"Astaga! Dingin sekali pagi ini," keluh Clara yang masih memakai piyamanya.
Keadaan di apartemen terlihat hening. Namun, Clara tetap memaksakan diri untuk segera meluncur menuju dapur. Sebelum beranjak, wanita itu melihat ke arah suaminya yang masih tertidur lelap, wajah tampan itu tampak kelelahan mengurus pekerjaannya di kantor.
Tanpa mengeluhkan kendala yang di hadapinya, Clara menonton video youtube yang membahas tentang menu masakan, wanita cantik itu mencoba untuk membuat sarapan dengan resep baru yang baru saja dipelajarinya.
Suara derapan langkah kaki yang berat, bersambung dengan munculnya seorang pria tampan dengan postur tubuh tegap yang berjalan menuju ruangan dapur tempat istrinya sedang menyiapkan sarapan.
"Clara…" Pria itu masih berusaha untuk membuka matanya lebar-lebar, mengabaikan rasa ngantuk yang tidak berhenti menyerangnya.
Clara menoleh, menjawab suaminya dengan lembut, "Kamu terlambat bangun lagi?"
Pria tampan yang tingginya 180 cm itu tidak menjawab. Dia pergi begitu saja menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan bersiap-siap ke kantor.
Clara mengerucutkan bibirnya dan sambil menghembus nafas panjang. "Untung aku sudah terbiasa dapat suami yang selalu cuek begitu."
Clara tak banyak bicara, dia memilih mengatup rapat bibirnya daripada protes. Melanjutkan aktivitas dapurnya menurutnya itu akan lebih baik.
Suami Clara, adalah seorang CEO yang memiliki perusahaan ternama. Bergerak dalam bidang dana modal Ventura, perusahaannya menawarkan jasa modal untuk berbagai keperluan bisnis…
Ceklek! Pintu kamar mandi terbuka, menampilkan tubuh Jordan yang sangat menggoda dengan balutan handuk tipis yang tidak menutupi dada bidangnya.
Clara yang mengetahui hal tersebut, segera kembali ke kamar untuk menyiapkan setelan suaminya.
"Begitulah hari-hari kami, rumah terasa sepi tanpa adanya seorang anak di rumah ini. Ini sudah 5 tahun berlalu, tapi aku tetap mencintai, Jordan sepenuh hati," ucap Clara dalam hatinya.
Clara telah sukses dalam karirnya sebagai seorang dokter. Wanita cantik berkulit putih itu memiliki banyak prestasi, hari-harinya begitu sibuk dengan pekerjaannya di rumah sakit. Jadi, Clara jangan di tanya tentang waktu untuk membahas masalah bayi, ia bahkan tak sempat memikirkan semua itu dan juga tidak masalah dengan keadaan sekarang.
Jordan, kini menatap pakaiannya yang telah tersusun rapi di atas ranjang, dia memakainya hingga seluruh tubuhnya kini tertutup oleh setelan jas yang setiap sudutnya tanpa terlihat kusut.
Sementara Clara kembali ke dapur menyiapkan semua menu sarapan di meja makan, begitu selesai dia juga mengganti pakaian kerjanya dengan rok kerja yang menutupi mata kaki dan kemeja longgar berwarna putih serta hijap pashmina yang menjadi andalannya.
Wanita itu terlihat menawan ketika dan dalam keadaan apapun, jika di rumah bersama suaminya, rambut hitamnya di biarkan tergerai sampai sebahu. Namun begitu keluar rumah, hijab akan selalu melekat di kepalanya. Clara kini semakin memukau dengan polesan lipstik dan make up tipis di wajahnya.
Selesai! Clara berbalik ingin memperlihatkan penampilannya pada sang suami. Namun, ternyata ia sudah tak ada di sana. Clara merasa sedikit kesal bercampur kecewa, sampai akhirnya dia memilih keluar menuju ke ruang makan dengan tujuan untuk sarapan.
Baru beberapa langkah berjalan keluar dari kamarnya, tak jauh dari sana Clara melihat Jordan sedang duduk sambil asyik dengan dunianya sendiri. Padahal di depannya sudah tersedia banyak menu sarapan yang menurut Clara lezat dan menggugah selera. Tapi pria itu malah mengabaikannya dan malah sibuk bermain ponsel tanpa memandang semua makanan itu.
Clara meneruskan langkahnya untuk pergi kedapur, berencana mengisi gelas minuman milik suaminya dengan seduhan kopi cappucino yang di sukainya.
Begitu kembali, di tangan kanannya sudah ada segelas kopi yang beralaskan tadah. Clara semakin kesal saat dirinya yang meletakkan minuman itu di samping suaminya, malah tak di acuhkan apalagi memperhatikan dengan jelas apa yang dia bawa.
Dia lalu mendekati Jordan suaminya, dan mengambil ponsel dari tangan suaminya itu tanpa merebut paksanya. Wanita itu berusaha sabar menghadapi suaminya.
"Sayang, sebaiknya kamu hentikan dulu aktivitasmu dan segeralah sarapan. ingat, minuman ini akan lebih nikmat jika di minum saat hangat."
Clara lalu menaruh ponsel tadi di tempatnya duduk, Jordan mendengar. Namun, bukannya langsung menyentuh gelas atau sendok di depannya, ia malah menggeser kursi ke belakang dan mengambil selebaran koran secara asal.
Lagi-lagi wanita itu berpikir dan bertanya-tanya dalam hatinya. "Apa ada yang salah sehingga suaminya enggan mencicipi sarapan pagi buatannya?"
Clara melebarkan bibirnya menampakkan ekspresi datar. Dalam diamnya tiba-tiba terpikir sesuatu hingga ia langsung berdiri dan memotong sepotong pie susu buatannya pagi tadi. Kemudian dengan inisiatifnya dia menyuapi sang suami dengan sendok yang berisi sepotong kecil pie, lalu menunggu reaksi suaminya yang tengah mengunyah suapannya tadi dengan sabar.
Jordan semalam memang bekerja lembur di perusahaannya, sebagai CEO dia cukup sibuk bekerja belakangan ini. Terlebih dia baru saja merencanakan sebuah proyek yang membuatnya sering pulang ketika pagi menjelang.
Jika di lihat sekilas orang takkan tahu kalau ternyata pria itu telah mabuk karena alkohol. Namun tidak dengan Clara, sebagai istri dia tahu betul sifat suaminya, bahkan bau alkohol yang menyengat semalam Clara mengetahui kalau Jordan telah mabuk karena terlalu banyak mengonsumsinya.
Clara tampak terbuai dalam lamunannya memikirkan suami seperti Jordan, nafsu makanya mulai menghilang walaupun di meja makan telah tersusun rapi hidangan yang di masaknya sejak subuh tadi.
Namun tanpa di duga, di tengah putus asa Clara, Jordan sepertinya menikmati pie potongan pertama suapan dari Clara. Pria itu kini mengambil sendiri pie susu tadi dan menyantapnya seolah nafsunya sang besar karena pie buatan Clara. "Aku baru sadar, ternyata ini begitu enak. Kenapa kamu tak membuatnya Setipa hari?" lontarnya sambil terus mencicipi potongan demi potongan hingga membuatnya makan tergesa-gesa.
Perlahan wajah cemberutnya tadi berubah jadi senyum yang muncul seketika. "Sayang, jangan lupa minum air." Clara memperingati sambil menyodorkan segelas minuman pada suaminya.
Matanya membulat sempurna saat tersadar kalau dirinya makan terlalu cepat, dia segera menghentikannya saat tersedak, lalu menyeruput kopi buatan Clara dengan gerak yang tergesa.
Uhukk... uhukk... Lagi-lagi Jordan terbatuk hingga sedikit air dari mulutnya. "Astaga, Kenapa tak hati-hati mas!" Clara memberikan tisu dan membantu suaminya membersihkan mulutnya yang terkena ampas kopi pahit yang melekat di gelas minumannya.
"Untung saja kemeja dan jasnya nggak kena tumpahan kopi yang menyembur tadi, kalau tidak... kamu terpaksa harus menganti pakaianmu lagi."
Kali ini Jordan tak berkutik, keduanya duduk berhadapan, sambil meneruskan sarapan pagi mereka, dengan jendela yang sengaja di biarkan terbuka hingga angin sejuk masuk ke dalam ruangan agar menambah suasana keheningan tadi.
Beberapa menit dalam keheningan akhirnya Jordan membuka suara dan melihat Clara sekilas tanpa senyum. "Maaf, hari ini aku sedikit lelah, semalam aku lembur dan begitu lelah." Jordan mengambil nafas sejenak.
"Ya, aku tahu itu." Sahut Clara dengan sedikit senyuman.
"Oh ya, soal acara pesta pernikahan temanmu itu... aku tak sempat datang. Kamu tahu sendiri pekerjaanku belum selesai."
"Ya, aku juga tahu itu." Benar, Clara mengetahuinya, suaminya pulang pukul pukul 05.06 pagi ini. Jordan hanya memiliki waktu 2-3 jam untuk istirahat. Jika dirinya begitu, setiap lembur mungkin pikirannya jadi stress jika tak ada toleransi.
"Kamu tak marah? Jika aku tak melakukan itu, perusahaan kami akan bangkrut."
Clara mengelengkan kepalanya walau di hatinya mengganjal akan suatu hal yang menyebabkan suaminya mabuk semalam, tapi ia mengurungkan niatnya itu demi kebaikan bersama agar tak terjadi pertengkaran dalam rumah tangganya.
Entah sadar atau tidak Jordan melanjutkan menyesap kopi buatan istrinya tadi sampai habis tanpa setetes pun yang tersisa.
"Bagaimana? Kamu menyukai kopinya bukan?" tanya Clara dengan santai tanpa berusaha memojokkan suaminya yang bersikap dingin sejak tadi.
Wajah Jordan memerah mendengar pertanyaan istrinya. Pria tak bisa berbohong kalau kopi yang di buat istrinya itu begitu sedap hingga ia menikmatinya sampai tetes terakhir.
Clara tergelak melihat ekspresi suaminya, "Sudahlah, aku tahu kamu menyukainya. Oh ya, apa kamu sudah berhasil menyelesaikan pekerjaanmu dan bertemu dengan pelanggan yang sering kamu sebut itu?"
Clara sengaja mengalihkan topik untuk menanyai suaminya,
Pria itu mengembuskan napas secara kasar sambil memasang tampang serius. "Kamu pasti sudah tahu siapa aku? Aku bisa melakukan semuanya dengan mudah, dan soal proyek itu kami baru menyelesaikannya tadi malam. Oh, tentang pelanggan bodoh itu, dia tidak datang rupanya, entahlah aku merasa dia hanya sengaja bermain-main denganku hanya karena aku pernah ragu dan tak yakin akan bekerja sama dengan mereka."
Clara mengangguk paham, satu sisi ia mendapat kabar baik, namun di sisi lain ternyata juga ada kendala pada pekerjaan suaminya.
"Sudahlah sayang, biarkan saja orang itu, tak apa jika sekali di di bohongi, lain kali pasti ada kesempatan untuk mendapat pelanggan baru lagi."
Mendapat hiburan seperti itu, Jordan tak sadar kalau gelasnya sudah kosong saat ia ingin menyesap minumannya. Itu membuat Clara semakin tergelak melihat sisi lain suaminya.
Ya, sepintas hidup keduanya dari luar tampak baik-baik saja. Di balik semua itu, istri cantik Jordan tak menyadari kalau sebenarnya Jordan selalu mencari tahu tentang cara mendapatkan anak hingga hari ini.
Di tengah sarapan itu, suara pintu di ketuk membuat mata mereka langsung terfokus pada satu pintu. Clara mendengar suara teriakan seseorang dari halaman rumahnya. Buru-buru wanita itu segera menuju pintu masuk untuk membukanya.
*Clara... Clara... Kenapa sejak tadi kamu tak membuka pintu untukku? Kamu tak menghargai saya sebagai mertua ya? Sungguh menantu yang tak tahu diri."
Ternyata itu suara Ibunya Jordan, ucapannya membuat telinga bising dan perasaan Clara terluka. Namun sebagai menantu ia menghargai wanita paruh baya itu sebagai mertuanya.
Clara berusaha senyum seramah mungkin untuk menyambut sang mertua.
"Maaf aku tak mendengar suara ibu tadi. kebetulan aku sedang mengobrol dengan Jordan. Ayo Bu, kita sarapan dulu di ruang makan, Jordan juga ada di sana."
Wanita yang berstatus ibu dari Jordan tak mengacuhkan Clara dan langsung menyerobot masuk menuju ruang makan. Clara mengekorinya dari.
"Ngobrol? Memangnya apa yang kalian bicarakan?
Apa itu tentang keturunan? Jordan, Sampai kapan kamu bertahan hidup bersama wanita mandul ini?"
____