Alex-Sandra

Alex-Sandra

Aria_monteza

0

Kalo sebagian cewek penghuni sekolahan SMA Taruna Bangsa dikejar-kejar cowok idola sekolah itu impian, beda dengan Sandra. Bagi Sandra dikejar-kejar Elang itu adalah kutukan. Bagaimana enggak? Baru aja menapakkan kakinya di halaman sekolah, cowok itu sudah menghadangnya dengan cengiran khasnya yang menyebalkan.

Nggak mau berurusan dengan cowok itu sepagi ini, Sandra memilih buat mengabaikannya. Ia terus berjalan melintasi Elang dengan pura-pura nggak melihatnya. Namun baru beberapa langkah meninggalkan cowok itu, tas di punggung Sandra terasa ditarik. Dengan kesal Sandra menoleh ke belakang dan menemukan Elang tengah memegangi tasnya.

“Lepasin,” bentak Sandra.

“Ya elah, Yang. Gue udah nungguin dari tadi, malah ninggal gitu aja,” rengek Elang.

“Ish... lepasin tas gue.” Sandra mencoba menarik tasnya.

“Nggak mau,” tolak Elang menarik kembali tas Sandra.

“Lepasin!”

Lagi-lagi Elang menarik tas Sandra dan nyaris membuat cewek itu menabraknya karena terlalu kuat menarik. Elang nggak bisa berhenti terkekeh ngeliat Sandra jadi salah tingkah dan berakhir melepaskan tasnya, kemudian pergi begitu saja. Cepat-cepat Elang menyusul langkah Sandra menuju kelas. Dari belakang Elang senyum-senyum sendiri memperhatikan Sandra yang kesal. Cuma ini yang bisa dilakuinnya buat narik perhatian Sandra, setelah dulu aksi rayuan gombal mautnya nggak ada yang mempan.

Sampai di depan kelasnya, Elang berhenti. Sedangkan Sandra yang duduk di kelas sebelah masih terus berjalan di depan. Keisengannya kembali muncul, alih-alih mengikuti Sandra, Elang masuk ke kelasnya sendiri dengan membawa tas cewek itu. Ia langsung duduk di bangkunya sambil terkekeh geli, melihat Sandra berbalik arah dari jendela kaca kelas. Cewek itu menghampirinya dengan wajah siap menghajarnya habis-habisan.

“Sini, duduk sebelah gue,” kata Elang sembari menepuk-nepuk kursi sebelahnya.

“Mau lo apa sih? Resek banget jadi orang,” maki Sandra.

“Maunya... jadi pacar lo,” sahut Elang dengan wajah tanpa dosa.

“Mimpi aja lo!” Sandra menyambar tasnya dan langsung pergi, mengabaikan suara tawa Elang dan beberapa penghuni kelas lainnya.

Sandra melangkah cepat, masuk ke kelasnya. Ia nggak habis pikir kenapa Elang masih saja gangguin selama dua tahun sekolah di sana. Ada saja cara cowok itu untuk membuatnya kesal. Kemarahannya sungguh nggak membuat cowok itu jera. Dengan kekesalan yang masih terlihat, Sandra membanting tas ke atas meja.

“Lo kenapa?” tanya Luna heran liat Sandra kesal.

“Itu, Elang. Masih pagi dah cari gara-gara,” gerutu Sandra, menghempaskan pantatnya ke kursi.

Bukannya ikut kesal, Luna yang mendengarnya justru tertawa. Udah nggak kaget lagi kalo denger Elang ngejahilin Sandra, itu sudah makanan sehari-hari mereka ribut mulu sampai terkenal seantero sekolah.

“Tapi kalo duitnya, lo suka kan?” goda Luna menowel-nowel pipi sahabatnya itu.

“Itu kan beda konsep. Duitnya bisa kita pakai jajan, kalo orangnya mah ngeselin,” kata Sandra.

“Udahlah jadian aja, kalian serasi kok,” saran Luna menahan tawa.

“Hyuh, najis.”

Sandra menumpukan kepalanya ke atas meja, moodnya anjlok. Beda banget dengan cowok yang sedang menggodanya dari luar kelas, bisa-bisanya Elang masih menggodanya dengan memberikan cium jauh. Ingin rasanya Sandra melempari Elang dengan kursi agar senyum cowok itu hilang, akhirnya dia sendiri yang memalingkan muka. Sedangkan Luna yang sejak tadi merhatiin tingkahnya, nggak bisa berhenti tertawa. Teman laknat emang dia.

***

Suara bel tanda istirahat berbunyi nyaring, disusul sorak-sorai para penghuni sekolah yang berhamburan keluar kelas. Sebagian dari murid SMA Taruna Bangsa langsung memenuhi kawasan kantin yang berada di area barat, tak terkecuali Sandra yang mengikuti langkah Luna dan dua orang teman lainnya menuju kantin. Sepanjang jalan nggak sedikit cowok yang menyapa Sandra untuk mencari perhatian, mumpung Elang nggak keliatan batang hidungnya. Coba aja kalo Elang ada di sekitar Sandra, mereka nggak berani gangguin takut kena gampar. Sandra yang sudah biasa dengan kelakuan para cowok itu, hanya tersenyum tipis untuk membalas sapaan.

“Enak ya jadi orang pemes, lewat aja fansnya nyapa kagak berhenti-berhenti,” goda Dinar sambil nyenggol bahu Sandra.

“Mau tukeran nasib?” tawar Sandra.

“Ogah. Iman gue kagak kuat,” tolak Dinar terkekeh diiringi sorakan teman-temannya.

Mereka berempat memasuki kantin yang nyaris penuh. Selagi menunggu teman-temannya memesan makanan, Sandra bermain ponsel. Ia sempat mengalihkan perhatian saat mendengar suara Elang yang nggak berada jauh dari tempatnya berada. Mereka sempat beradu pandang dan dengan menjengkelkan Elang melemparkan senyum padanya. Cowok itu sudah berdiri hendak menghampirinya, tetapi langkahnya terhenti gara-gara seorang cewek.

“Mampos!” cibir Sandra dalam hati ngeliat cewek yang dekati Elang tadi, kini bergelayut manja di lengan cowok itu nggak mau pergi.

“Hayo ngapain, senyum-senyum sendiri?” tegur Luna yang sudah balik membawa makanan mereka berdua, disusul Dinar dan Maya yang ngeliatin Sandra sambil senyum-senyum.

“Kagak ada,” kilah Sandra menarik baksonya.

Luna berdecak kesal. Dia kan jadi kepo kalo kayak gitu. Diedarkan pandangannya ke sekeliling, buat nyari tahu apa penyebab Sandra senyum-senyum sendiri. Sayangnya nggak ada yang aneh, malah yang ada dia liat pemandangan yang menyakitkan mata nggak jauh dari meja mereka.

“Dasar aligator nggak tau tempat,” gerutu Luna ngeliat Elang dengan Fanny makan suap-suapan.

“Emang pantes sih kalo Sandra nolak Elang mulu, kelakuannya kayak gitu,” imbuh Maya.

“Kalo Sandra mah, cocoknya sama Kak Ikhsan keles,” sahut Dinar enteng.

“Gue dukung. Kak Ikhsan mah dah cakep, pinter, dah gitu jadi ketua OSIS juga. Perfect buat pacar Sandra.”

Sandra yang dari tadi cuma nyimak, cuma bisa geleng-geleng kepala dengernya. Saat ini ia memang sedang nggak berminat pacaran, karena masih nyaman dengan kesendiriannya kini. Ia kembali menikmati baksonya tanpa mengomentari apa yang Luna dan teman-temannya bicarakan. Ia nggak mau ambil pusing mikiran soal cowok.

Sedangkan di meja lain, Elang menekuk wajahnya masam. Niatnya mau deketin Sandra yang duduk sendirian malah kehalang Fanny, mantan pacarnya yang masih kekeh ngejar-ngejar mulu. Heran juga dia, kenapa mantannya yang satu ini nggak capek nemplokin mulu padahal dah diputusin. Mana pake acara maksa nyuapin lagi, kalo kayak gini terus gimana Sandra mau ngelirik dia kan?

“Lo nggak ada niat buat balik ke habitat lo gitu?” tanya Elang menyindir Fanny.

“Gue kan diciptakan buat nemenin lo, Elangku sayang. Makanya gue bakal selalu nemenin lo di manapun berada,” kata Fannya antusias.

Benny dan Rio yang juga merasa terganggu dengan adanya Fanny, langsung ingin muntah mendengar ucapan cewek itu.

“Nggak tau malu bet dah jadi cewek,” gerutu Benny.

“Biasa, Ben. Dia kalo berangkat sekolah, bedakannya pake semen. Jadi mukanya, muka tembok,” sahut Rio.

Keduanya langsung kompak balik badan setelah selesai makan. Nggak tahan ngeliat keuwuan yang bikin sakit mata. Untung saja nggak jauh dari tempat mereka berada ada Sandra dan temen-temennya sedang makan, lumayan bisa mencuci mata yang abis ternodai.

“Eneng Luna, godain Abang dong,” goda Benny mulai melancarkan aksinya.

“Apa an sih lo, norak banget,” sahut Luna ketus.

“Halah. Norak-norak gini, lo suka juga kan,” kata Benny penuh percaya diri. Lihat aja wajah Luna langsung merona merah tersipu malu. Sama kayak Elang, Benny juga udah lama PDKT sama Luna. Hanya saja tiap nembak masih ditolak terus sampai sekarang. Rasanya mau nyerah, tapi udah terlanjur sayang. Jadinya ia terus-terusan gangguin Luna sampai cewek itu nyerah mau nerima cintanya.

“Ntar pulang bareng gue ya, Lun,” ajak Benny.

“Ya elah, rumah gue cuma di samping sekolahan. Jalan kaki juga dah nyampe,” dengus Luna.

“Kalo pulang bareng gue, pake jalan yang lain lah.”

Luna berdecak kesal, “serah lo dah.”

Elang yang memperhatikan tingkah temannya, nggak sengaja melihat Sandra yang tersenyum saat Benny menggoda Luna. Senyum itulah yang dulu membuat Elang jatuh hati sama Sandra, dan sekarang pun dampaknya masih sama. Senyum Sandra masih bikin jantungnya kejedar-kejedur nggak beraturan. Kapan ya bisa milikin pemilik senyum itu?