Kita mulai kisah ini dari rumah besar yang memiliki banyak pelayan di dalamnya. Dihuni oleh keluarga bangsawan yang terdiri dari Lee Taeyong si tuan tanah, bersama istri cantiknya Kang Seulgi, serta putra kebanggaan dan satu-satu mereka Lee Minhyung yang baru saja berulang tahun ke sembilan malam ini.
Semua orang dari penjuru desa mendatangi rumah orang paling kaya di daerah mereka, ikut berbahagia atas penambahan usia si putra mahkota dan memuja-muji dia akan setampan dan sebaik sang ayah. Entah sebuah ketulusan atau berharap mendapat hadiah berupa kenaikan upah, sebagian dari mereka memang penjilat.
Besarnya pesta dan banyaknya orang-orang yang berbondong-bondong ke satu titik membuat Jung Jaehyun tertarik juga. Alih-alih mendatangi rumah besar tersebut, dia hanya duduk di atas rindang pohon memerhatikan riuh pesta dalam diam.
"Pantas tidak banyak yang datang ke bar, mereka semua berkumpul ke tempat bangsawan ini," gumamnya menilai. Meski dari kejauhan, pria ini dapat melihat dengan jelas harmonisnya keluarga kecil tersebut.
"Manis sekali," lanjutnya lagi, enggan bangkit dari posisinya melihat pemandangan yang jarang dia nikmati.
Hari demi hari berikutnya, setelah makan malam, Jaehyun tetap pergi ke rumah besar dan terang benderang tersebut sekadar memerhatikan kehidupan indah keluarga kecil yang sepertinya... bertambah satu orang? Dia tidak begitu yakin, orang baru tersebut adalah wanita, apa si pemilik rumah beristri dua? Atau mungkin, wanita itu adalah kerabat? Jaehyun tidak tahu, tapi yang jelas tidak tampak keretakan di dalam sana, mereka berempat masih bisa bercanda menderaikan tawa.
"Rumah itu tidak cocok untukku, terlalu... terang," gumam Jaehyun lagi sebelum beranjak pergi dari pohon tempatnya duduk.
Hari berganti minggu hingga menjadi bulan, daerah pedesaan yang semula damai kini dihinggapi ketakutan karena semakin lama semakin banyak orang yang meninggal secara tidak wajar dengan ciri yang sama. Yaitu terdapat dua gigitan kecil di leher serta tubuh yang kehabisan darah. Terdapat rumor sosok vampir-lah biang keladi dari kematian aneh di desa mereka, terutama bagi para wanita penghibur yang paling banyak jumlah kematiannya.
"Sebelum mereka berdua mati di dalam kamar, aku lihat mereka dengan seorang pria tampan berkulit pucat masuk ke sana bersama-sama," aku seorang pria paruh baya yang memiliki usaha bar tempat dua wanita penghibur yang mati itu bekerja.
"Pria tampan berkulit pucat?" Taeyong mengerutkan dahi, sebagai tuan tanah dari lahan-lahan perkebunan dan pertanian di sini, tentu Taeyong tidak bisa menutup mata dari beberapa pekerjanya dan warga desa yang meninggal dengan cara yang tidak biasa. Saat ini mereka tengah rapat untuk membahas cara menanggulangi teror mengerikan di desa mereka.
"Bagaimana kalian menguburkan jasad korban?" Dengan hati-hati dia bertanya lagi.
"Kami tidak ingin ambil risiko menyebarkan virus atau hal buruk lainnya, jadi kami memutuskan untuk membakar mayat-mayat itu." Kali ini Taeyong meneguk ludah dengan berat begitu mendengar cara mereka membereskan orang-orang tak bernyawa tersebut.
"Untuk saat ini jangan pergi keluar rumah saat malam hari. Jika terpaksa pergi tolong jangan sendiri, bawalah tiga atau empat orang untuk menemani perjalanan. Jangan membuka pintu untuk orang asing yang mencurigakan terutama pria tampan kulit pucat yang menurut rumor adalah pelaku dari kejahatan. Selama ini para korban diketahui diserang saat tidak berada di dalam rumah dan bersama orang tidak dikenal, semoga ini dapat menjadi solusi jangka pendek, untuk jangka panjangnya kita belum dapat mengetahuinya," jelas Taeyong.
Sebagai orang berpendidikan tinggi yang jarang ditemukan di desa tempatnya tinggal, Taeyong memberi penjelasan yang dibalas anggukan puas dari para peserta rapat. Kecuali si pria paruh baya pemilik bar yang merasa solusi tersebut akan merugikan usahanya.
"Sangat sulit menolak alkohol kan, Tuan? Lagi pula tidak mudah bagi para wanita haus akan sentuhan lelaki menolak tuan tampan yang sepertinya bangsawan, seperti penampilanmu sekarang." Si pria paruh baya menelisik penampilan tuan tanah yang berkelas, sedang Taeyong hanya tersenyum canggung karena dia tidak menyukai alcohol. Dan apa yang dibilang si tua bangka tadi? Orang yang diduga vampir memiliki kesamaan penampilan dengannya?
Serius? Wow.
***
Saat menjelang siang, Taeyong mengendarai mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata begitu mendengar kabar kereta yang membawa istri dan kakaknya terbalik. Ini bahkan baru lima jam sejak kepergian mereka, bagaimana bisa? Apa yang terjadi? Dalam hati Taeyong bertanya-tanya apa yang salah sembari berdoa untuk keselamatan anggota keluarganya selama perjalanan menuju tempat kejadian perkara.
Untung tidak dapat diraih dan malang tidak dapat ditolak. Di depannya kini terbujur kaku mayat istrinya yang berselimut sehelai kain putih. Isak tangis tidak dapat dibendung lagi begitu dia membuka kain tersebut dan mengenali siapa yang berada di baliknya.
"Maafkan aku Taeyong, aku tidak dapat menyelamatkannya. Andai saja kaca-kaca besar itu tidak menembus dada Seulgi, dia pasti bisa selamat." Di sampingnya ada Yuri yang penuh luka di sekujur tubuhnya, namun beruntung masih dapat menjaga kesadaran. Setidaknya, kakak perempuannya masih bisa selamat.
Hari-hari berikutnya dilalui Taeyong dengan lambat dan penuh siksaan. Dia sudah tidak peduli dengan teror vampir atau pindah ke tempat baru. Lahan miliknya sudah terabaikan bahkan pada Minhyung sekalipun. Dia nyaris tidak pernah menghabiskan waktu bersama darah dagingnya setelah pemakaman Seulgi yang di lakukan beberapa waktu lalu.
Si bangsawan tidak dapat hidup tenang mengingat jika dialah alasan Seulgi tewas dengan mengenaskan. Bagaimana bisa seorang suami dapat mengantarkan istrinya sendiri pada kematian dengan cara mengerikan? Bagaimanapun Taeyong-lah yang menyuruhnya untuk naik kereta maut meski Seulgi menolak harus pergi lebih dahulu. Harusnya mereka pergi bersama dan mati bersama juga!
Tidak ada lagi Lee Taeyong si tokoh pemuka yang karismatik, pemilik tanah yang bijaksana, juga suami dan ayah yang baik. Yang ada hanyalah Lee Taeyong si pecandu alkohol. Namun tentu saja sederet perempuan di desa masih rela antri panjang untuk menggantikan posisi Kang Seulgi si nyonya rumah mewah. Hanya saja, menjadi istri kedua Taeyong bukanlah hal mudah.
Menjadi penghangat di ranjang Lee Taeyong bahkan cukup sulit karena pria itu cenderung tidak tertarik lagi berhubungan dengan perempuan untuk urusan kamar. Dia lebih suka bersama mereka di meja bar, menemaninya minum sampai fajar menjelang.
***
"Hidupnya hancur, benar-benar hancur." Jaehyun tetap memerhatikan Taeyong dari jauh dan diam-diam, menggelengkan kepala ketika melihat pria itu berjalan dengan langkah terseok menuju tempat tinggalnya.
"Apa begitu menyakitkan sampai kau berubah sangat banyak? Kau hanya perlu memilih perempuan di tepi jalan untuk menggantikan istrimu, bodoh," gumamnya saat Taeyong menangis kencang, bisa ditebak karena mengingat mendiang sang istri.
Jaehyun menyernyit tidak senang saat pria yang selalu dia perhatikan didatangi seorang pria yang sepertinya tidak punya niat baik. Dia menggeledah tubuh Taeyong tanpa perlawanan dan mengeluarkan kantong uang yang menjadi incaran. "Kasihan sekali tuan tanah ini, setidaknya dia tidak akan tahu kalau aku mencuri uangnya."
"Mau ke mana? Kenapa tidak membunuhku saja? Aku pantas mati." Taeyong yang sudah sangat putus asa, memohon pada orang yang merampoknya sambil menangis, "Aku yang membunuh istriku, ini salahku."
Perampok itu mengabaikan Taeyong, menendang tubuh yang kehilangan banyak berat badan itu sambil berbalik. Namun langkahnya langsung berhenti saat mendengar Taeyong menawarkan hal yang menggiurkan.
"Kalau kau menancapkan pisau itu di dadaku, aku akan mengatakan tempat peti harta yang selama ini kusimpan."
Jaehyun tidak bisa diam saja saat ujung pisau itu sudah mulai melukai objek perhatiannya selama beberapa minggu terakhir. Bagaimanapun, memerhatikan Taeyong yang semula sangat bahagia sampai seperti hidup di neraka adalah hiburan tersendiri baginya.
Pria bangsawan itu mengerang keras saat benda tajam terus memaksa masuk ke rongga dadanya, sampai rasa sakit itu tidak bertambah lagi karena ada yang mendorong si perampok. Dan dapat dirinya lihat dalam waktu singkat orang itu sudah tidak bergerak lagi.
Mata Taeyong membelalak, apa sosok yang menolong dia adalah vampir? Tapi... kenapa? Bagaimana?
Jaehyun berbalik dengan banyak darah di mulutnya, menyeka dengan cepat sebelum mendatangi Taeyong yang sekarat. "Dasar manusia bodoh!" umpatnya yang membuat Taeyong tidak mampu mengalihkan pandangannya yang penuh dengan rasa terkejut dan takut, meski sakit di dadanya terasa sangat menyesakkan.
Kulit pucat, mata tajam namun kosong, gigi taring dan mulut penuh darah.
Di depannya adalah sosok vampir yang dibicarakan orang-orang. Monster yang meneror warga desa sekaligus alasan dirinya ingin pindah, kini menatap tepat pada manik matanya dengan dalam.
Jaehyun tidak tahu harus berbuat apa, erangan dan tatapan kesakitan itu membuatnya enggan untuk meninggalkan pria ini. Apalagi Jaehyun yang masih lapar. Lagi pula tanpa dia hisap darahnya pun Taeyong akan mati, jadi sama saja, kan?
Tanpa pikir panjang vampir yang berpenampilan khas bangsawan ini menancapkan kedua taringnya di leher Taeyong. Membelalakkan mata besar pemilik leher untuk kedua kali dengan desir darah yang ditarik paksa membuatnya mengerang lebih hebat.
"Kau ingin hidup kembali? Terlahir sebagai vampir? Aku akan membantumu jika kau menginginkannya." Di detik-detik terakhir Jaehyun melepas Taeyong, menyisakan sedikit darah pada tubuh ringkih yang menggelinjang hebat karena tidak dibiarkan mati begitu saja.
"Akulah yang paling tahu kehidupanmu Lee Taeyong. Kau merasa berada di neraka, bukan? Aku akan menunjukkan neraka sesungguhnya padamu. Apa kau benar-benar ingin mati? Sepertinya tidak, cukup mengatakan kau akan melakukan apa pun yang kusuruh dan aku akan mengangkat rasa sakit di tubuhmu, lalu menjadikanmu orang yang baru." Jaehyun terus memengaruhinya, mengelus rambutnya lembut dan menikmati erangan sakit dari mulut Taeyong yang memerhatikan dirinya dengan marah.
"Kenapa melihatku seperti itu, Taeyong?" tanya si vampir seolah tidak mengerti, senyum kejam terpatri di bibirnya. "Ini baru pertama kali kita bertemu. Tapi sepertinya kau sudah sangat marah padaku. Apa kau menyalahkanku atas kematian istrimu? Ayolah, itu sudah takdirnya mati di dalam kereta terbalik, jangan menyalahkan diri sendiri atapun orang lain, ya?" Pandangannya melembut, menyentuh bibir merah yang sebentar lagi berubah pucat entah karena kehilangan nyawa atau berubah menjadi makhluk haus darah seperti dia.
"Kau masih belum membuat keputusan? Hanya tinggal sedikit waktu sebelum kau menjadi bangkai, Taeyong. Kau tidak boleh mati, siapa yang akan menjaga anak dan kakakmu nantinya? Mereka sangat merindukanmu saat ini, para wanita pun bersedia melemparkan diri mereka ke ranjangmu dengan senang hati. Lihat, betapa irinya aku pada kehidupan sempurna yang kau miliki, Lee Taeyong. Hal-hal bodoh yang kau lakukan setelah kematian wanita tidak berguna itu membuatku sakit karena sangat ingin berada di posisimu."
Tanpa menunggu persetujuan Taeyong, Jaehyun merobek pergelangan tangannya sendiri untuk meminumkan darah vampirnya pada mulut pria sekarat yang terbuka lebar. Tidak ada gunanya meminta persetujuan dari manusia keras kepala ini. Toh saat sudah berubah menjadi vampir, Lee Taeyong hanya akan mengikuti perintahnya saja.
***
Taeyong memerhatikan kedua tangan dan meraba wajahnya dengan panik, mereka berada di pinggir sungai saat ini dan dia menggunakan sinar bulan untuk bercermin pada air, "Apa yang kau lakukan padaku?" raungnya marah pada Jaehyun yang tak acuh. Taeyong menangis lagi penuh sesal karena bertemu dengan monster yang telah mengubah hidupnya seratus delapan puluh derajat.
"Sayang sekali kita harus pergi, matahari sebentar lagi akan terbit. Akan sangat konyol untukmu yang meskipun vampir baru, mati karena sinar matahari. Ayo kita ke rumahmu, aku tidak sabar menutup semua jendelanya dengan tirai tebal dan gelap. Akhirnya aku punya tempat tinggal yang layak." Jaehyun berkata santai, memerintah Taeyong seolah dialah pemilik rumah.
Agak heran juga karena meskipun berstatus vampir, Taeyong masih bisa bersikap emosional layaknya manusia. Apa cara Jaehyun salah dalam mengubah manusia menjadi vampir? Sepertinya tidak, mungkin karena dulunya Taeyong adalah manusia yang baik entah itu sebagai pemimpin, saudara, suami dan ayah selama hidupnya.
Jaehyun mengedikkan bahu tidak peduli, nanti juga vampir baru ini hanya akan haus pada darah, darah dan darah. Dia akan menjadi predator hebat bagi manusia.
"Kenapa kau sangat percaya diri? Aku tidak akan pergi! Aku tidak akan membunuh manusia seperti yang kau lakukan! Aku bukan monster! Aku akan tetap di sini, lebih baik mati daripada menjadi pembunuh!" Jaehyun melihatnya terkejut, apa dia baru saja menciptakan vampir pecundang?
"Pertama, kau harus meminum darah sebentar lagi karena bagaimanapun tenggorokanmu pasti kering, kan? Kedua, kau tidak akan tahan berada di bawah matahari jika masih bisa menyelamatkan diri. Ketiga, kau akan jadi pembunuh sebentar lagi.”
“Keempat, aku akan mengajarimu cara bertahan hidup dan sebagai gantinya kau harus menampungku di rumahmu. Uangmu adalah uangku, apa pun yang menjadi milikmu adalah milikku. Tentu saja kau harus melindungiku karena desa ini sudah mulai tidak aman bagiku dan kau adalah pelindung paling cocok untukku," sambungnya.
Sekuat dan sekeras apa pun usaha Taeyong untuk menolaknya tak membuat Jaehyun gagal menempati rumah Taeyong. Setelah Jaehyun berhasil menculik manusia untuk dipersembahkan sebagai hidangan pertama Taeyong.
***
"Taeyong, apa yang terjadi? Siapa dia? Kenapa kau berdarah-darah?!" Yuri berseru panik begitu melihat adiknya bersama pria asing dengan kondisi yang jauh dari kata baik.
"Menjauh dariku!" Taeyong yang masih sangat kesulitan mengendalikan insting berburunya, menutup hidung dan berusaha berdiri sejauh mungkin dari sang kakak. Dirinya tidak ingin memangsa kakak perempuannya, tidak akan pernah!
"Perkenalkan, aku Jung Jaehyun, kami berteman. Sebenarnya kami baru saja kecelakaan. Tapi tenang saja, kami baik-baik saja, ini bukan darah kami. Untuk sementara aku akan tinggal di sini bersama kalian." Jaehyun yang memang memiliki pengendalian diri yang baik mampu memberi penjelasan pada Yuri yang masih merasa aneh.
"Bukan darah kalian?" Yuri bertanya bingung dan Jaehyun hanya tersenyum menunjukkan wajah tampanya.
"Sebelum pagi datang, sebaiknya kita harus memasang tirai-tirai agar sinar matahari tidak masuk. Kulit kami sangat sensitif mulai sekarang. Taeyong, kau setuju, kan?" Belum lima menit berada di rumah keluarga Lee, Jaehyun sudah sangat memerintah yang tentu diprotes Yuri.
"Taeyong, kau setuju, kan?" ulang Jaehyun mengintimidasi perempuan menyebalkan di depan mereka. Jaehyun tersenyum penuh kemenangan saat Taeyong menyuruh si perempuan untuk mengerahkan semua pelayan agar menghalau semua sinar matahari yang masuk ke dalam rumah.
***
"Ini sangat sempurna!" Jaehyun bersorak riang setelah melempar tubuh kaku biru miliknya di sisi ruangan. Dia dan Taeyong saat ini berada di ruang makan, di mana meja panjang sudah dipenuhi hidangan yang menggugah selera manusia, bukan vampir. "Bagaimana bisa kau bersikap tenang saat memakan sampah itu? Kau bahkan tidak dapat menelan mereka!" seru Jaehyun.
"Diamlah dan singkirkan mayat itu, yang lain akan curiga jika ketahuan." Taeyong menjawab tak acuh sambil memasukkan sepotong daging sapi ke dalam mulutnya dan berpura-pura mengunyah.
"Bersikaplah senormal mungkin, bisakah kau menekan rasa hausmu?!" lanjut Taeyong yang menaikkan intonasinya. Sedang Jaehyun hanya tertawa keras setelah memasukkan mayat ke dalam peti, dia akan membuang jasad itu nanti malam.
Taeyong memijit dahi, perlahan tapi pasti, penyamaran mereka pasti akan terbongkar. Dalam waktu tiga hari, orang hilang terus bertambah dan tentu saja Jaehyun adalah pelakunya. Taeyong pun tidak akan lupa manusia yang dia hisap darahnya saat pertama kali menjadi vampire. Dia tidak dapat mengendalikan diri waktu itu.
Benar-benar sebuah kemalangan. Untuk itu, dia menyantuni keluarga korban dengan banyak uang. Berharap sepeninggalnya kepala keluarga tidak terlalu membebani dari segi ekonomi. Hanya itu yang dapat Taeyong lakukan untuk menebus dosanya juga dosa Jaehyun pada orang-orang tidak bersalah, namun harus menjadi santapan vampir.
Jaehyun menyernyit jijik sambil mengikuti barisan panjang tikus mati. "Tidak perlu usaha keras untuk mencarimu, aku hanya perlu berjalan mengikuti bangkai-bangkai hewan pengerat ini!" marahnya pada Taeyong yang melemparkan tikus dari tangannya pada Jaehyun. Taeyong lalu menangkap seekor lagi untuk dihisap darahnya sampai habis.
"Apa kau tidak jijik, Lee Taeyong?!"
"Lebih baik menahan mual sedikit dibanding merasa bersalah seumur hidup." Vampir baru itu telah selesai dengan makan malamnya. Taeyong menyeka mulutnya dengan sapu tangan yang selalu berganti-ganti, dia memiliki banyak stok sapu tangan.
"Kau benar-benar luar biasa!" decak kagum Jaehyun sambil bertepuk tangan. Senyumnya saat itu dengan cepat berganti menjadi masam setelah mendengar jawaban Taeyong yang menurutnya tidak keren sama sekali. Jaehyun benar-benar telah menciptakan vampir pecundang!
"Sepertinya Minhyung sakit, kau tidak ingin menemuinya?" Jaehyun berkata lebih pelan namun menyedot seluruh atensi Taeyong yang tiba-tiba khawatir. Tanpa berkata apa pun vampir baru itu pulang ke rumah diikuti senyum penuh makna dari Jaehyun yang mengekorinya.
Taeyong memasuki kamar anaknya yang terbaring lemah di tempat tidur dengan sedih. Taeyong menyentuh kening putra kesayangannya dan dapat dirinya rasakan panas tubuh Minhyung meningkat banyak, bibirnya memucat dengan bunyi menggeletuk.
"Apa yang terjadi, Sayang? Kenapa tiba-tiba kau seperti ini?" Sadar jika putranya sedang sekarat entah karena apa, Taeyong tidak dapat menahan isak tangisnya. Dan saat itulah Jaehyun bergabung dengan mereka, mengelus dengan sayang surai gelap Minhyung yang tidak berdaya.
"Kasihan sekali jika anak sekecil ini harus mati sekarang. Kau dapat mengubahnya menjadi sama seperti kita. Dengan begitu, tidak ada yang dapat memisahkan kita bertiga lagi nantinya. Kalau kupikir-pikir, aku mulai menyayangi bocah ini seperti kau yang menyayanginya." Jaehyun memulai lagi namun Taeyong tidak menggubrisnya.
"Cepat gigit dia sebelum terlambat, apa kau ingin kehilangannya seperti kau kehilangan istri tercintamu? Aku yakin Minhyung juga ingin hidup lebih lama, kau dapat memberi kehidupan abadi pada darah dagingmu."
Senyum penuh kemenangan kembali terukir di bibir Jaehyun saat Taeyong memeluk anaknya yang nyaris kehilangan nyawa. Hingga pada akhirnya Taeyong mengeluarkan taring dan menggigit leher kecil itu sambil menangis.
Jaehyun ikut membantu, dia menggigit lengan lalu menyuruh Taeyong minggir. Dengan tetesan darah dari lengan Jaehyun, Taeyong melihat dengan jelas anaknya terus mengecap dengan rakus sampai membuka kembali mata yang semula cokelat gelap menjadi kosong tak bernyawa. Taeyong sadar dia telah membuat keputusan yang salah.
"Kau anak yang sangat kuat." Jaehyun memuji vampir cilik ciptaannya dengan posisi memeluk tubuh kecil itu di pangkuannya.
"Apa kau haus? Kau akan mendapatkan makanan pertamamu jika memanggil Bibi dengan keras. Teruslah panggil namanya dan kau tidak akan kehausan lagi," ujar Jaehyun riang. Bahkan melupakan eksistensi Taeyong yang masih mematung meski hanya berjarak beberapa langkah dari mereka.
Jaehyun membaringkan Minhyung lagi, menutupi lehernya yang terluka dengan selimut lalu memberi pesan, "Panggil Bibi dengan keras, ya?" pinta Jaehyun yang dijawab dengan anggukan patuh dari si vampir kecil.
Jaehyun menghampiri Taeyong, seolah menyadarkan dia dari kejadian barusan. Membungkam mulutnya dengan sebelah tangan saat pria itu ingin bersuara mencegah Minhyung untuk memanggil Yuri. Jaehyun membawanya ke balik lemari dan menyaksikan semua hal yang terjadi di balik punggung kakak perempuannya yang tak lama kemudian menghampiri sang keponakan.
"Apa yang terjadi? Kenapa kau sangat pucat?" Yuri hampir menangis melihat kondisi keponakannya yang seperti tidak berwarna, pasi. Anak itu berusaha memeluknya dan Yuri menyambutnya. Taeyong tidak dapat melakukan apa pun saat Minhyung menancapkan taring pada bibinya.
"Tolong selamatkan kakakku! Dia dapat menjaga Minhyung, kumohon ubah juga dia menjadi vampir!" Taeyong memohon setelah berhasil melepaskan tangan Jaehyun dari mulutnya. Pria lainnya mengernyit tidak senang, dia hanya memerlukan Minhyung agar Taeyong tidak meninggalkannya. Dari awal Jaehyun tidak berniat mengubah Yuri menjadi vampir, dia hanya ingin membunuh wanita cerewet itu.
"Ups, sepertinya terlambat." Jaehyun bergumam senang saat tubuh wanita itu tergeletak begitu saja di lantai.
Jaehyun kemudian menghampiri Minhyung dengan mulut penuh darah, "Bagaimana rasanya? Enak? Kau makan dengan lahap, Sayang. Memang benar darah bangsawan adalah yang terbaik! Kau beruntung makanan pertamamu adalah wanita terhormat, bukan pelacur rendahan." Jaehyun tidak dapat menyembunyikan rasa senangnya mendapati Minhyung sangat mirip dirinya saat menjadi vampir. Anak ini adalah pelipur lara bagi dia dan Taeyong nantinya.
Taeyong jatuh terduduk meratapi mayat kakak perempuannya dengan tragis, "Maafkan aku! Ini semua salahku," ungkapnya yang tentu menjengkelkan Jaehyun. Kapan hati nurani Taeyong menghilang? Jaehyun sudah muak dengan vampir pecundang satu ini!
"Lee Taeyong, sudahlah, ya? Tangisanmu tidak akan menghidupkannya lagi, dia sudah mati. Lagi pula tidak buruk mati di tangan keponakan yang berharga," hibur Jaehyun beralasan, membenarkan aksi Minhyung membunuh bibi yang berjasa merawatnya selama ini.
"Mulai sekarang, kau harus mengikuti apa perintahku ya, anak kecil? Aku akan jadi ayah keduamu. Panggil aku ayah dan aku juga yang akan mengajarimu bagaimana cara berburu. Kau tidak boleh meminum darah tikus, itu menjijikkan, hanya vampir pecundang yang melakukannya. Kau hanya boleh meminum darah manusia karena mereka adalah santapan kita, mengerti?" Jaehyun tertawa saat Minhyung menunjukkan dua gigi taringnya yang menawan.
Jaehyun kemudian menoleh pada Taeyong yang masih meratapi mayat perempuan di bawah mereka. "Apa kau ingin menyerah sekarang, Lee Taeyong? Kau ingin menyusul kakak dan istrimu, atau merawat anakmu yang perlu bimbingan orang tua ini? Semua terserah padamu. Tapi pikirkanlah Minhyung, bagaimanapun dia darah dagingmu, kan? Mulai sekarang kita akan menjadi keluarga yang bahagia."
"Apa yang ingin kau lakukan?" Taeyong menanggapinya setelah beberapa saat, menyeka air matanya seraya berdiri. Taeyong menghampiri Jaehyun dan Minhyung, lalu mengambil anak kecil itu untuk dia dekap.
"Sudah sangat lama sejak ayah memelukmu seperti ini, ya?" tanya Taeyong dengan lembut pada putranya. "Ayah janji tidak akan membiarkanmu seorang diri lagi. Ayah akan menjagamu selamanya."
"Jual aset kekayaanmu dan pergi dari desa ini. Kita akan berkeliling sebagai keluarga bangsawan. Kau akan ketagihan dengan darah mereka, Taeyong-ah. Untuk uang, pakaian dan perhiasan, kita bisa membawanya dengan banyak peti." Taeyong hanya mengangguk, mengiyakan hal tersebut sambil masih menahan Minhyung dalam pelukannya.
"Kami dapat percaya padamu? Apa ada yang ingin kau sampaikan pada kami sebelum kita pergi dan menjadi keluarga?" tanya Taeyong. Sementara Jaehyun hanya menjawab jika mereka dapat memercayainya.
Dua hal yang tidak akan pernah Jaehyun katakan pada Taeyong dan Minhyung sampai kapan pun. Pertama, dialah yang menyabotase kereta yang akan Seulgi naiki pada malam itu. Kedua, dia juga yang memasukkan kalajengking ke dalam selimut Minhyung sebelum mencari Taeyong beberapa saat lalu.
***