"Elnaaaaaaaaaaaa.......!!!!!!!!...!!! "
Begitulah lantangnya suara ibuku, sampai aku terbangun dengan sekali panggilan dari beliau.
Namaku Elna Buki Putri. Lahir di Jawa Tengah, tepatnya di Magelang, 2 oktober 1999. Aku anak satu-satunya dari ibuku (SriBUAyu) dan ayahku (SaKijo (alm)) That's True, Buki adalah nama yang terinspirasi dari singkatan nama ibu dan ayahku.
Tahun ini usiaku 18 tahun. lulus dari salah satu sekolah ternama di Kota Magelang. Aku memilih bekerja setelah lulus SMK , meskipun ibu sering memintaku melanjutkan belajar diperguruan tinggi. Aku yakin beliau mampu dan bisa membiayai kebutuhanku jika aku memutuskan kuliah. Namun aku sendiri tidak memiliki niat dan keinginan yang kuat untuk melanjutkan ke jenjang kuliah. Ibuku juga pribadi yang tidak pernah memaksa kehendak putrinya. Beliau orang baik yang memiliki prinsip tak beda jauh dariku.
Hari ini aku dibangunkan seperti biasa, ibuku juga sering mengomel karna sikapku dari sekolah sampai mau mulai bekerjapun tak pernah berubah, katanya.
"Elna, iki jam piro nduk? Lek mangkat, bocah prawan kok tangi iseh digugah, bekal di siapke, iseh wae kawanan. wis lek mangkat, mengko telat wawancarane , ngati-ati !."
("Elna, ini jam berapa? Buruan berangkat, anak perawan kok bangun masih di bangunin, bekal di siapin, masih aja kesiangan. Buruan berangkat, nanti telat interview , hati- dijalan !." ) . Teriak ibu yang lebih fasih ngomel dengan bahasa jawa.
"Hahahahahahhh, iya bu, aku berangkat dulu,Assalamualaikum,terimakasih bekalny nyonya, mohon doanya ya nyonya" Candaku sembari mecium tangan ibu dan berjalan keluar pintu.
Aku sangat menyayangi ibuku, disepanjang jalan aku juga berdoa, agar aku bisa lolos interview dan segera mulai kerja. Karna aku ingin mendapatkan penghasilan setiap bulanya. Cita-citaku sederhana, hanya ingin membahagiakan ibuku, satu-satunya orang tuaku yang masih tersisa. Karna ayah sudah lebih dulu pergi meninggalkan kami. Beliau pergi setelah 4 tahun berjuang melawan sakit gagal ginjal yang dideritanya. Ah, tiba2 aku merasa sedih, mungkin aku merindukan sosok ayah yang sudah 4 tahun ini tidak bisa kutemui.
"Ayah, apa kau bisa mendoakan ku? Aku ada interview kerja hari ini. ibu juga membawakan bekal agar aku tak kelaparan bila interviewnya sampai siang nanti. Aku memilih bekerja di dalam kota yah, agar aku bisa selalu menjaga ibu. Aku tau ayah dan ibu pasti mendoakan yang terbaik untuk ku kan?".
Entahlah, aku bergumam di dalam hati seperti itu, seakan almarhum ayah mengawasiku dari langit biru di atas sana. Aku tak ingin larut dalam kesedihan, karna aku harus fokus pada interview ini.
Aku mendaftar di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang garment. Setelah 1 bulan memasukkan lamaran, akhirnya aku dihubungi melalui chat agar datang untuk melakukan interview.
Tanpa kusadari aku lupa menghitung persimpangan jalan, tapi jalan yang aku lewati sekarang, seperti berbeda, dari jalan yang aku lewati saat pertama kali datang untuk melamar ke PT yang aku tuju. Aku menepikan motor, mengambil hp dan membuka aplikasi maps.
"Ya ampun, kenapa batrainya tinggal 5 ℅ sih? Ini gimana ya Allah, kenapa gak ada orang lewat juga?"
Aku panik karna sekitarku masih persawahan, jadi aku memutuskan memutar balik motor dan berharap ada orang yang bisa dimintai informasi.
Sembari melihat arloji, aku juga melirik kanan kiri berharap ada orang yang sepagi ini sudah mulai menjalankan aktifitas mereka. Tapi sepertinya ini terlalu pagi karna jam tanganku masih menunjukkan pukul 05.40
Waktu interview masih tersisa 1 jam, dan sepertinya aku belum berkendara terlalu jauh saat salah belok di persimpangan. Apa aku salah belok di persimpangan yang pertama, atau kedua, atau tadi di persimpangan dengan 4 cabang? Aku sibuk bertanya sekaligus menyalahkan diri sendiri.
Tiba-tiba seorang lelaki bergegas menyebrang jalan dari halaman rumahnya sambil meneriakkan sebuah nama.
"Eh gimana sih? Matanya dipake kalo nyebrang dong !!!"
Sembari mengerem motor mendadak aku refleks berteria karna aku kaget, laki-laki itu menyebrang tanpa menoleh kanan kiri.
"Eh sorry mbak, kucingku mlayu metu, rapopo to mbak?" Jawabnya.
(Eh sorry mbak, kucingku lari keluar, enggak papa kan mbak?)
Tanpa berniat mengulur waktu, aku menjawab dengan ketus.
"Gapapa mas, lain kali hati-hati dong ! "
Orang itu tak bergegas pergi, dan sekilas seperti menunggu aku untuk melanjutkan perjalanan.
"Eh Elna bukan sih? Yang SMP di kebontebu?" Ucap lelaki itu tiba2
Aku yang masih kesal juga sempat lupa bahwa sebenarny aku sedang tersesat. Tapi lagi2 pikiran itu buyar, aku tidak jadi menarik gas motor dan jutru menoleh ke arah lelaki itu. Seketika aku mengingat satu nama.
"Ya ampun, Verbian bukan? Maaf aku agak **pangling, udah lama banget gak ketemu ya. "
Tapi tanpa menanyakan kabar atau basa basi aku justru langsung bertanya alamat perusahaan yang aku tuju.
Verbian masih sama, anak laki2 yang suka bercanda, kadang juga mengejek, meskipun kita belum pernah sekelas sejak kelas 7 sampai lulus SMP, tapi kita sama tau nama.
**pangling ; kata dalam bahasa jawa ,dipakai ketika kita bertemu seseorang yang kita kenal dari masa lalu, tetapi kita tidak lagi mengenali wajahnya, bisa karena memang secara fisik berubah, atau kita sebagai yang memandang sudah lupa wajah kenalan kita tersebut.