Tahun 2019
"Ar, lo bisa kan bantuin gue?" tanya penuh harap cowok berpenampilan culun yang tengah duduk berhadapan dengan Arsya dan hanya terhalang sebuah meja.
"Bisa dong. Tapi inget, bantuan gue gak gratis." Arsya tersenyum dengan separuh bibirnya.
Terlihat cowok culun itu menganggukkan kepala, kemudian mengeluarkan uang pecahan seratus ribu sebanyak 30 lembar dari dalam dompetnya.
Dengan kecepatan kilat Arsya langsung mengambil uangnya. "Kanha Sefalus, mulai detik ini jadilah pacar sehari Arsya Qiandra." Arsya mengedipkan matanya serta menampilkan senyum termanisnya hingga cowok culun bernama Kanha itu menganga saking terkesimanya.
Ketika kalimat itu terucap dari bibir Arsya, pertanda kontrak dimulai dengan segala persyaratan yang telah disetujui oleh kliennya.
"Oke... sekarang lo ceritain ke gue apa masalah lo?" tanya Arsya, tapi tak ada respon dari Kanha karena masih mengagumi wanita cantik yang ada di hadapannya. "Woi, lo masih hidup kan?" Arsya melambaikan tangannya di depan wajah Kanha membuat cowok itu mengerjap.
"Oh, sorry gue gak fokus. Bisa ulang pertanyaan lo?"
Ck, nyebelin banget sih nih orang. Sabar, Sya sabar... ini demi bayar uang kelulusan sekolah lo... Arsya hanya bisa menggerutu di dalam hatinya.
"Gue minta lo untuk ceritain masalah lo. Biar gue bisa kasih pelayanan terbaik gue," kata Arsya.
"Kemarin, gue nemuin cewek gue lagi jalan sama cowok, dan ternyata cowok itu selingkuhannya."
"Terus lo diputusin?" Arsya memotong ucapan Kanha, terlihat Kanha mengangguk lalu menundukkan kepalanya. "Kok bisa? padahal lo yang diselingkuhin, masa jadi lo yang diputusin?" Arsyah mengerutkan keningnya.
"Dia bilang malu punya cowok culun kayak gue, dan yang paling bikin gue sakit hati ketika dia ngomong 'selama 4 tahun kita pacaran aku gak pernah cinta atau sekalipun suka sama kamu, aku gak pernah butuh kamu yang aku butuhin cuma duit kamu, dan sekarang aku udah muak pura-pura sayang dihadapan kamu' rasanya benar-benar nyesek ketika orang yang udah gua anggap rumah ternyata malah berkhianat." Kanha menjelaskan dengan mata yang sudah memerah.
"Gak salah sih sama apa yang dia omongin," ucap Arsya yang memang ceplos-ceplos, membuat Kanha memicingkan matanya.
"Maksud lo?" Kanha tak terima.
"Ya kan emang itu faktanya, coba lo ngaca sana." Arsya menyilang kan kedua tangannya di depan.
Heehh....
Kanha menghela nafas kasar. "Terus gue harus gimana sekarang?" terdengar suara putus asa keluar dari mulut Kanha.
"Yaa lo balaslah. Emangnya lo mau, terus-terusan direndahin sama dia? Buktiin ke dia kalau lo bisa lebih baik bahkan tanpa adanya dia lagi di hidup lo." Arsya menggenggam tangan Kanha yang ada di atas meja dan mengusap lembut punggung tangannya.
"Caranya?"
Kalau diperhatiin baik-baik si Kanha ini mukanya lumayan cakep, cuma gaya rambutnya aja yang ketinggalan zaman... batin Arsya sambil mengamati Kanha.
"Pertama, kita harus ubah dulu penampilan lo." Arsya melihat Kanha dari atas hingga ke bawah untuk menentukan style apa yang cocok untuk pacar kontrak barunya itu.
Kemudian Arsya dan Kanha pergi ke sebuah mall untuk merubah penampilan Kanha yang culun itu. Pertama mereka masuk ke barbershop untuk menata rambut Kanha, tentunya dengan model yang dipilihkan oleh Arsya. Dan Kanha hanya bisa pasrah mengikuti semua perintah Arsya.
Dengan setia Arsya menemani Kanha yang sedang dipotong rambutnya hingga dirinya ketiduran di sofa ruang tunggu.
Menit demi menit sudah berlalu dan Kanha sudah selesai. "Ar, bangun... lihat nih udah bagus belum rambut gue." Kanha berusaha untuk membangunkan Arsya.
Bahkan ketika tidurnya aja Arsya tetap kelihatan cantik... batin Kanha hingga tanpa terasa senyum tipis terbit di bibirnya.
"Ar. bangun Ar... gue tinggal di sini lo ya," ucap Kanha lagi agar Arsya bangun.
Arsya menggeliat. "Udah selesai?" tanyanya masih dengan mata tertutup.
perlahan Arsya membuka matanya. Oh my God. Ini yang di depan gue beneran si Kanha?... Arsya membatin ketika matanya sudah terbuka dan melihat Kanha dengan tampilan rambut barunya.
"Udah selesai. Gimana... bagus gak?" tanya Kanha ragu-ragu sambil menaikkan sebelah alisnya.
Arsya bangun dari posisi duduknya, lalu berdiri tepat di depan Kanha. "Keren gaya rambutnya, cocok sama lo." Arsya tersenyum dengan tangannya yang refleks mengelus kepala Kanha dengan kaki sedikit berjinjit.
Kanha hanya terdiam dengan perlakuan Arsya yang terasa sangat tulus.
Mereka melanjutkan perjalanan menuju toko baju pria untuk merubah gaya berpakaian Kanha. Arsya memilih beberapa stel baju untuk Kanha dan menyuruh Kanha untuk mencobanya di ruang ganti. Lagi dan lagi Kanha hanya bisa pasrah dan menurut pada perintah Arsya.
Kemudian Kanha keluar dari ruang ganti dengan baju yang pertama, namun Arsya menggelengkan kepalanya membuat Kanha harus kembali mencoba baju kedua dan Arsya kembali menggeleng.
"Ini gimana, udah cocok belum di gue?" tanya Kanha dengan wajah yang sudah ditekuk karna ini sudah ke sepuluh kalinya ia mengganti baju tapi Arsya masih terus menggeleng.
"Mukanya gak usah ditekuk gitu dong." Arsya berjalan mendekat ke tempat Kanha berdiri. "Sebenernya dari baju yang pertama juga udah cocok_"
"Jadi lo ngerjain gue hah!!..." tanya Kanha yang gemes dengan tingkahnya. Arsya mengangguk sambil nyengir kuda. "Ar, benar-benar lo yaaa!!..." Kanha akhirnya menarik kedua pipi Arsya untuk meluapkan rasa dongkolnya yang sudah ia tahan sejak tadi.
"Awwwh... Kanha!! sakit tau... lepasin ih!!" Arsya memukul-mukul lengan Kanha agar melepaskan pipinya.
"Gak mau..."
Akhirnya Kanha membeli semua baju yang tadi sudah ia coba. Dan tak lupa Kanha juga membelikan gaun renda berwarna blue untuk Arsya kenakan di acara birthday party mantan pacarnya Kanha sore ini.
Yaa... Kanha berencana datang ke sana untuk memperkenalkan Arsya sebagai pacar barunya, dan ia juga harus membuktikan bahwa dirinya jauh lebih baik tanpa adanya sang mantan lagi di hidupnya.
Kanha berniat mengantar Arsya pulang ke rumah, tapi Arsya minta berhenti disebuah cafe.
"Thank you untuk hari ini," ucap tulus Kanha sambil tersenyum tipis.
Bisa senyum juga nih anak... batin Arsya.
"Yes... you're welcome."
"Ar, nanti gue jemput di rumah lo."
"Mau jemput jam berapa?"
"Nanti gue kabarin kalau udah di jalan. Jangan lupa sharelok."
"Oke, gue tunggu di rumah. Yauda kalau gitu gue duluan, lo hati-hati di jalan... bye." Arsya keluar dari dalam mobil Kanha.
Kanha kembali melajukan mobilnya ketika sudah melihat Arsya masuk ke dalam cafe.
🍁🍁🍁🍁🍁
Arsya mengedarkan pandangannya ke setiap sudut cafe untuk mencari seseorang.
"Sya..." panggil cowok bernama Damian sambil mengangkat tangan kanannya. Arsya yang mengenali suara itu tersenyum dan berjalan mendekat ke arahnya.
"Udah lama?" tanya Arsya ketika sudah duduk di kursi kosong yang ada di depan Damian.
"Lumayan," jawabnya dengan wajah datar.
"Hehe... maaf, Dam. Gimana soal selingkuhan mantan nya si Kanha?"
"Semuanya ada di dalam sini." Damian menaruh sebuah box berukuran sedang di depan Arsya, yang tadi ia simpan di kursi kosong sebelahnya.
"Thank you Damian. Oh iyah... ini komisi buat lo, seperti biasa kita bagi dua." Arsya memberikan 15 lembar uang yang tadi ia dapatkan dari Kanha.
Damian Rafardhan adalah sahabat sekaligus partner kerja Arsya. Damian merupakan peretas handal yang dapat dengan mudah mendapatkan informasi tentang seseorang hanya melalui nama lengkapnya saja. Arsya memanfaatkan kemampuan yang dimiliki oleh sahabatnya itu untuk mengetahui masalah tentang calon kliennya.
Damian menuruti semua permintaan sahabatnya itu karna, selama 3 tahun bersahabat ternyata Damian diam-diam menyukai Arsya dan ini merupakan salah satu cara Damian untuk menjaga sahabat kesayangannya dari orang yang belum mereka kenal.
"Sya... gue mau nanya serius sama lo."
"Nanya apa?"
"Sampai kapan lo mau terus dapetin uang dengan cara ini?" tanya Damian dengan menatap intens netra Arsya.
"Emm... mungkin sampai gue bosen." Arsya tersenyum tipis.
"Gue tau... mungkin lo udah mulai cape sama kerjaan lo ini. Kalau lo cape... lo bisa bilang sama gue, Sya."
"Dam, lo tau kan masalah ekonomi gue? Gue tetap harus ngelakuin ini untuk bisa bayar uang sekolah. Semuanya gue lakuin, berharap dengan gue sekolah tinggi masa depan gue akan jauh lebih baik dari sekarang."
"Sya... gue bisa bantu biaya sekolah lo_"
"Pakai uang bokap lo lagi? Sorry Dam... gue gak bisa. Gue gak bisa lagi terima kebaikan lo dan bokap lo."
"Tapi gue sahabat lo, Sya."
"Cukup, Dam. Sorry... gue harus pamit sekarang, karena sebentar lagi Kanha pasti dateng buat jemput gue."
Arsya bangun dari duduknya lalu berjalan meninggalkan Damian yang masih duduk di salah satu meja cafe itu.
Bersambung.... 🍂🍂🍂🍂🍂