahhh.. ternyata menikah tidak seseram apa kata orang.
"Disini atau di kamar?."Tanya Riko tiba-tiba, tanpa menunggu lama pria itu pun menggendong tubuh istrinya, membuat wanita itu menjerit kecil, bukannya marah Nuna malah ikut tertawa kecil dan mengalungkan kedua tangannya di leher suaminya.
"Di meja makan."Jawabnya dengan nada sensual dan mengecup leher suaminya, apa yang di lakukan Nuna tentu saja berhasil memancing hasrat suaminya, sehingga pria itu terdengar menggeram renda, Nuna tersenyum kecil ketika suaminya sudah menurunkannya tepat di atas meja makan.
Tanpa menunggu lama bibir keduanya pun saling bertaut mesra, mengeksplor satu sama lainnya, kedua tangan keduanya pun aktif, saling melucuti baju satu sama lainnya.
"Eung.. masss.. pe..lann."Ujar Nuna tersendat karena tangan sang suami yang kini sudah menggeryangi tubuhnya tak sabaran dan agak kasar, lalu tangan suaminya pun mengeksplore tubuh bagian bawahnya, akibat apa yang di lakukan suaminya membuat Nuna merem melek saking nikmatnya service yang diberikan sang suami.
"Su..dah mas, please.."Ucapnya, lalu Riko pun mensejajarkan wajahnya dengan sang istri, tersenyum puas ketika sang istri mendesah hebat dan menggeram karena klimaks yang ia dapatkan melalui permainan tangan dari suaminya, lalu pria itu pun mengecup kening istrinya cukup lama, sebagai tanda bahwa ia sangat mencintai istrinya tulus.
"Sekarang ya?."Tanya Riko kepada sang istri, kedua mata pria itu sudah berkabut karena gairah yang ingin segera di lepaskan, namun ia mencoba menahannya dan selalu meminta perijinan sebelum membawa sang istri terbany ke Nirwana, sebagai istri yang baik Nuna pun mengangguk, lalu tak lama sepasamg suami istri itu menjerit bersamaan ketika kelamin mereka bertemu.
"Ak..u men..cintaimu..akh.."Tukas Riko sambil memaju mundurkan tubuhnya di atas tubuh sang istri, Nuna tidak bisa menjawabnya, lebih tepatnya saat ini isi pikiran wanita itu tengah terfokus pada apa yang tengah suaminya lakukan terhadapnya, yaitu membuatnya serasa melayang karena setiap genjotan yang terasa nikmat untuknya.
"Ya.. itu, disana.."Teriak Nuna sambil melingkarkan kedua kakinya ke pinggang suaminya, membuat senjata suaminya tenggelam lebih dalam, dan itu sungguh membuatnya merasa terbang ke Nirwana.
"Eumm.. enak sekali."Puji Riko sambil masih menggenjot senjatanya di dalam kehangatan tubuh sang istri, jika tadi gerakannya cukup kasar, maka saat ini Riko melakukannya pelan, sedang Nuna kedua matanya terpejam dengan kedua tangan yang mencengkram pinggiran meja makan.
Beberapa detik berikutnya tubuh keduanya pun terasa kelonjotan, sesuatu akan tiba sebentar lagi, dan Riko semakin memeprcepat genjotannya, membuat tubuh sang istri di bawahnya ikut bergoyang, kedua dada sintal yang terasa sangat cantik pun menjadi pemandangan yang sangat memanjakan matanya, bibirnya meraupnya menyusu dengan lahapnya di salah satu dada iatrinya, mendapat serangan di bagian atas dan bawah tentu yang bisa di lakukan Nuna hanya megap-megap, kedua tangannya kini mencengkram kepala suaminya cukup erat, sebentar lagi ia akan mendepat pelepasan dan seperti biasa permainan suaminya selalu membuatnya lemas dan sekaligus enak.
"Akh akh akh.. massss aku tak tahan.."
"Kamu enn..akkk akh bersama sayang."
Lalu tubuh keduanya pun melemas seiring puncak klimaks yang mereka dapatkan, keduanya saling melempar senyim begitu beberapa detik setelah mendapatkan klimaks yang terasa nikmat bagi keduanya, Riko mengelap peluh di kening, leher serta bagian dada atas istrinya lembut, setelahnya mengecup bagian-bagian itu cukup lama.
"Makasih sayang."
"Sama-sama, semoga disini segera ada debay ya mas."Tukas Nuna sambil mengelus-ngelus perutnya dengan gerakan memutar, setiap selesai mereka melakukan hubungan suami istri, memang harapan Nuna adalah secepatnya ia hamil anak suaminya, Nuna sangat menyukai anak kecil, begitupun dengan Riko, namun setahun pernikahan mereka, mereka belum juga di karunia anak, meski Riko tidak mempermasalahkan tentang anak, namun sebagai wanita, apalagi teman-temannya sudah memiliki anak, tentu Nuna sangat ingin menginginkan anak sendiri yang terlahir dari rahimnya.
Riko sudah menawarkan untuk mengadopsi salah satu bayi di rumah sakit, namun Nuna menolaknya, Nuna bukannya tidak mau mengadopsi, akan tetapi menurut Nuna usianya masih muda dan kesempatan memiliki anak sendiri pun masih bisa ia dapatkan, lagi pula menurutnya untuk berbuat kebaikan kepada anak yatim piatu, tidak melulu dengan mengadopsi mereka sebagai anak kan? Yang jelas, memang Nuna masih ingin mengusahan untuk dirinya hamil sendiri.
Jangan ditanya bagaimana usaha Nuna untuk bisa hamil, sudah beberapa dokter ia datangi, dan dokter-dokter itu pun selalu mengatakan kalau rahim Nuna baik-baik saja, begitu pun dengan suaminya Riko, yang katanya baik-baik saja dan tidak ada masalah, pengobatan kampung? Mereka juga sudah, malahan beberapa kali, Nuna dan Riko bahkan harus rela mengkonsumsi jamu kuat, beberapa tanaman herbal yang rasanya sangatlah pahit namun mereka paksakqn untuk tetap mengkonsumsinya, tapi belum juga ada hasil, jadilah mereka memutuskan untuk tidak lagi pergi ke dokter atau pun pengobatan kampung, karena Nuna yang merasa sudah capek, dan keduanya pun bersepakat untuk pasrah saja, menerima apapun yang Tuhan beri untuk mereka, walau sebenarnya tentulah Nura yang sangat menggebu ingin secepatnya punya anak dari suaminya.
"Aamiin sayang, jangan terlalu di pikirkan ya."Ucap Riko sambil membelai kepala sang istri sayang, Nuna tersenyum tipis sambil mengangguk, tentu ia berbohong, wanita mana yang tidak akan kepikiran jika umur pernikahan mereka sudah setahun tapi belum juga diberi keturunan, padahal mereka terbilang sering melakukan kegiatan suami istri, hm.. tapi, agar suaminya tidak khawatir tentu Nuja tidak akan mengatakannya.
"Mas, makan yuk, laper nih."Rengek Nuna sambil merentangkan kedua tangannya, wanita itu pun memberi kode agar sang suami membantunya untuk duduk, tubuhnya sangat lemas setelah tenaganya di kuras habis-habisan oleh suaminya beberapa menit yang lalu.
Riko tertawa, ia pun membantu sany istri duduk, dengan telaten kedua tangannya membantu sang istri kembali mengenakan pakaiannya kembali.
"Maaf ya sayang, karena mas kamu sampai nahan laper ya?."
"Hm.."
Tangan Riko pun mencolek dagu istrinya mesra"Karena tubuh kamu sih membuat mas kecanduan..hahaha."
"Udahh mas, jangan mulai lagi ihh."Nuna melayangkan cubitan mautnya di pinggang suaminya dan cukup membuat pria itu mengaduh kesakitan, lalu keduanya sama-sama tertawa lebar, keduanya mendekatkan jarak wajah mereka, saat ini kening mereka tertempel, keduanya saling merasakan hembusan nafas masing-masing, lalu entah siapa yang memulai, bibir keduanya kembali bertemu, alamat sarapan yang akan tertunda kembali.. haduh..
****
"Kenapa cemberut? Kurang yang kemarin sama yang semalem?"Goda Riko kepada istrinya yang cemberut, pagi ini memang Riko sudah berpamitan kepada istrinya untuk pulang ke rumah kedua orang tuanya__dan ya, yang berarti Riko akan menginap disana beberapa hari, tentu tanpa Nuna, sebab Riko tak mungkin membawa Nuna bersamanya, kedua orang tuanya tidak tahu kalau anak pria mereka sudah menikah dengan Nuna si gadis biasa.
Ya, Nuna memang bukan berasal seperti Riko, anak konglomerat yang hidupnya sudah terjamin bahkan semenjak bayi, hidup Nuna cukup susah, sejak sd ia sudah menbantu kedua orang tuanya berjualan gorengan keliling kampung, sekolah dari SMP hingga ke SMA itu pun jalur beasiswa, dan untuk melanjutkan ke jenjang perkuliahan, sebenarnya Nuna ingin, tetapi ia tak tega meninggalkan kedua orang tuanya yang kala itu sudah cukup tua, karena kan Nuna tinggal di kampung dan di kampungnya tidak ada kampus, yang berarti Nuna harus tinggal di kota, dan itu tidak memungkinkan, makanya Nuna lebih memilih untuk bekerja saja daripada kuliah, meski pada waktu itu Nuna berkesempatan kuliah jalur beasiswa, tapi mau bagaimana lagi kan?
Nuna bertemu dengan suaminya, kala itu disaat dirinya sedang bekerja sebagai pelayan sebuah restoran dan suaminya menjadi salah satu konsumen disana, Riko sudah jatuh hati kepada Nuna sejak pertama kalinya mereka bertemu, dan ya, setelah pertemuan pertama mereka, pria itu kembali berusaha mendekatkan diri dengan Nuna, hingga pendekatan itu berlangsung satu bulan lamanya dan Nuna menerima saat pria itu menyatakan cinta padanya.
Hubungan itu terjalin selama beberapa tahun, banyak yang mereka lewati hingga keduanya memutuskan untuk bersatu di dalam ikatan suci pernikahan, namun ternyata tidak semudah itu, jelas. Karena latar belakang keluarga Nuna dan juga Riko berbeda, membuat Riko tidak berani untuk mengatakan kepada keluarganya kalau dirinya akan menikahi Nuna, karena Riko tahu kalau kedua orang tuanya takan setuju__dan dengan terpaksa saat itu, Riko pun meminta maaf kepada Nuna, karena mereka menikah secara siri dulu, setelah mendapat restu orang tua Riko baru mereka akan meresmikan pernikahannya, karena Nuna yang sudah sangat mencintai Riko dan sangat percaya pada pacarnya itu pun mengangguk, meski berat hati dan kedua orang tuanya kurang setuju, sebab katanya kalau nikah siri itu yang banyak di rugikan adalah pihak wanita, namun Nuna bersikeras hingga pernikahan itu pun terjadi dan hingga saat ini pernikahan mereka masihlah langgeng, meski tak jarang di bumbui dengan pertengkaran seperti: perbedaan pendapat, salah paham dan lain sebagainya, yang jelas, mereka selalu bisa menyelsaikan masalah mereka.
"Sayang, maaf, tapi mas belum bisa.."
"Memberitahukan kepada kedua orang tua mu kan?."Nuna memotong ucapan suaminya dan ya, memang benar apa yang di katakan istrinya, sampai detik ini pun nyatanya Riko belum punya keberanian untuk mengatakan yang sejujurnya kepada kedua orang tuanya, Riko terlalu penakut dan ya, ia harus akui, kalau dirinya memanglah pengecut.
"Maafkan mas sayang, tapi kamu sendiri tahu bagaimana kedua orang tua mas."Ujarnya, Nuna diam, beberapa kali terdengar helaan nafas yang keluar dari mulutnya, sampai kapan dirinya akan menjadi istri simpanan terus? Terkadang Nura yang manusia biasa pun ingin di perkenalkan secara resmi kepada kedua orang tau suaminya dan kerabat suaminya.
"Sudahlah mas, aku paham."Pasrah Nura, ia tak mau memperpanjang masalah ini bersama suaminya, ah sudahlah,.lagi pula nanti juga Nuna akan di perkenalkan kepada kedua orang tua suaminya, kalau Nuna istrinya, ya. Setidaknya suaminya sudah berjanji, meski Nuna sendiri tak tahu kapan itu.
"Maafkan mas ya sayang, mas janji akan berusaha untuk dengan pelan mengatakan pada kedua orang tua mas."Janji Riko kepada istrinya, Riko juga sebenarnya sedih harus menyembunyikan istri secantik dan sebaik Nuna, namun lagi-lagi dirinya sangat takut kepada kedua orang tuanya, terlebih kedua orang tuanya mengancam akan mencoret Riko dari calon pewaris keluarga, yang artinya Riko akan benar-benar di tendang oleh keluarganya yang kaya raya itu, dan tentu Riko belum siap untuk kehilangan semuanya.