Behind The Scene

Behind The Scene

desymiladiana

4.8

“Arsan.”

“Aileen.”

Untuk sesaat mereka terdiam sembari berjabat tangan. Mata keduanya berserobok di udara. Seulas senyum terpasang di wajah masing-masing, sekalipun harus berteriak kencang setiap kali berbicara.

Arsan tidak menyangka akan bertemu sosok semenarik Aileen di ulang tahun Samuel, sepupunya. Wanita itu sendirian di stool bar, terlihat sibuk sendiri dengan ponsel di tangan. Namun, saat didekati terkesan welcome dan juga ramah.

“Gue traktir minum, ya,” bisik Arsan tepat di telinga Aileen.

Wanita itu terkekeh pelan sembari mengangguk. Arsan dengan segera melambaikan tangan pada bartender. Memesan dua gelas koktail terbaik di bar ini. Lalu, kembali fokus pada wanita cantik di hadapannya.

Aileen memiliki wajah indah; mata lebar, hidung mancung, riasan sederhana, serta bibir tipis dan mungil yang terlihat menggiurkan. Bahkan, dalam temaram cahaya lampu bar pun, pesona wanita itu tidak tertutupi. Rambut Aileen panjang sebahu, digerai indah. Gaun hitam selutut yang terlihat sempurna membalut tubuh rampingnya.

“Lo … cantik,” puji Arsan.

Pria itu semakin mencondongkan tubuhnya pada Aileen. Bibirnya kini hanya berjarak beberapa senti dari telinga wanita itu. Tidak ada penolakan sama sekali.

Aileen menoleh, masih memasang senyum lebar. “Lo juga … lumayan.”

Arsan terbahak. Mereka berdua kembali saling bertatapan. Hingga tanpa sadar, kepala Arsan merunduk mendekati Aileen. Memperhatikan wanita itu hanya bergeming, dia tidak ragu semakin mengikis jarak di antara mereka.

Tanpa berusaha menahan diri, Arsan membungkam bibir Aileen. Mencicipi rasa bibir dengan pulasan lipstik merah itu. Rasanya menarik, bercampur dengan alkohol yang mereka sesap sebelumnya. Menyenangkan, terlebih wanita itu malah dengan santainya melingkarkan tangan di leher Arsan.

Refleks, Arsan semakin mengeratkan Aileen ke tubuhnya. Meningkatkan intensitas ciuman mereka yang kini sudah tidak terkendali. Tentu saja, seperti lampu hijau, perlahan Arsan menuntun wanita itu keluar bar menuju ke tempat yang dia inginkan.

Dia tidak tahu apa yang membuatnya lepas kendali, mencium orang yang baru dikenalnya. Ada banyak pertanyaan memang di kepala pria itu, termasuk apakah ini karena pesona wanita itu? Namun, ciuman Aileen yang memabukkan jelas berhasil meluapkan pertanyaan-pertanyaan itu dari kepalanya.

***

Tidur Aileen terusik saat merasakan sesuatu membelit erat tubuhnya. Perlahan dia mengerjapkan mata. Sontak rasa kantuknya lenyap begitu menemukan pria asing sedang terlelap dengan damai di sampingnya.

Kilas balik apa yang terjadi semalam berputar di benak wanita itu. Segera saja dia mengutuk dirinya sendiri yang begitu mudah mengiakan ajakan pria ini. Bahkan, sampai hanyut dalam ciumannya yang memabukkan. Bodohnya lagi, dia sekarang lupa siapa nama pria seksi yang tidur di sebelahnya ini.

Akar? Arsen? Arsan? Anton? Aileen mengerutu tanpa suara. Dia benar-benar tidak ingat, sama sekali.

Morning.”

Napas Aileen tertahan saat suara serak pria itu terdengar. Seperti dalam ingatan wanita itu, suara dan tubuh yang sama seksinya. Tanpa bisa dicegah, mata pria itu mengerjap pelan. Pandangan mereka langsung berserobok. Mata hitam pekat yang menatapnya tajam, kini malah membuat jantungnya sedikit berdebar.

Thanks untuk semalam,” bisik pria itu. Dia semakin mengeratkan lilitannya pada tubuh Aileen.

Aileen berdeham pelan. Mendadak dia gugup. Suaranya pun nyaris terbata saat membalas ucapan pria asing ini, “Thanks to you too ….”

Mereka terdiam sesaat. Suasana canggung terasa kental menyelimuti. Hingga dering nyaring ponsel berhasil membuat Aileen menghela napas lega. Dia segera berbalik menatap nakas. Diraihnya ponsel di sana. Nama sang manajer yang muncul di layar membuat Aileen kembali menggerutu.

“Halo,” sapa wanita itu dengan suara memelan.

“Aileen Maheswari!” teriak Dika dengan gemas. Dia bisa membayangkan bagaimana gusarnya sang manajer. “Lo ke mana aja semalam? Kenapa nggak pulang, sih? Lo lupa kalau dua jam lagi harus isi acara musik pagi?”

Seketika Aileen terbelalak. Sontak ia melompat dari tempat tidur, melupakan tubuhnya yang masih polos.

Wait! Bentar lagi gue sampai studio.”

“Terserah. Jangan terlambat.” Lalu panggilan ditutup begitu saja oleh Dika.

Tanpa sempat kembali berbasa-basi dengan pria asing di tempat tidur, Aileen mulai sibuk sendiri. Bagaimana bisa dia melupakan pekerjaannya yang tidak ada hentinya itu?

Diambilnya pakaian dalam yang bercecer di lantai, begitu pula gaun yang semalam dia kenakan. Kalau Samuel tidak mengundangnya ke pesta semalam, mungkin kejadian pagi ini tidak akan terjadi.

Kurang lebih sepuluh menit kemudian, Aileen keluar dari kamar mandi. Pakaian semalam kembali dia kenakan. Hanya saja pagi ini, dia terlihat sedikit lebih polos tanpa riasan. Di dalam purse yang dia bawa, hanya ada beberapa kartu dan lipstik. Dia benar-benar tidak berpikir akan menghabiskan malam dengan pria asing di sebuah hotel.

“Buru-buru?”

Suara itu menarik perhatian Aileen. Dia yang sedang mengerikan rambut, seketika mendongak. Pria itu sedang berdiri sambil bersandar pada kusen pintu kamar mandi. Hanya mengenakan celana pendek, tanpa atasan ataupun kain lain di tubuhnya. Perutnya rata, tidak six pack tapi terlihat kuat.

Aileen mengangguk. “Gue lupa ada kerjaan.”

I see. Biasanya, cowok yang pergi duluan saat one night stand, bukan sebaliknya.” Dia terkekeh. “That’s unusual, but okay. Lo memang harus pergi kerja.”

I’m so sorry.” Perlahan, Aileen berbalik dari wastafel. Kemudian, berjalan keluar kamar mandi dan melewati pria asing itu begitu saja. “Gue pergi sekarang.”

Belum sempat Aileen mendekati tasnya di sofa, tangan pria itu menahan gerakannya. Tiba-tiba saja Aileen ditarik kuat hingga jatuh ke dalam pelukan pria asing itu. Kepala pria itu merunduk dalam. Sebuah kecupan singkat diberikan ke bibir Aileen.

Apology accepted, then. Hati-hati di jalan.”

Aileen mengangguk pelan. Setelahnya, dia segera meraih tasnya di sofa. Kemudian bergegas keluar kamar. Hanya saja teriakan di kejauhan memelankan langkahnya.

“Kartu nama gue di dalam tas lo! Kalau butuh apa-apa, telepon aja!”

Aileen hanya mengangguk menanggapi teriakan pria asing itu.

Namun, setelah pintu kamar hotel itu tertutup, Aileen berhenti sejenak. Dia ingin tahu nama pria itu, sedikit berbaik hati mengingat siapa yang berhasil membuatnya mabuk kepayang semalam.

Akarsana Gandi

CEO, President Director PT Facayu Beauty Indonesia