Anak Titisan Dajjal

Anak Titisan Dajjal

Alfin Rafioen

0

CERPEN INI DIPERUNTUKKAN PEMBACA USIA 21 TAHUN KARENA BEBERAPA ADEGAN MUNGKIN MENGANDUNG UNSUR SENSITIF UNTUK BEBERAPA PEMBACA.




Jakarta, 2022


Malam ini Kates tidak bisa tidur, rasanya ada yang melawan dirinya. Ia seperti akan kedatangan teman yang tidak diharapkan. Teman lamanya adalah teman SMP yang bisa dibilang menghantui pikirannya terus-terusan. 


Teman SMPnya ini selalu saja mempermasalahkan cara pandangnya terhadap dunia. Kates yang menerima hidup dan santai dengan keadaan malah dihakimi oleh temannya yang tidak bertanggung jawab.


Teman SMPnya bernama Ranu. Ranu katanya mau datang untuk bersilahturahmi. Beberapa hari yang lalu dia dichat di grup dan Ranu hendak bermain.


Kates membuka pintu keesokan harinya, Ranu memasukkan motornya ke dalam, ternyata Ranu bersama temannya. Kini ada dua tamu yang masuk ke dalam rumah Kates. Kates benar-benar merasa canggung karena Ranu seperti tidak sopan, tidak memberitahukan kalau teman yang mana yang datang. Di chat si teman lamanya hanya mengatakan.


“Gue bawa teman ya.”




Di dahi Ranu, Kates melihat ada tulisan ka fa ra yang berarti kafir atau di luar jangkauan Tuhan. Kates benar-benar tidak menyangka ada identitas kegelapan di dahi temannya. Kates menerawang ternyata yang di belakang Ranu bukanlah malaikat tetapi Sang Kegelapan.


Kates menyanyikan lagu religi di dalam hatinya ketika ia dan Ranu bersalaman, entah kenapa ia merasa bodoh telah menerima tamu seperti Ranu yang belum jelas dia sudah berubah-ubah atau tidak.


Kates mempersilahkan mereka untuk masuk ke dalam. Pada saat itu tidak ada siapa-siapa hanya ada dirinya saja, keluarganya sedang berpergian, sementara ia meliburkan diri untuk tidak ke restoran dahulu karena ada tamu.


Ketika Kates membawakan minum untuk tamunya, ia lalu berkenalan dengan tamu yang baru dikenalnya, dia seorang wanita bernama Ava. Kates dan Ava bersalaman. Tangan Ava sangat keras. Ada simbol pentagram di tangannya.


Mereka pun duduk santai di sebuah ruang tamu lalu Ranu berbicara kepada Kates dengan tatapan yang santai namun tidak membuat nyaman tuan rumah.


“Kates kedatangan gue ke sini tuh mau mengedukasi lo, sebenarnya. Ya bisa dibilang Ava ini bisa tenaga dalam, ini teman seperguruan gue.”


“Hah? Lo belajar tenaga dalam?”


“Iya, di sana gue nemuin ayah gue. Wah lo tahu sendiri dong gue tuh hidup sebatang kara dulu waktu SMP. Sekarang gue nemuin guru ilmu bela diri yang keren banget. Lo lihat nih Ava aja bisa menafsirkan Tuhan pas ketemu ayah kami.


“Tuhan itu apa?”


“Tuhan itu pencipta kan?”


“Bukan, Tuhan itu adalah entitas tinggi yang bisa jahat bisa baik.”


“Bukannya Tuhan selalu baik ya?”


“Tuhan itu kadang jadi ketergantungan sama manusia jadi bisa saja dia nggak ngurus makhluknya karena kadang Tuhan jadi alasan doang untuk manusia menangis dan itu lemah banget. Tapi Tuhan sendiri itu relatif. Tuhan bisa apa saja.” 


“Gimana maaf maksudnya?” Kates merasa Ava seperti sedang membentur-benturkan agama yang di mana Ibu Cahaya sendiri tidak pernah membanding-bandingkan agama yang dianut manusia.


“Kadang manusia tidak logis, apa-apa ke Tuhan gitu. Kadang mandang langit terus kayak lihat Tuhan. Dari mana dia tahu ada Tuhan di langit?”


“Kalau iblis itu apa?”


“Iblis itu kadang bisa jadi pembimbing manusia untuk menuju jalan lurus, iblis kan ahli ibadah dahulunya.”


“Tapi bukannya dia thagut atau kuasa kegelapan.”


“Kuasa kegelapan itu relatif juga, tergantung, bisa saja kamu nyembah Tuhan yang salah.”


“Maaf ini maksudnya agama apa yang Tuhannya salah?”


“Kadang pengajaran agama ke orang lain itu salah.” 


Ucapan Ava membuat Kates merah padam, Ava seperti tidak sopan, baru kenal malah seperti mau membentur-benturkan agama, padahal agama manapun harus dihormati.


“Kamu tuh ada yang ngirim Kates, makhluknya bertanduk, pake jubah hitam.” 


Kates menerawang, ia sebenarnya ingin tertawa karena yang disebut makhluk bertanduk itu adalah sosok yang disembah Ava sendiri.”


Kates sedang melawan kegelapan bernama Mysterious God, tidak menyangka ternyata pengikutnya berani ke sini. Sepertinya Ranu dan Ava sedang menggunakan cara halus agar Kates tidak melawan pemuja setan seperti dulu.


“Kalian dari Rumah Setan ya?” tanya Kates.


“Maksudnya?” Ava bingung dengan pertanyaan Kates


Kates mencoba berdoa, sebuah sinar terang-benderang, Ibu Cahaya datang, beberapa pengikut Ava yang berasal dari dunia gaib lari. Makhluk itu diusir Ibu Cahaya. Karena tidak nyaman Kate menampar Ranu. Ranu kaget.


“Siapa ayah kalian? Guru kalian?” tanya Kates.


“Dajjal! Mysterious God adalah Dajjal sakti!” tawa Ranu.


Kates berlari, ia melompati pagar rumahnya dan mencari satpam. “Pak, ada tamu kurang ajar di rumah saya.


Kedua tamu itu bingung ketika satpam datang, beberapa tetangga juga menghampiri mereka. “Ini adek-adek ada apa di sini?”


“Dia itu pemuja setan Pak, dia bilang macam-macam soal Tuhan.”


“Tuhan itu tidak seperti yang kalian kira, kalian harus diedukasi tentang toleransi kalau berTuhan.”


“Apa maksud Anda ini? Jangan bikin kami marah, warga sini ya!”


“Kates kamu itu harus dengar kami, Dajjal itu memberikan sesuatu yang indah untuk manusia, kamu jangan terpaku dengan satu Tuhan saja.”


“Orang ini menghina Allah rupanya,” ucap satpam. “Pergi atau kalian saya gebuk pakai pentungan!”


Tiba-tiba ada sosok Aki Rahmat yang datang bersama pasukan gaibnya. Energi kakek Kates yang hanya bisa dilihat dengan mata batin itu melempar tasbih. Tubuh Ranu dan Ava terkena tasbih, mereka kepanasan. Ada beberapa sosok gaib yang mecekik tubuh mereka dan melempari mereka dengan batu-batu yang besar.


“Jangan ganggu Kates dan jangan bicara macam-macam tenang Tuhan Yang Maha Esa!” Aki Rahmat memberi peringatan yang sangat keras.


Para leluhur sisi terang turun tangan, mereka memuja Tuhan Yang Maha Esa, membuat kepala Ranu dan Ava pusing, pentagram dan simbol-simbol religi beradu di atas langit. Para malaikat dan para iblis bertarung. 


Satpam dan para warga terkaget-kaget dengan kedua orang yang tiba-tiba muntah darah. “Kena azab tuh ngomong macam-macam soal Tuhan.”


“Makanya jangan main-main dengan kuasa gelap.”


Ranu dan Ava hendak menyakiti Kates namun dengan kuasa Tuhan tubuh dua orang tersebut meledak dan menjadi pasir serta kerikil di aspal.


Kates berterima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa karena sudah membantunya. Ibu Cahaya datang memeluk Kates.


“Kamu bersyukur kepada Tuhan, bisa membedakan iblis-iblis dan thagut yang mengakui diri mereka Tuhan padahl mereka bukan Tuhan. Mereka adalah kegelapan yang menghantui dunia. Kamu harus menjaga bumi dari kekuatan gelap karena kekuatan gelap sangat berbahaya.”


“Ini karena kekuatan dari Tuhan aku harus membela dirinya dan aku yakin dia akan membelaku.” Kates membalas dengan senyuman.


Aki Rahmat dan para leluhur datang memuji Kates, memberi semangat kepada Kates yang telah melawan kegelapan. Kates merasa teguh di dalam sisi terang.








TAMAT